LEMBAR 19

1.5K 131 5
                                    

Suran tak percaya dengan apa yang baru saja dibacanya. Bagaimana seorang pemuda berasal dari kampung seperti Jimin lebih paham mengenai fashion dibandingkan dirinya. Dan kemana saja dirinya selama ini hingga tak mengetahui perihal tanda khas yang selalu Mochi bubuhkan di setiap hasil karyanya. Wajahnya kini merah padam, antara menahan amarah dan malu karena ia tak menemukan tanda itu pada baju yang sekarang ia kenakan.

Ia mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk membeli baju itu, tapi sayangnya ia hanya membeli baju imitasi. Dirinya merasa begitu malu terlebih di hadapan Yoongi.  Bahkan kini ibunya juga ikut menatapnya dengan tatapan tak percaya pada dirinya.

Sementara Yoongi yang sedari tadi mendengar bagaimana Jimin menjabarkan semuanya, mendadak penasaran dengan sosok yang kini tengah berbicara dengan sang kakek seperti tidak terjadi apa-apa.

"Jimin, aku penasaran. Bagaimana bisa kau mengetahui semuanya? padahal berita yang kau jelaskan barusan saja di rilis beberapa menit yang lalu." bisik Yoongi di telinga Jimin.

"E-eh itu, aku mendengarnya dari seorang teman lamaku."

Yoongi merasa ada yang aneh pada sikap Jimin. Instingnya tak pernah salah. Dan instingnya kali ini mengatakan jika Jimin berbohong padanya. Lalu teman Jimin bahkan mengetahuinya lebih dulu. Apakah mochi yang dimaksud Jimim itu temannya? Ada banyak pertanyaan di pikiran Yoongi kali ini terhadap sosok di sampingnya itu. Yoongi yakin Jimin bukanlah orang biasa yang seperti orang bicarakan. Menurutnya, Jimin adalah orang yang berbeda.

***

Makanan telah tersaji dengan apik di atas meja makan. Suara denting pisau, garpu dan sendok mengalun pelan diiringi dengan perbincangan santai di antara semua yang duduk di sana. Tapi tidak dengan Jimin. Dirinya banyak diam. Ia hanya akan menjawab jika ditanya lebih dahulu. Sisanya ia habiskan dengan menikmati makan siang yang ada.

Matanya beredar mengelilingi ruangan di sekitarnya hingga matanya tertuju pada sebuah bingkai foto yang berukuran sedang di atas meja di sudut ruang. Jimin melihat foto kakek Min tengah tersenyum sembari menggendong seekor anjing.

"Mataku saja atau aku memang mengenali anjing itu? Anjing itu bukannya yang beberapa hari lalu aku selamatkan dan ku titipkan di klinik hewan?" tanya Jimin dalam dirinya.

Jimin merubah posisi duduknya menghadap Yoongi.

"Yoongi, anjing itu milik siapa?" tanya Jimin seraya menujuk figura yang dimaksud.

"Oh itu anjing milik nenekku. Namanya holly.  Namun semenjak nenek meninggal setahun yang lalu, anjing itu juga menghilang entah kemana." jelas Yoongi

"Kami bahkan menyewa beberapa orang untuk mencarinya, namun tetap tak menemukannya. Padahal istriku memintaku untuk menjaganya." sambung kakek Min yang ternyata mencuri dengar obrolan Yoonmin barusan.

"Ah begitu. Kakek, aku permisi sebentar. Ada hal yang harus aku lakukan." pamit Jimin mendadak. Dirinya membungkuk hormat dan beranjak pergi meninggalkan tatapan dari orang-orang disana padanya.

Yoongi berusaha mengejar Jimin. Pikirnya ada urusan mendadak apa yang mengharuskan Jimin pergi meninggalkan kediaman kakeknya bahkan saat dirinya saja belum menghabiskan makanannya.

"Mau kemana?" tanya Yoongi yang telah mensejajarkan langkah kakinya di sebelah Jimin.

"Aku ada urusan Yoongi. Kau disini saja. Jika sudah, aku akan kembali kesini."

"Tidak! biar aku antar." cegah Yoongi.

Jimin tak ingin berdebat panjang lebar kali ini. Ia hanya mengangkat bahunya acuh dan mengambil ponsel dari saku celana miliknya. Menekan sebuah nomor telpon yang menjadi tujuannya saat ini.

"Halo, selamat siang. Ini saya, Jimin. Beberapa hari yang lalu saya menitipkan seekor anjing yang kakinya terluka. Apa kondisinya sudah membaik?" tanya Jimin pada suara diseberang telpon.

"Saya baru saja akan menelpon anda. Anjing anda sudah sembuh total, Pak. Jika anda tidak sibuk, anda sudah boleh mengambilnya." jelas suara di seberang.

"Baiklah. Saya akan menjemputnya sekarang. Terima kasih." putus Jimin pada ponselnya tepat saat memasuki mobil bersama Yoongi.

Sementara Yoongi di sebelahnya hanya mendengar dengan seksama percakapan Jimin dengan entah siapa. Anjing? sejak kapan Jimin punya anjing? dan kenapa juga harus menjemputnya sekarang? Yoongi kesal. Tapi seperti yang sudah-sudah, Yoongi hanya mengantarkan Jimin tanpa tanya dan bicara.

***

"Jimin, kau yakin tak salah tujuan?" tanya Yoongi tepat setelah sampai di depan klinik hewan, alamat yang Jimin berikan padanya.

"Betul kok. Tunggu disini saja, aku tak akan lama."

Jimin meninggalkan Yoongi dengan penuh tanda tanya. Jimin benar-benar orang yang tidak bisa diprediksi. Bagaimana ia dan wawasannya, bagaimana ia dan pemecahan masalahnya yang luar biasa, bahkan sekarang di sebuah klinik hewan.

Tak lama, Jimin terlihat keluar menggendong seekor anjing dalam pelukannya. Anjing itu awalnya hanya diam. Namun setelah melihat Yoongi, anjing itu mulai bergerak dan berjuang melepaskan diri.

"Hei, rupanya kau sudah tak sabar ya?" elus Jimin pada kepala si anjing kecil.

Yoongi yang awalnya hanya duduk di belakang kemudinya, melihat bagaimana anjing kecil dalam pelukan Jimin meronta-ronta akhirnya memutuskan untuk keluar membantunya. Namun langkahnya terhenti tepat ketika Jimin membungkuk, menurunkan anjing tersebut dari peluknya.

Anjing kecil itu menggonggong dan berlari menghampiri Yoongi. Yoongi menyadari satu hal, bahwa anjing itu adalah holly, anjing sang nenek yang setahun ini telah menghilang.

"Holly!" sambut Yoongi pada anjing kecil yang telah berada di peluknya dengan tidak percaya.

"Ini benar kau, holly? kemana saja kau?" usap Yoongi pada bulu lembut si anjing.

Anjing yang setahun hilang dan tidak ditemukan, sekarang berada di pelukannya dan itu melalui Jimin. Bagaimana Jimin bisa menemukannya.

"Jimin, bagaimana kau menemukannya?" tanya Yoongi penuh rasa penasaran dan rasa terima kasih karena telah menemukan apa yang dicari setahun belakangan.

"Ehm, kau ingat saat aku menelponmu pagi itu saat aku bilang telat?"

Yoongi mengangguk

"Aku sedang dalam perjalanan menuju kantor pagi itu ketika aku melihat sebuah mobil hampir menabrak anjing ini. Ia terluka, jadi aku membawanya ke klinik hewan ini untuk memberikannya perawatan." jelas Jimin

"Aku tidak tau jika ini anjing kakek jika aku tak melihat foto tadi."

Yoongi mendekati Jimin. Jarak mereka hanya ujung kaki bertemu ujung kaki. Tatapan Yoongi pada Jimin sulit diartikan. Yoongi menatap Jimin begitu lembut. Namun tindakan Yoongi selanjutnya justru membuat aliran darah di tubuh Jimin nyaris berhenti. Detik itu juga Yoongi memberanikan diri untuk mencium pipi Jimin dan membisikkan sebuah kata dengan tulus.

"Jimin, terima kasih untuk ini."

Yang dicium hanya diam mematung. Tak memberikan ekspresi apapun. Matanya mengerjap lucu seakan memproses kejadian apa yang barusan terjadi. Semburat merah mulai mewarnai pipinya yang putih gembil hingga ke telinga. Dadanya berdetak tak karuan. Terlalu berisik. Pikirannya hilang. Perutnya geli seakan dipenuhi jutaan kupu-kupu terbang menggelitik.

Jimin membawa tangan mungilnya menyentuh pipinya yang telah dicuri kecup oleh Yoongi.

"Y-yoongi, a-apa yang kau lakukan?" tanya Jimin gelagap

"Aku berterima kasih." senyum gummy khas Yoongi sembari menatap Jimin lembut dan penuh puja.

"Ha-harusnya tak p-perlu seperti itu."

Yoongi hanya tersenyum. Ia tau apa yang dilakukannya barusan adalah respon kejutan yang ia juga tak ketahui alasannya. Tapi Yoongi tak merasa bersalah melakukannya, justru rasanya malah menyenangkan.

"Aku tak tau jika menciumnya nyaris membuat jantungku pecah. Dan lihat semburat merah itu, cantik. Warna itu cocok untukmu, Jimin. Kau cantik." tatap Yoongi yang disambut oleh Jimin yang hanyut dalam pikiran masing-masing.


Redamancy || YoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang