بسم الله الرحمن الرحيم
💜💜💜
Di depan bangku tunggu pasien, tiga orang dengan ekspresi dan harapan yang sama tengah menunggu sang dokter keluar dari ruangan. Hampir satu jam mereka di sana ketika Hanum dipindahkan ke ruang operasi. Tidak ada yang bersuara lantaran sibuk dengan pikiran masing-masing.
Tidak berselang lama, suara tangisan bayi dari ruangan tersebut berhasil melegakan perasaan mereka. Tidak terkecuali Andaru. Laki-laki itu langsung menangis haru setelah meyakini bahwa itu adalah suara anaknya. Kedua pasangan yang duduk di sebelahnya pun ikut tersenyum bahagia.
"Pak Andaru," panggil dokter yang baru keluar ruangan.
"Bagaimana hasilnya, Dok?"
"Alhamdulillah. Operasinya berjalan lancar. Ibu dan bayinya selamat. Namun, untuk sekarang, Ibu Hanum masih belum sadarkan diri. Saya harap, Pak Andaru bisa bersabar." Ucapan dokter itu membuat senyum yang sempat terukir berubah layu seketika.
"Apa saya boleh menemuinya?" tanya Andaru.
"Tentu, Pak. Silahkan." Dokter tersebut mempersilakan. Sebelum pergi, pria berkacamata itu melirik ke arah Ara dan Hasby yang berdiri di sana. "Kalian juga diperbolehkan untuk menemuinya."
Ara tersenyum mendengarnya. Sebenarnya tadi ia ingin menanyakan hal tersebut, tapi dokter itu sudah lebih dulu memberinya izin.
"Terima kasih, Dok."
"Sama-sama. Saya permisi dulu. Mari."
Ketika punggung dokter tadi lenyap dari pandangan, gadis cantik itu langsung memegang lengan suaminya sampai laki-laki itu melihat ke arahnya. "Kita masuk, yuk, Kak! Aku mau lihat kondisinya," pinta Ara.
Hasby menganggukkan kepala sebagai jawaban. Namun, ketika akan melangkah, gema azan dari masjid rumah sakit membuat niat hatinya untuk menemani sang istri menjadi batal.
"Kamu masuk dulu, ya. Mas mau sholat sebentar. Nanti kalau sholatnya udah selesai, Mas langsung ke sana," tutur Hasby tersenyum manis.
Ara yang juga tengah mendengar panggilan Ilahi tersebut perlahan mengangguk. Kalau saja dirinya sedang tidak berhalangan, mungkin ia akan ikut Hasby ke masjid untuk sholat bersama.
"Ya udah. Aku masuk duluan, ya, Kak," balas gadis itu melepas genggaman tangannya. "Hati-hati."
"Iya, Sayang." Hasby melambaikan tangan ketika perempuannya perlahan menjauh dari posisinya. Begitu bayangan Ara sudah hilang dibalik pintu, barulah ia beranjak menuju masjid.
***
Sesampainya di dalam, Ara langsung disambut dengan pemandangan yang mengharukan. Beberapa meter dari brankar Hanum, seorang laki-laki tengah mengamati bayi mungil yang berada dalam inkubator. Dari kejauhan, Ara bisa mendengar bahwa laki-laki itu tengah mengumandangkan adzan di telinga kanan sang bayi. Lalu berganti dengan iqomah di telinga kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Araby [SELESAI] ✔️
Spiritual"Ara, tuh, cewek yang nakalnya pake banget. Gue yakin, lo nggak bakalan temuin satu sifat pun cewe idaman lo di sana." -Aisyahra Khadija "Untuk membuktikan ucapan kamu tadi, saya harus melihat dan menilainya sendiri. Dan salah satu caranya adalah de...