LEMBAR 35

1.6K 167 23
                                    

"Ji, apa ia tau jika kau dan dirinya pernah bertemu sebelumnya?" tanya Taehyung seraya menyeruput kopi miliknya. 

"Tidak. Kurasa ia tak mengingatku, Tae. Ya kalau aku jadi dia pun, aku juga pasti tak ingat. Apalagi hal itu sungguh memalukan." ucap Jimin nelangsa. Pikirannya terbang kepada sebuah kenangan saat ia tengah berusia 10 tahun. 

-Flashback-

Saat itu ia dan Eunwoo tengah bermain di sebuah taman bermain tak jauh dari kediaman Jimin. Sudah menjadi rutinitas mereka untuk bertemu dan bermain di akhir pekan. Sore itu memang sedikit mendung dan lembab. Karena dari pagi hingga siang, Seoul di gurun hujan lumayan deras. Sehingga beberapa genangan air tercipta di sekitaran tempat bermain. 

Eunwoo dan Jimin tengah bermain kejar-kejaran. Saling bersembunyi dan berlari mengejar satu sama lain. Suara tawa dan teriakan terdengar dari keduanya. Hingga tanpa sadar Jimin berlari melalui sebuah genangan air yang membuat langkahnya tergelincir. Jimin jatuh tepat di genangan air tersebut hingga membuat baju dan celananya basah. Namun bukan itu yang membuatnya terdiam beberapa saat di genangan tersebut, tapi lebih kepada rasa kebas yang ia rasa dari pantatnya ketika terbentur keras di jalanan. Beberapa menit ia tak bisa melakukan pergerakan apapun. Pandangannya bahkan sedikit kabur dan berputar. 

Eunwoo yang melihat Jimin terjatuh dengan tergesa menghampirinya. Menepuk pelan wajah Jimin yang terlihat pucat. Namun Jimin justru menangis. Rasa sakit itu menjalar hingga ke pinggangnya. 

"Nunu, ini menyakitkan. Aku tak bisa bergerak." lirih Jimin dalam tangisnya. 

"Jimin, ayo bangun. Setidaknya jangan di genangan air itu. Kau bisa sakit nanti. Aku bantu berdiri ya." panik Eunwoo seraya berusaha memapah Jimin. 

Namun Jimin tak bergerak sama sekali. Tangisnya makin deras. Hingga sebuah sentuhan pada pipinya menarik perhatiannya dan membuat tangisnya terhenti sejenak. 

"Kau kenapa?" tanya si pucat yang kini menatapnya. 

Jimin tak menjawab. Ia menahan tangisnya hingga membuat dirinya sesegukan. 

"Dia kenapa?" tanya di pucat pada Eunwoo kecil yang terdiam menatapnya. 

"Eh itu, dia kepleset hyung. Dia bilang pantatnya sakit gak bisa gerak." jelas Eunwoo dengan mata berkaca menahan tangis juga. 

Si pucat merendahkan tubuhnya agar sedikit sejajar dengan si mungil yang kini masih sesegukan. 

Entah keberanian dari mana, si pucat akhirnya mengelus puncak kepala si mungil dengan pelan dan tersenyum.

"Gak perlu takut. Aku bantu berdiri ya. Klo gak bisa, naik ke punggung aku. Aku anter kalian ke rumah. Rumah kamu jauh?" tenang si pucat pada yang lebih mungil. 

Jimin menggelengkan kepalanya yang menandakan bahwa rumah Jimin memanglah tak jauh dari taman. 

"Oke kalo gitu. Kamu bisa bantu aku tunjukkin jalannya?" tanya si pucat pada Eunwoo yang dibalas dengan anggukan. 

"Nama kamu siapa?" tanya si pucat pada si mungil yang kini sudah sedikit lebih tenang. 

"Aku mimi." ucap Jimin singkat. 

"Mimi bisa jalan?" tanya si pucat yang kini menatapnya hangat. Suaranya begitu hangat

Jimin menggeleng. Pantatnya masih kebas dan terasa begitu ngilu. 

"Ya sudah. Kalo gitu kamu naik ke punggungku ya. Aku bakal dukung kamu sampai rumah." ucap si pucat yang ditanggapi dengan anggukan. 

Dengan bantuan Eunwoo, Jimin akhirnya berpindah ke punggung Yoongi. Tak ada pembicaraany setelahnya kecuali suara si pucat yang menanyakan Eunwoo arah mana yang diambil jika menemui persimpangan. 

Redamancy || YoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang