Hoseok tersenyum menyambut kedatangan tamu yang sudah menjadi berita hangat di seantaro gedung ini. Senyumnya secerah mentari menyambut sosok mungil yang kini tersenyum kikuk di depannya.
"Selamat datang, Jimin. Silakan duduk." tawar Hoseok seraya tersenyum menyambut Jimin dan merengkuh tubuh mungil Jimin ke dalam peluknya.
"Ah, iya. Terima kasih." jawab Jimin kikuk menerima perlakuan dari Hoseok.
"Rupanya Yoongi tak menceritakan tentangku ya. Perkenalkan aku Jung Hoseok, kepala HRD di perusahaan Min Corp. Dan aku merupakan sahabat dari pasangan menyebalkanmu itu. Jadi bagaimana pendekatanmu dengannya? apa berjalan lancar?" goda Hoseok pada Jimin yang dibalas dengan wajah blank.
'Orang ini ternyata sahabat Yoongi. Pantas saja tak asing padaku. Pasti Yoongi sudah banyak bercerita tentang perjodohan kami kan.'
"Eh, semuanya baik, Pak." jawab Jimin singkat yang dibalas Hoseok dengan sebuah lambaian tak setuju.
"Tak perlu seformal itu. Kau bisa memanggilku kakak. Ku pikir seperti itu. Karena kata Yoongi kau berusia 2 tahun di bawahnya." jelas Hoseok.
"Saya tak bisa, Pak." tolak Jimin secara halus. Bagaimanapun juga Hoseok disini merupakan seorang pemimpin.
"Tak apa Jimin. Kau sudah memiliki izin dariku. Dan sudah ku bilang, berhenti bersikap formal seperti itu. Mungkin kau bisa melakukannya saat di depan karyawan yang lain saja. Jangan saat bersamaku."
"Ba-baiklah kalau begitu, Kak." turut Jimin akhirnya.
"Ah gemasnya. Jadi apa kau sudah siap menjadi sekretaris dari Seorang Min Yoongi, Jimin?" tanya Hoseok seraya melihat dokumen kepegawaian milik Jimin yang sudah ada di mejanya.
"Bukankah aku harus siap, Kak?" tanya Jimin kembali yang memancing Hoseok mengintip dari balik kaca matanya yang bertengger di hidup mancungnya. Sebuah senyum seringai kecil tercetak di sudut bibir Hoseok.
"Kau ternyata lucu, Jimin. Aku menyukaimu. Sungguh. Ku pikir Kakek Min memang tidak salah menjodohkan Yoongi denganmu. Kalian patner yang seimbang." kekeh Hoseok seraya menautkan jemarinya di bawah dagunya mengamati gerak gerik Jimin yang kini membuatnya penasaran pada sosok di hadapannya.
"Yoongi termasuk orang yang susah akrab dengan orang lain. Terlebih sekretarisnya memang tidak pernah lama menjabati posisi itu. Selalu berubah. Paling lama bertahan hanya 3 bulan. Kemudian mereka akan mengundurkan diri. Entah apa yang Yoongi perbuat pada mereka." jelas Hoseok.
"Dan ku harap kali ini posisi itu bertahan padamu."
Jimin hanya tersenyum. Tak merespon apapun. Jimin bukanlah lulusan kesekretariatan. Jimin juga bukan lulusan administrasi. Jimin juga tak tahu apa ia bisa menjalani perannya dengan baik sebagai seorang sekretaris, mengingat ia adalah lulusan fashion designer.
"Oh iya ini perjanjian kerjamu. Silakan baca. Jika ada yang ingin kau tanyakan, silakan tanyakan. Jika tak ada, maka silakan bubuhkan tandatanganmu. Ah iya, untuk beberapa point tertentu, itu request khusus dari kakek min tanpa sepengetahuan Yoongi." jelas Hoseok seraya mengedip kan matanya pada Jimin.
Jimin menundukkan pandangannya. Membaca setiap deret kalimat yang tertulis di atas selembar kertas. Menelaah setiap point penting yang ada tanpa melewatkannya satu pun. Wajahnya menunjukkan banyak ekspresi. Namun ia masih memilih diam. Memutuskan membaca surat perjanjian kerja hingga selesai. Jimin berdeham pelan setelah menyelesaikannya yang tentu saja mengundang Hoseok untuk bertanya.
"Ya?" tanya Hosoek tepat setelah Jimin berdeham memecah konsentrasinya yang tengah menatap monitor kerja di sisi kanannya.
"Kak, jika aku tidak bekerja disini sebelum masa kontrakku selesai, aku harus membayarkan denda. Namun disini tak ditulis sama sekali berapa nominal denda yang dimaksud. Apa aku tak salah? Dan untuk gajiku, ku rasa ini terlalu besar. Malah bisa dibilang tak biasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Redamancy || Yoonmin
FanfictionKetika Jimin terjebak pada sebuah pertunangan dengan seseorang yang tak diinginkannya, Min Yoongi