LEMBAR 2

2.1K 148 2
                                    

Matahari menyambut kedatangan Jimin saat turun dari undakan tangga kereta api. Semburat kemerahan tercetak jelas pada pipinya yang seputih susu. Rambutnya yang sehitam jelaga bergerak tak tentu arah mengikuti hembusan angin yang menyejukkan.

Jimin menyipitkan matanya. Membiasakan dengan bias matahari yang tentu saja membuat kelopak matanya yang sipit nyaris menghilang. Ia tersenyum. Dan disinilah ia saat ini, sebuah stasiun kereta api yang jaraknya berpuluh kilometer dari daerah tempat tinggal ia dan keluarganya.

Ya, Kakek Jimin Park Yoon Jo memilih untuk tinggal di sebuah desa terpencil untuk melanjutkan kehidupannya yang tenang tanpa gangguan hiruk pikuk lalu lintas atau kebisingan lainnya.

Jimin adalah sosok laki-laki menawan yang memiliki kharisma luar biasa. Bentuk wajah yang mungil, dengan kedua mata sipit berbentuk bulan sabit, hidung mungil yang lucu, pipi berisi yang merona kemerahan serta bibir penuh berwarna pink membuat dirinya acap kali dinilai sebagai seorang wanita.

Tak jarang orang akan salah paham pertama kali bertemu atau bersitatap dengan dirinya. Namun Jimin selalu menanggapi hal tersebut dengan tersenyum.

Saat dulu pertama kali ia disebut perempuan, dia pasti akan murka dan marah-marah. Lambat laun ia akhirnya menerima semua apa adanya. Ia memang terlahir sebagai pria dengan ketampanan dan kecantikan sekaligus. Kalau kata sang kakek, mungkin saat Jimin diciptakan, Tuhan sedang berbahagia. Karena ia diciptakan begitu sempurna.

Selain paras yang menawan, Jimin juga dikaruniai hati yang lembut, penuh kasih dan dermawan. Hanya saja semua itu ia tutupi dengan sikap elegannya. Sehingga hanya orang-orang terdekat saja yang tau bagaimana Jimin aslinya. Diluar itu, orang akan mengenal Jimin sebagai sosok yang jarang bicara, tegas dan penuh karisma.

"Maaf. Apa anda Tuan Jimin?" tanya seseorang dengan tubuh tinggi penuh senyum hangat.

"Ya betul. Itu saya."

"Saya, Choi Yeonjun. Saya yang ditugaskan Tuan Min Dae Ho untuk menjemput anda. Mari saya bawakan kopernya, Tuan." pinta Yeonjun dengan ramah. Senyumnya tak pernah pudar.

"Baiklah. Terima kasih, Yeonjun-ssi." ucap Jimin lembut.

"Ah tidak, Tuan. Cukup Yeonjun saja." celetuk Yeonjun

"Oh. Baiklah."

Jimin memiliki suara yang merdu. Ia tak menyangka sama sekali jika calon tunangan Tuan Min Yoongi adalah sosok malaikat yang begitu indah. Jika saja Tuan Min Dae Ho tidak menginformasikan padanya jika Jimin adalah seorang pria, ia juga sudah pasti akan menebak Jimin adalah seorang wanita. Bagaimana tidak. Lihat saja pipi gemuk kemerahan, bibir penuh berwarna pink serta bokong yang (ehm) berisi. Sosok Jimin sukses menyihirnya.

Yeonjun mempersilakan Jimin masuk ke dalam sebuah mobil Roll Royce berwarna hitam yang terparkir tak jauh dari pintu masuk stasiun kereta api.

"Silahkan Tuan. Buat diri anda nyaman. Perjalanan kita seharusnya tak akan lama. Mungkin sekitar 20 menitan jika lalu lintas tidak padat." jelas Yeonjun ketika masuk ke bangku kemudi dan mulai menyalankan mesin.

Mobil Roll Royce itu mulai bergerak membelah jalan melewati bangunan-bangunan tinggi yang menjulang megah. Kesibukan terlihat di berbagai sisi. Benar kata orang jika Seoul adalah kota yang tak pernah tidur.

***

Tepat seperti yang Yeonjun katakan, mereka tiba di kediaman Tuan Min Dae Ho jam 5 sore lewat 20 menit.

Yeonjun membantu Jimin menurunkan kopernya dan mengantarkan Jimin ke depan pintu kediaman Tuan Min. Rumah bergaya Mediterania Modern berwarna putih dengan list hitam dan abu-abu yang membuat bangunan tersebut terlihat elegan.

Redamancy || YoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang