LEMBAR 14

1.3K 119 1
                                    

Sementara itu di kediaman keluarga Min, Yoongi tengah bergerak gelisah di depan jendela memperhatikan pintu gerbang.

"Sudah jam setengah 12 malam, tapi Jimin belum kembali. Kemana dia? apa ia pergi dengan teman-temannya? Tapi bukankah ia tak memiliki teman?" pikir Yoongi.

Yoongi memutuskan untuk mengambil segelas air di bawah. Namun ia mendengar bagaimana Suran mengomel pada sang ibu.

"Dia betul-betul menjalani kehidupan tidak bermoral ketika ia tinggal di pedesaan. Siapa yang tau jika ia bersenang-senang di beberapa bar disini. Dasar orang kampung menyebalkan."

Yoongi merasa aneh mendengar Suran menjelek-jelekkan Jimin seperi itu.

Begitu melihat Yoongi, Nyonya Ara serta merta langsung mengomelinya.

"Aku tau kau tak peduli padanya. Tapi kau tak boleh membiarkannya melakukan apapun sesuka hatinya selama tinggal di kediaman keluarga Min, Yoongi. Setiap perbuatan buruknya jelas akan merusak citra keluarga Min. Dan mengingat bagaimana banyak orang tahu, bahwa ia adalah tunanganmu." oceh Nyonya Ara.

"Jika aku jadi kau, aku akan membatalkan pertunangan ini dan mengusirnya. Siapa yang tau masalah apa yang akan ditimbulkannya kelak jika ia tetap tinggal disini. Kau harus mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan, Yoongi." sambung Nyonya Ara.

Yoongi hanya mengangkat bahunya.

"Kakek bilang pertunangan ini akan batal dalam waktu 6 bulan, bu." ucap Yoongi acuh tak acuh.

"Astaga. Jadi kau berencana akan membiarkannya tinggal disini selama 6 bulan ke dapan? ini bahkan baru beberapa hari Yoongi. Tapi aku dan adikmu sudah dibuat sakit kepala oleh ulahnya. Sebaiknya kau bicarakan pada kakekmu dan mengusirnya secepat mungkin."

"Jika itu yang ibu mau, kenapa tidak ibu saja yang bicara pada kakek?" lirik Yoongi sambil mengangkat salah satu alisnya.

Usulan tersebut membungkam Nyonya Ara. Ia tau ayahnya akan memarahinya habis-habisan jika ia berani mengungkit perihal pengusiran Jimin dari kediaman keluarga Min.

Yoongi kembali ke atas namun tidak ke kamarnya melainkan ke ruang kerjanya. Ia hendak mendudukkan tubuhnya ke sofa saat sebuh notifikasi masuk ke ponselnya. Sebuah pesan dari nomor yang tak ia kenal.

+82051-130985
Tolong

Yoongi tak menggubrisnya. Ia pikir mungkin hanya nomor asing yang iseng. Yoongi meletakkan kembali ponselnya. Namun entah kenapa setelah menerima pesan tersebut, dirinya mendadak gelisah.

Pikirannya makin berkelana memikirkan Jimin. Jimin orang baru disini. Ia tak mengenal orang lain kecuali teman kerjanya. Hingga ia kembali menatap ponsel dan nomor asing yang masuk. Ia mengingat sesuatu. Lalu kembali ke ponselnya dan mencari ruang obrolan dirinya bersama sang kakek. Ia ingat kakeknya pernah mengirimi Yoongi nomor telpon Jimin.

Dan saat ia mencoba percakapan dengan nomor Jimin, ia sadar bahwa nomor yang meminta pertolongan tadi adalah nomor Jimin. Tubuh Yoongi menegang. Yoongi mencoba menghubungi Jimin, namun ponselnya sudah tidak aktif.

Keringat dingin muncul di dahi Yoongi. Apa sesuatu hal buruk terjadi pada Jimin. Tanpa berpikir dua kali, Yoongi mengambil jaket dan maraih kunci mobil yang ia bawa tadi. Tempat pertama kali yang terlintas di pikiran Yoongi adalah kantor. Karena Jimin tidak mungkin akan kemana-mana mengingat ia masih baru disini.

Yoongi mempercepat laju kendarannya menuju Min Corp. Ia berencana untuk melihat kamera pengawas. Berharap ia dapat mengetahui kemana dan bersama siapa Jimin pergi.

Namun setibanya di kantor, pemandangan gelap gulita menyambutnya. Petugas keamanan yang berjaga menghampirinya dan memberi hormat.

"Ada apa?" tanya Yoongi.

Redamancy || YoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang