بسم الله الرحمن الرحيم
💜
"Jangan! Jangan telpon siapapun!" cegahnya dengan tangan yang mencekal kuat pergelangan tangan perempuan di depannya.
Ara terlonjak kaget. Hampir saja ponsel yang ia genggam jatuh ke lantai akibat Hanum yang tiba-tiba muncul di hadapannya dan mencegah niatnya untuk menelpon seseorang.
"Ustazah?"
"Saya mohon, jangan beritahu siapa pun tentang ini," ulang perempuan itu dengan napas yang terdengar berat. Sorot matanya pun menyiratkan permohonan yang teramat sangat. Ara yang melihatnya langsung merasa iba. Ia pun segera menurunkan ponsel yang sebelumnya hampir saja menempel di telinga.
"T-tapi kenapa?" tanya Ara bingung.
Baru akan mengatakan alasannya, Hanum tiba-tiba meringis sambil memegang perutnya. Dengan sigap, Ara langsung membantu Hanum agar duduk terlebih dahulu. Tanpa diminta siapa-siapa, Ara langsung berlari menuju kantin untuk membelikan minuman.
"Minum dulu," kata Ara setelah ia kembali di menit kelima. Hanum menerimanya dan langsung mengucap terima kasih.
"Kenapa Ustazah ada di sini? Bukannya masih sakit?" tanya Ara khawatir jika perempuan itu bangun dari tempatnya. Seharusnya, Hanum istirahat saja di dalam ruangan.
Hanum menutup botol minumnya. Kemudian, ia menelengkan kepalanya ke samping menghadap Ara. "Saya udah nggak apa-apa, Ning. Saya sudah terbiasa dengan hal ini."
Hati Ara mencelos seketika. Ia tidak menyangka jika Hanum mampu menjalani keadaan ini sendiri. Sesama perempuan, Ara bisa merasakan kesakitan yang dialami Hanum. Pasti lebih sakit daripada keadaannya ketika menjelang haid kemarin.
Mengingat itu, Ara jadi mengurungkan niat untuk menanyakan banyak hal pada Hanum. Meski kepala dan hatinya kini tengah berseteru. Satu sisi, ia sangat ingin tahu sebab musabab kehamilan Hanum. Siapa ayah dari bayi yang dikandungnya? Namun, di sisi lain, Ara takut akan membuat Hanum semakin terluka jika ia menanyakan hal tersebut.
"Maaf sudah mengangetkan Ning Ara tadi," tutur Hanum dengan kepala tertunduk.
Ara berusaha memaklumi. "Tidak apa-apa, Ustazah. Tapi kalau boleh tau, kenapa Ustazah melarang saya untuk memberitahu siapa pun?" tanya Ara dengan kalimat yang sama.
Perempuan itu bergeming tanpa berniat untuk mengeluarkan suara. Jemarinya kini tengah memainkan ujung jilbabnya. Sebuah keadaan yang membuat Ara langsung paham.
"Kalau Ustazah tidak ingin menjawabnya, tidak apa-apa. Saya-"
"Saya akan keluar dari pesantren, Ning," potong Hanum. "Saya tidak akan tinggal di sana lagi. Tapi sebelum saya pergi, saya mohon, Ning tidak memberitahu siapapun tentang hal ini."
"Apa Abah juga tidak tahu kalau Ustazah-"
"Tidak ada orang yang tau selain kamu." Lagi, Hanum berhasil memotong kalimat Ara yang belum terselesaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Araby [SELESAI] ✔️
Spiritual"Ara, tuh, cewek yang nakalnya pake banget. Gue yakin, lo nggak bakalan temuin satu sifat pun cewe idaman lo di sana." -Aisyahra Khadija "Untuk membuktikan ucapan kamu tadi, saya harus melihat dan menilainya sendiri. Dan salah satu caranya adalah de...