LEMBAR 21

1.4K 130 2
                                    

Yoongi yang kepalang kesal memutuskan untuk menjauh dari Jimin dan menghilang di balik pintu yang ditutup dengan kasar tanpa mengucap apapun.

Jimin menatap kepergian Yoongi dengan penuh tanda tanya di kepalanya. Sikap Yoongi yang berubah-ubah itu membuatnya bergidik ngeri. Sebentar manis sebentar kejam, seperti orang yang tengah datang bulan. Yoongi aneh.

Namun Jimin tak ambil pusing. Ia kembali menyenderkan tubuhnya pada kepala tempat tidur. Membukan ponselnya dan membaca berita yang bersliweran di berandanya. Tersenyum senang membaca komentar-komentar positif yang diberikan oleh penggemarnya terhadap hasil karyanya. Ia senang karyanya begitu dihargai dan diminati oleh banyak orang.

Pikirnya ia tak pernah menyangka di usianya 25 tahun, ia sudah bisa mengumpulkan pundi-pundi uang dari hasil pikirannya sendiri, dari hasil usahanya sendiri. Tanpa meminta modal sedikitpun dari ayahnya, ibunya bahkan dari kakeknya. Meski bisa saja mereka akan memberikan modal besar untuk Jimin berinvestasi dalam usahanya. Tidak, Jimin tidak mau.

***

Jimin masih tengah tersandar pada kepala tempat tidur kamar tamu milik kediaman kakek min pagi ini. Dirinya memberengut kesal. Ia ingin pergi ke toilet tidak bisa. Kakinya masih nyeri tergips. Dan yang lebih menyebalkan lagi adalah tak ada yang membantunya. Kemana Min Yoongi yang berjanji akan membantunya.

"Si kulkas dingin itu benar-benar meninggalkanku sendirian di kamar ini. Ia tak ingatkah bahwa aku seperti ini karena ulahnya! Arggggh, Min Yoongi kau membuatku kesal!!" oceh Jimin.

"Kau tau Jimin, menyumpah pagi-pagi itu akan membuat harimu buruk."

Dengan sigap Yoongi masuk ke dalam kamar Jimin.

"Kau yang meninggalkanku jika kau lupa?"

"Benarkah?"

"Bukannya kau bisa meminta bantuan dari Jungkook?"

"Jungkook? Oh! Kau aneh Yoongi." Jimin mengerenyit heran.

"Aku? Aneh? Apanya yang aneh?"

"Kau cemburu?" tebak Jimin.

"T-tidak. Aku tidak cemburu."

"Oh ayolah Yoongi. Jika kau tak cemburu, harusnya kau tak mempermasalahkan itu bukan? Lagipula itu hanya basa basi antara aku dan Jungkook."

"Kau lebih memilih untuk menerima pertolongannya dari pada aku." cemberut Yoongi.

"Tak ada yang mengatakan jika aku meminta pertolongannya, Yoongi. Dia hanya mengatakan jika aku butuh apa-apa, katakan saja padanya. Kan begitu." jelas Jimin.

"Ya sudah. Dia kan sudah menawarimu, kenapa juga kau tolak. Bukankah kau lebih suka bersamanya ketimbang aku."

"Yoongi.."

"Apa?"

"Kau jatuh cinta padaku ya?"

"A-aku? Jatuh c-cinta padamu? Yang benar saja."

"Jungkook adalah adik temanmu. Dan dia juga sudah ku anggap seperti adikku sendiri."

Yoongi hanya diam. Dadanya bergemuruh tak nyaman. Ia tak suka kedekatan antara Jimin dan Jungkook, jujur saja.

"Yoongi." panggi Jimin kembali.

"Apa?" balas Yoongi dingin

"Kau tak ingin membantuku?"

Yoongi hanya memiringkan kepalanya ke arah Jimin.

"Aku dari semalam sudah menahan ingin pipis. Dan kaki ku tak bisa. Bisa bantu aku?" pinta Jimin membujuk seraya menatap Yoongi dengan tatapan memelas bak kucing kecil lucu.

Redamancy || YoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang