LEMBAR 13

1.4K 125 5
                                    

Jimin memiliki ingatan fotografis, sehingga ia mampu mengingat visual, gambar, warna, struktur dan angka dengan sempurna dan cepat. Dan ingatannya ini betul-betul membantunya dalam mengerjakan banyak hal, termasuk tumpukan dokumen yang tengah dikerjakannya.

Bunyi klik tanpa henti terdengar di keyboard komputernya. Matanya yang tajam menatap layar komputer dengan pikiran yang tak berhenti mengingat.

Rupanya hal tersebut menarik beberapa perhatian dari Sunoo, Jungwoon, Jay dan Heeseung.

"Woonie, coba kau lihat bagaimana jari lentik itu mengetik. Ku kira aku sudah paling cepat dalam mengetik, tapi sepertinya jika dibandingkan dengan kak Jimin aku tidak ada apa-apanya." bisik Sunoo yang ternyata memang tidak kemana-mana sedari tadi.

"Aku jadi semakin bertanya-tanya. Apa benar ia berasal dari pedesaan seperti yang mereka bicarakan? Pekerjaan seperti ini bahkan tidak mudah untuk kita. Tapi dari caranya bekerja, ku pikir Kak Jimin itu penuh kejutan." sahut Jay.

"Kak Jimin benar-benar menakjubkan untuk ukuran seorang pendatang baru di dunia korporat. Ia memang pantas menjadi tunangannya Pak Yoongi. Kak Jimin juga ganteng dan cantik." puji Jungwoon.

"Ganteng dan cantik? itu konsepnya gimana, Woonie." tanya Heeseung yang aneh mendengar pernyataan Jungwon.

"Ya gitu. Ia itu tampan tapi wajahnya itu cantik. Dia menawan tapi dia indah. Dia berkarisma tapi dia anggun. Begitulah. Aku tak mengerti juga harus menjelaskannya bagaimana. Tapi yang pasti kak Jimin itu Ganci, Ganteng Cancik." jelas Jungwoon seraya memasang wajah imutnya.

"Sudah, sudah. Kita pulang saja. Kalian tidak ingin dimarahi Nona Aira kan karena kita memuji Kak Jimin. Apalagi hingga menolongnya. Ia tak marah saja seperti sudah menerima siksa neraka, apalagi membuatnya murka. Ayo cepat beresin barang kalian. Ini pertempuran mereka, kita hanya bisa menonton bukan?" ajak Heeseung berlalu seraya meninggalkan meja kerjanya.

Waktu menunjukkan pukul 5 sore saat satu per satu karyawan meninggalkan meja kerjanya. Perut Jimin yang meminta untuk diisi membuat Jimin memutuskan untuk pergi makan sejenak di kantin bawah.

Namun setelah kembalinya Jimin dari kantin bawah, ia melihat Aira datang ke meja kerjanya seperti orang gila yang kemudian menggebrak mejanya.

"Jimin! dari mana saja kau? Apa tugasmu sudah selesai? berapa kali harus ku sampaikan padamu bahwa laporan itu harus selesai hari ini. Bukannya bekerja untuk menyelesaikannya, kau malah berjalan-jalan dan makan. Apa kau dengan sengaja melakukannya? jika kau memang tak mau mengerjakannya, kenapa tak beritahu aku dari awal?" omel Aira.

Jimin menulikan pendengarannya. Setelah Aira selesai bicara, Jimin berkata

"Kau bilang padaku untuk menyelesaikannya hari ini bukan? bukan jam sekarang bukan? ini bahkan masih jam 6 Aira. Dan kau tak perlu mengingatkanku. Aku tau pekerjaanku."

Mendengar Jimin yang menyahutinya, Aira semakin geram. Ia tak terima di permalukan oleh Jimin seperti itu.

"Kau itu hanya anak baru, Jimin. Jangan karena kau tunangan Pak Yoongi jadi membuatmu besar kepala. Asal kau tau.."

"Cukup Aira!" bentak Jimin sebelum Aira menyelesaikan perkataannya.

Aira membungkam mulutnya. Beberapa karyawan yang tersisa memperhatikan mereka dan mereka yang tersisa memasang wajah kaget mendengar bentakan Jimin.

Jimin paling benci dengan orang yang berisik . Dan Aira betul-betul menguji kesabarannya. Jimin tak tahan lagi.

"Aku masih punya banyak waktu sebelum tenggat waktunya habis. Jika kau ingin memarahiku, tunggu sampai besok jika aku tak menyelesaikannya, oke? Jika kau terus mengocehiku, aku tak akan segan untuk melaporkannya pada Yoongi bahwa kau terus-terusan menggangguku. Jadi kau harus bertanggungjawab atas kerugian apapun itu, bukan aku. Ku pikir kau tak menginginkannya bukan?"

Redamancy || YoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang