6 - Menemuinya

7.9K 467 11
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💜

"SUMPAH DEMI APA LO TERIMA, RA?!"

Ara spontan menjauhkan benda pipih itu dari telinganya. Jika tidak, bisa dipastikan gendang telinganya akan bermasalah mendengar pekikan Salsa di seberang sana.

Pagi-pagi buta, ia sengaja memberitahu sahabatnya tentang rencana perjodohan itu dan ia tidak menduga reaksi Salsa akan seheboh ini. Mungkin karena syok, terkejut, atau apa, putri bungsu Bapak Iswan Abdul Razak itu langsung menelpon Ara demi mencari penjelasan.

"Enggak usah teriak juga kali," tegur Ara kembali menempelkan ponselnya. Kini, gadis itu tengah menyisir rambut panjangnya yang baru selesai dikeramas.

"Ya gue, kan, kaget, Ra. Kenapa lo bisa-bisanya nerima perjodohan ini? Bukannya lo sendiri yang kekeuh bilang nggak mau?"

Ara meletakkan sisirnya di atas nakas. Beranjak dari depan cermin, ia mendudukkan diri di sofa kamar agar bisa mengobrol dengan nyaman.

"Awalnya gue juga nolak, Sal, tapi Oma bilang sesuatu yang bikin gue mau nerima rencana ini." Ara memindahkan ponselnya ke telinga sebelah. "Lagian, ini, kan masih rencana, bisa aja kan gue batalin pas acara pertemuan nanti selesai."

"Maksudnya gimana?"

"Jadi gini, Sal. Tuh cowok cuma minta izin ke Ayah kalau dia mau ngelamar gue. Terus, dia bakal dateng ke rumah sama keluarganya kalau gue setuju. And then, setelah dipikir-pikir, gue juga penasaran sama tuh cowok. Se-subhanallah apa, sih, dia sampai ayah gue langsung setuju? Makanya, gue iyain aja. Ya, meskipun Ayah udah ngasih CV-nya, tapi gue tetep penasaran," jelas Ara panjang lebar.

"Lo punya CV tuh cowok?"

Ara mengangguk meskipun tidak bisa dilihat oleh Salsa. "Ada, Sal."

"Ceritain dong sedikit tentang dia," pinta Salsa dengan suara imutnya.

Sebenarnya Ara sangat malas menceritakan tentang apa pun yang berkaitan dengan laki-laki itu. Selain tidak tertarik, ia juga lupa apa yang dikatakan Omanya kemarin.

"Nanti aja, ya, Sal. Gue nggak ingat soalnya. Jadi harus buka map lagi."

"Lah, jadi lo belum liat fotonya?"

Ara menggeleng. "Belum. Kemarin cuma Oma yang liat, tapi Oma sempat bilang kalau tuh cowok lulusan Al-Azhar University, hafidz sama Gus," cerita Ara sambil mengingat sedikit tentang ucapan omanya.

"Lo bilang apa barusan, Ra? Cowok itu seorang Gus?" tanya Salsa. Ara bisa menebak jika sahabatnya itu kembali terkejut oleh fakta yang ia katakan.

"Iya. Gue baru tau lho, kalau lulusan Kairo dapet gelar Gus."

"Itu bukan gelar akademik, Ara. Gus itu panggilan khusus untuk putra seorang Kiyai," beritahu Salsa.

Semesta Araby [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang