37 - Sebuah Pengakuan

5.6K 333 5
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💜

"Kak Hasby?"

Pemilik nama itu tersenyum dan langsung merendahkan punggungnya sampai sejajar dengan wajah perempuan di depannya. Ditatapnya manik hitam itu beberapa detik, lalu berujar. "Sesuai dugaan." Setelah mengatakan kalimat itu, ia lantas menegakkan punggung dan mengambil tempat duduk di sebelah Ara.

"Terima kasih, ya, Sal. Udah nganterin Aisyahra ke sini," lanjut Hasby yang kini beralih pandang pada perempuan duduk di depan sana.

Salsa yang masih mencerna kondisi spontan mengangguk. "I-iya, Kak. Sama-sama." Tidak berselang lama, ia beranjak dari tempatnya dan membisikkan sesuatu di telinga perempuan yang masih melongo di tempat.

"Ra, gue balik duluan, ya. Kak Hasbynya udah ketemu, tuh," bisik Salsa sambil menaik-turunkan kedua alisnya. Ia bernapas lega karena akhirnya, misi sahabatnya itu sudah ternilai selesai.

"Eh, Sal-" Ara hendak mencegah sahabatnya itu pergi, tapi Salsa malah menggeleng.

"Good luck, besti," timpal Salsa sambil mengedipkan sebelah matanya. Ara tahu maksud dibalik kedipan itu. Pasti Salsa ingin segera pulang karena tidak mau menjadi nyamuk diantara Ara dan Hasby. Selain itu, Salsa juga tidak ingin agar pasangan itu bisa menyelesaikan apa yang perlu diselesaikan.

"Kak, Salsa pamit dulu, ya." Kini Salsa hendak pamit pada Hasby.

Laki-laki itu mengangguk pelan dan tersenyum ramah. "Hati-hati."

"Assalamu'alaikum," kata Salsa melambai.

"Wa'alaikumussalam," sahut keduanya kompak.

Begitu bayangan Salsa menghilang, barulah Hasby menolehkan kepalanya ke samping. Tangan kirinya pun sudah ia gunakan untuk menopang dagunya. Sedangkan Ara, ia memilih untuk hanya melirik saja. Ara yakin, setelah ini Hasby pasti akan menginterogasinya atas perbuatan yang baru saja ia lakukan.

"Kenapa nggak bilang kalau mau ke sini, hm?" tanya Hasby memecah keheningan diantara mereka.

Sebelum menjawab pertanyaan itu, Ara membuka maskernya dan sengaja berdeham agar kegugupannya berkurang. Sungguh, berada pada situasi itu, apalagi dengan Hasby yang menatapnya, membuat jantungnya berdetak kencang.

"Ya, sengaja aja, biar surprise, gitu," jawab Ara berbohong. Mana mungkin ia ingin memberikan kejutan dengan cara menyamar seperti tadi?

Mendengar itu, Hasby lantas memajukan kepalanya demi melihat bola mata sang istri. Karena hanya dari sorot mata, ia bisa tahu apakah istrinya itu berkata jujur atau tidak. Setelah menemukan sesuatu, barulah ia menarik kepalanya kembali.

"Enggak ada alasan lain, kan?" tanya Hasby lagi membuat Ara kelimpungan sendiri. Sebenarnya ia ingin mengatakan yang sejujurnya pada Hasby. Ara paling tidak bisa berbohong.

Semesta Araby [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang