LEMBAR 9

1.3K 111 3
                                    

Jimin tampak bingung dengan perubahan sikan Yoongi yang mendadak menjadi dingin dan pendiam. Ya, Jimin akui Yoongi memanglah sosok yang dingin dan pendiam. Namun kali ini berbeda. Diamnya Yoongi tampak menahan amarah dan rasa tak suka pada dirinya. 

"Apa aku melakukan sebuah kesalahan?" tanya Jimin ragu. 

"Aku hanya akan mengingatkanmu, bahwa 6 bulan ke depan kau adalah tunanganku, Jimin. Dan Jungkook adalah seorang idol yang tengah menjadi pusat perhatian orang. Kau sebaiknya menjaga prilakumu. Aku tak akan hanya menonton saja jika kau menghancurkan nama baik keluarga Min." peringat Yoongi pada Jimin. 

"Ah ia pasti mengira aku sedang memiliki hubungan dengan Jungkook rupanya. Dasar bodoh!"  batin Jimin yang kini paham dengan perubahan sikap Yoongi. 

"Lagi pula keluarga Kim pasti akan menolakmu. Mengingat mereka memiliki kriteria tersendiri untuk memilih menantu mereka. Lebih lagi umur kau dan Jungkook terlampau jauh. Jadi kusarankan.."

"Cukup!" bentak Jimin. 

"Pertunangan kita hanyalah sebuah topeng sebuah kesepakatan, Min Yoongi! Baik kau dan aku juga tau bahwa kita tak akan pernah masuk ke jenjang pernikahan. Bukan urusanmu aku dengan siapa. Jangan mendikteku seakan kau memiliki kuasa penuh atas diriku. Ingat siapa dirimu, Min Yoongi!" tekan Jimin. 

Yoongi boleh saja memperingatinya, namun memojokkannya seakan-akan ia adalah pasangan dari seorang Min Yoongi, ia tak terima. Mereka sudah sepakat untuk bermain dalam permainan ini, tapi kenapa sekarang Yoongi jadi semaunya. 

Wajah Yoongi tambah muram. Ia ingin membalas ucapan Jimin. Tapi ia sadar, hal tersebut hanya akan membuat dirinya dan Jimin jadi semakin berjarak. Dan jika ia berjarak, tentu sudah pasti akan menjadi tanda tanya bagi kakeknya. Hingga akhirnya Yoongi memutuskan untuk mengatupkan rahangnya dengan rapat. 

Sesampainya dirumah, Yoongi dan Jimin langsung berpisah. Menyeret langkah mereka masing-masing menuju kamar tidur terpisah. Jimin masih di kamar tidur Yoongi. Sementara Yoongi tidur di kamar sebelah kanan miliknya. Kamar saat ia sekolah dulu. 

Malam harinya, Yoongi bergerak gelisah di atas tempat tidurnya. Pikirannya kacau. Insomnia menyerangnya. Pikirannya kembali pada kejadian beberapa jam yang lalu. Ia mengingat bagaimana Jimin yang tertawa dan tersenyum bahagia bersama Jungkook. Sementara saat bersamanya, Jimin hanya menampilkan wajah yang datar. Kalaupun tersenyum, hanyalah sebuah senyum formalitas saja. Yoongi benci itu. 

Potongan ingatan saat Jimin memeluknya semalam juga ikut hadir dalam pikirannya. Ia ingin memeluk Jimin lagi. Rasanya lebih tenang dan hangat.

"Seleranya benar-benar buruk sekali. Apa yang dilihatnya dari seorang Jeon Jungkook? Dia betu-betul buta." gerutu Yoongi. 

***

Kehidupan Jimin pasca perdebatannya dengan Yoongi amatlah tenang. Ia tak pernah bertemu dengan Yoongi lagi semenjak malam itu. Saat pergi kerja pun, Jimin tak pernah bertemu dengan Yoongi. Yoongi mendadak seperti hilang di telan bumi. 

Dikantor pun Yoongi jarang terlihat. Entah kemana orang itu. 

Ah, Jimin mendadak merindukan kehidupannya yang dulu. Bagaimana ia dengan bebas kemana saja berkeliling dunia, bertemu dengan orang-orang baru. Atau hanya sekeder menghabiskan waktu pada sofa pojokan di sudut ruang perpustakan milik kakeknya yang banyak menyimpan harta benda luar biasa untuk ia baca. 

Hari demi hari berjalan dengan baik. Jimin juga sudah mulai dekat dengan beberapa staf di departemen kesekretariatan. Ada Sunoo, Jay, Jungwoon dan Heeseung yang begitu baik membantunya dalam banyak hal. 

Jimin tengah duduk di pantry saat Sunoo menginformasikan pada mereka yang lain perihal ulang tahun perusahaan yang akan diadakan beberapa hari lagi. 

"Apa kalian sudah mendengar perihal pesta ulang tahun perusahaan yang akan dilaksanakan beberapa hari ke depan?" tanya Sunoo pada yang hadir di pantri saat itu.

"Ku dengar di perayaan kali ini akan ada Nona Bellini." sambut Jay setelah menyesap kopi yang dibuatnya. 

"Betulkah? Wah pasti Nona Bellini tambah cantik." puji Heeseung.

"Kau ini. Kataku sih lebih cantik Kak Jimin." sanggah Jungwoon.

"Eh, aku? Cantik? Aku laki-laki, Woonie." cubit Jimin pada pipi gemas Jungwoon.

"Kau memang laki-laki kak, tapi kau cantik. Kau tau, laki-laki tampan itu biasa. Tapi kau laki-laki cantik, Kak." puji Jungwoon tulus dari hatinya. 

"Kau ini bisa saja." kekeh Jimin seraya tersipu malu. Semburat merah membekas di pipi putihnya yang bulat seperti mochi. Hal itu tak luput dari pengamatan Jay yang kini terpesona dengan rupa sang kakak senior. 

"Kak Jimin, kau benar-benar terlihat serasi dengan Pak Yoongi." celetuk Jay yang menarik atensi Jimin.

"Betulkah?"

"Iya. Kau memiliki rupa yang menawan amat sangat cocok dengan Pak Yoongi yang tampan. Kau juga berkarisma dan pintar. Caramu menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada juga luar biasa. Aku benar-benar kagum padamu. Kau tau kak, aku akan mendukung dirimu dan pak yoongi sampai kapanpun." jelas Jay. 

"Kau tau kak, sekarang kami menyebut kalian sebagai yoonmin couple. Lucu kan. Yoongi Jimin." jelas Sunoo.

"Kalian ini ada-ada saja, ya Tuhan." kekeh Jimin berbarengan dengan tawa yang lain. 

Sementara itu di balik punggung Jimin, sosok Yoongi terdiam mematung mendengar sayup-sayup pembicaraan mereka. Dirinya mendadak tersenyum merekah saat mendengar bagaimana karyawannya menyebut mereka Yoonmin couple. Entah bagaimana, rasanya suasana kantor lebih menyenagkan untuk Yoongi datangi dibandingkan beberapa hari ke belakang. 

***

Jimin tengah melakukan pekerjaannya saat sebuah dehaman pelan memasuki pendengarannya. Di ambang pintu, Yoongi berdiri dengan gagahnya dalam balutan jas panjang jenis coat berwarna biru laut dengan bawahan hitam dan kemeja berwarna coklat tanah yang membuat siapa saja menahan nafasnya. 

Sosok yang berdiri di depan Jimin itu lebih terlihat seperti seorang foto model profesional ketimbang seperti CEO. Gayanya memang tak pernah old school. Selalu menawan dan menyita helaan nafas bagi siapa saya yang memandangnya. 

(Yoonginya begini siapa yang gak tergila-gila coba)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Yoonginya begini siapa yang gak tergila-gila coba)

"Ada yang bisa saya bantu, Pak Yoongi?" tanya Jimin pada Yoongi setelah beberapa hari tak menemuinya. 

"Ehm, aku hanya ingin menyerahkan ini. 2 hari lagi ulang tahun perusahan. Ku rasa ini cocok untukmu. Jadi jangan lupa kau pakai." jelas Yoongi yang kini tengah tersenyum kikuk seraya menyerahkan sebuah paperback yang berisi kotak. Entah apa isinya. 

"Terima kasih, Pak Yoongi. Anda tak perlu repot-repot. Aku bisa menyiapkannya sendiri padahal."

"Tak perlu. Aku hanya kebetulan sedang jalan di mall. Dan melihat ini, jadi karena ku pikir itu cocok untukmu, maka ku beli saja. Hitung-hitung permintaan maafku."

Jimin tersenyum menatap Yoongi. Berusaha menelisik manik kecelokaan dari si kaku berharap disana terdapat kebohongan. Nyatanya, ia hanya menemukan sebuah ketulusan. 

"Saya juga minta maaf ya, Pak. Sekali lagi terima kasih." bungkuk Jimin pada Yoongi yang dibalas Yoongi dengan sebuah senyuman. Yoongi berbalik meninggalkan ruangan Jimin. Pipinya mendadak terasa hangat. 

"Ingatkan aku untuk bertanya pada Departemen perawatan untuk memperbaiki pendingin ruangan ini. Kenapa terasa begitu panas." oceh Yoongi seraya mengipas wajahnya yang kini tengah memerah. 

***

Redamancy || YoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang