LEMBAR 33

1.5K 154 18
                                    

"Tuan Min, senang bertemu dengan anda. Silakan duduk." ucap Tuan Gustaf. 

"Terima kasih, Tuan Gustaf. Senang juga bertemu dengan anda."

"Aku mungkin akan sedikit kesulitan dalam berbahasa. Jadi aku akan meminta sekretarisku, Pak Cha yang akan menjelaskan maksud dan tujuanku mengundangmu kemari."

"Tentu, Tuan. Itu tidak masalah. Bahkan jika harus dengan bahasa Italia pun, saya tak mengapa."

Tuan Gustaf tersenyum. Pengusaha muda yang menarik perhatiannya beberapa tahun belakangan. 

"Tuan Min, izinkan saya menjelaskan maksud dan tujuan Tuan Gustaf pada anda." izin Eunwoo sebelum memulai pembicaraannya. 

Singkat cerita, Tuan Gustaf meminta Yoongi untuk mengerjakan project kerjasama dalam menggarap pembuatan desain perhiasan dari perusahaannya yang luar biasa menawan, mewah dan elegan. Tema yang dipilih pun tentang keindahan bulan. 

Yoongi awalnya bingung. Karena ada banyak perusahaan perhiasan ternama yang bisa diajak kerjasama lebih lagi oleh perusahaan Tuan Gustaf, namun yang dipilih justru adalah perusahaannya. 

"Ada sedikit pertimbangan mengapa Tuan Gustaf memilih anda, Tuan Min. Hal ini karena desain terakhir yang baru saja anda luncurkan beberapa minggu yang lalu. Model dan kualitas perhiasaan anda menjadi daya tarik tersendiri untuk Tuan Gustaf. Lebih lagi model yang anda pakai untuk pemasaran perhiasaan ini sungguh menawan." tatap Eunwoo menggoda pada Jimin yang kini menatapnya galak namun tersipu malu. 

Dan aksi goda dan tatap itu tak luput dari penglihata Yoongi. Entah bagaimana rasanya kesal bagaimana Jiminnya di tatap oleh orang lain seperti itu. Oh sebentar, Jiminnya, sejak kapan.

"Betul, Tuan Min. Saya yakin anda mampu menggarap project ini dengan sangat baik. Dan besar harapan saya anda mau menerima project ini." ucap Tuan Gustaf pada akhirnya. 

"Akan coba saya bicarakan dengan tim yang lain, Tuan. Dan saya juga berharap dapat bekerja sama dengan Perusahaan Bucellate." ucap Yoongi. 

Setelah perbincangan utama, kini Yoongi dan Tuan Gustaf berbincang ringan. 

"Tuan Min, aku dengar anda sudah memiliki tunangan? Betapa beruntungnya tunangan anda memiliki pasangan seperti anda. Meski masih muda, anda memiliki wawasan yang luas, cekatan, tegas dan menawan." puji Tuan Gustaf. 

"Anda terlalu berlebihan, Tuan. Sayalah yang beruntung memilikinya sebagai tunangan saja, Tuan." ucap Yoongi yang menarik perhatian Jimin. 

"Wah sepertinya sosok tunangan anda betul-betul membuat anda jatuh cinta, Tuan Min. Apa tunangan anda ikut kemari? Jika ia, maka saya akan dengan senang hati mengajak anda dan tunangan anda untuk makan malam. Bagaimana menurut anda Tuan?" tanya Tuan Gustaf pada Yoongi yang kini tersenyum mendapat tawaran dari Tuan Gustaf. 

"Kalau itu terserah dengan tunangan saya, Tuan Gustaf. Tapi izinkan saya menanyakannya langsung. Jadi, bagaimana menurutmu sayang?" tanya Yoongi yang kini menatap Jimin dengan senyum lembut. 

"Eh. Itu.. Tentu, Tuan Gustaf. Dengan senang hati kami menerima tawaran anda." ucap Jimin akhirnya. 

"Loh? jadi anda merupakan tunangan Tuan Min, sekretaris Jimin?" tanya Tuan Gustaf. 

"Betul, Tuan. Saya tunangan Tuan Min." ucap Jimin malu-malu.

"Sungguh?" bukan Tuan Gustaf yang bertanya, melainkan Eunwoo yang kini tengah terbelalak tak percaya dengan apa yang didengarnya. 

"Iya, Nu." jawab Jimin santai yang kini merasakan bagaimana Yoongi menatap dirinya penuh tanya. Jelas saja, Jimin memanggil Sekretaris Tuan Gustaf dengan nama lain yang terlihat lebih seperti nama kesayangan. 

"Oh Park Jimin, kau benar-benar penuh kejutan." decak Eunwoo tanpa sadar. 

"Nunu!" pekik Jimin yang kaget ketika Eunwoo memanggil marganya di hadapan Yoongi dan Tuan Gustaf.

Nyatanya marga itu terdengar oleh telinga Yoongi yang memang sedari tadi memperhatikan dan memfokuskan dirinya pada kedua orang yang saling tatap penuh kekacauan. 

"Park? anda menyebut namanya Jimin tadikan, Sekretaris Cha?" tanya Yoongi to the point. 

"Ah itu..ehm.." garuk Eunwoo pada kepala belakangnya yang tidak gatal sama sekali. 

"Sepertinya pertemuan hari ini akan panjang, Tuan Min. Jika begitu saya mohon izin untuk melanjutkan pekerjaan saya. Sekretaris Cha, bawa Tuan Min dan Sekretaris Jimin ke ruang sebelah. Sepertinya kalian membutuhkan waktu untuk berbicara lebih lama." senyum Tuan Gustaf sembari pamit meninggalkan Jimin, Yoongi dan Eunwoo dalam diam. 

"Aku menunggu penjelasmu, Jimin." ucap Yoongi dingin dan menatap Eunwoo seakan mengintruksi langkah mana yang harus ia ambil untuk pindah ke ruangan lain. 

***

Disinilah mereka, di ruang tamu di hotel tempat Yoongi dan Jimin tinggal selama di Italia. Dan tak lupa sosok pria tampan menawan lainnya, Eunwoo yang diketahui Yoongi ternyata merupakan sepupu dekat Jimin. 

Baik Yoongi maupun Eunwoo memutuskan untuk berbicara di tempat yang lebih tertutup dan terjaga privasinya ketimbang di ruangan yang disediakan Tuan Gustaf di kantor.

"Tuan Min, maafkan saya jika lancang. Tapi apa anda betul-betul tidak tahu marga Jimin selama ini?" tanya Eunwoo setelah Jimin izin ke kamarnya sejenak untuk mengganti pakaian yang lebih santai. 

"Aku tidak pernah di beritahu kakek, apa marganya. Bahkan dari keluarga mana ia berasal." geleng Yoongi yang masih tak percaya dengan apa yang di dengarnya tadi. 

"Dan juga, aku dan Jimin tidak terlihat sedekat itu." sambung Yoongi dengan suara rendah namun masih terdengar jelas bagi Eunwoo.

Tak lama, Jimin keluar dengan pakaian yang lebih santai. Sebuah kaos berwarna putih dan celana pendek berwarna cream. Ia mendudukkan tubuhnya di sebelah kursi Eunwoo dan menatap Yoongi yang masih membuang tatapnya pada sudut lain tanpa memandangnya. 

Yoongi akui dirinya kesal. Bagaimana ia bisa tidak mengetahui dari mana Jimin berasal. Ia pernah menanyakan sekali pada kakeknya, namun di jawab sang kakek 'Kau tak perlu tau apa marganya dan dari mana ia berasal. Kau hanya harus percaya jika ia adalah yang terbaik yang kakek pilihkan untukmu. Dan kakek yakin kau pasti akan menyukainya'. Dari situ ia tak bertanya lagi. Dan seiring waktu ia melupakan hal tersebut. Ia hanya menerima Jimin tanpa bertanya sejauh ini. Ia tak ingin membuat Jimin tak nyaman. 

Suasana yang diam diantara keduanya bukanlah hal yang baik. Tak ada satu pun dari mereka yang memulai membuka suara. Yoongi masih menyesap minumannya dan Jimin masih menatap Yoongi tanpa ekspresi berarti. 

Eunwoo yang berada di tengah keadaan ini tentu saja jengah. Ia pikir tak seharusnya sepasang burung merpati yang bertunangan ini seperti ini. Ia harus membawa keduanya pada posisi saling memahami dan mengerti. 

"Jimin, Tuan Min, apa kalian tidak akan berbicara? Jika tak ada maka aku sebaiknya kembali ke kantor sebelum Tuan Gustaf mencariku." pamit Eunwoo hendak beranjak dari kursinya. 

"Yoongi, panggil aku Yoongi saja." jawab Yoongi dingin. 

"Ah, baiklah Yoongi hyung." jawab Eunwoo tersenyum. 

"Maafkan aku." tutur Jimin akhirnya. 

Namun tak ada sahutan. Yoongi masih bergeming. Kini matanya menatap si kecil yang tertunduk lesu. Jimin sadar ia membuat Yoongi kecewa. Jimin mengintip dari ekor matanya bagaimana begitu lamat Yoongi menatapnya. Jimin mengangkat wajahnya, menatap balik Yoongi. 

"Baiklah. Min Yoongi, ayo kita bicara." ucapnya tegas. Mungkin ini saatnya bagi Jimin untuk mengatakan siapa dirinya. Jika Yoongi saja bisa diajak kerja sama dalam pertunangan palsu ini, ia yakin Yoongi juga akan membantu merahasiakan semuanya. 

'Setelah urusan dengan Yoongi selesai, aku akan membuat urusan dengan mu Cha Eunwoo!' batin Jimin seraya menatap tajam Eunwoo yang kebingungan ditatap sadis oleh Jimin. 

"Sepertinya kalian membutuhkan waktu untuk berdua. Sebaiknya aku pergi. Tuan Min, ku harap kau tidak memarahi Jimin. Ia pasti memiliki alasan untuk melakukan semuanya. Dan semoga kau mengerti. Jimin, aku pamit ya. Aku akan menemuimu lagi nanti. Aku permisi." pamit Eunwoo meninggalkan kedua orang yang kini menatap punggun Eunwoo menjauh dalam diam.

Redamancy || YoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang