2 - Isyarat dari Rasa

11.4K 569 28
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💜

"Lho, By? Udah lama di sini?" tanya wanita yang masih memakai baju operasi itu. Maskernya ia lepaskan agar bisa berbicara dengan jelas. Pemuda yang dimaksud pun bangkit dari duduknya dan berjalan ke tempat wanita itu.

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, laki-laki itu melepas penutup wajahnya dan tersenyum simpul. "Belum lama, kok," ujarnya.

"Tunggu sebentar, ya. Aku mau ganti baju dulu." Wanita yang berprofesi sebagai dokter bedah itu melenggang pergi. Meninggalkan laki-laki yang kembali mendudukkan diri di bangku tunggu rumah sakit.

Sembari menunggu kakaknya, ia memilih untuk melihat pasien yang baru saja ia bawa ke tempat ini. Mengamati sosok yang juga baru selesai ditangani oleh kakaknya sendiri. Mungkin karena tidak fokus, wanita tadi tidak tahu jika ia sudah agak lama berada di tempat ini.

"Kamu kenal dengan anak itu?" tanya Deviana--kakaknya yang sudah berdiri di sampingnya sambil melihat arah yang sama. Entah sejak kapan wanita itu ada di sana.

Laki-laki yang memakai kemeja hitam dengan ujung lengan dilipat itu menggeleng. "Aku hanya membawa dia ke sini bersama gadis tadi."

"Gadis? Yang masih kayak anak SMA itu?" terka Deviana.

Hasby mengangguk. Meskipun ia sendiri tidak tahu apakah gadis nekat tadi masih sekolah atau tidak. Ia hanya menemukannya di tepi jalan dalam keadaan menangis.

"Masya Allah ... Kakak salut banget sama dia. Meskipun keras kepala, tapi dia benar-benar peduli pada nyawa orang lain. Semoga, dia baik-baik saja," kata Deviana.

"Keras kepala gimana maksudnya?" tanya Hasby.

"Dia pengidap anemia. Kamu pasti tahu, kan, kalau pengidap anemia tidak diperbolehkan untuk melakukan transfusi. Tapi dia tetap bersikukuh memberikan darahnya agar anak itu bisa selamat. Jarang, lho, remaja zaman sekarang melakukan hal seperti itu."

Hasby yang mendengarnya tersenyum dan mengangguk. Ia juga membenarkan semua pendapat Deviana tentang gadis yang dimaksud. Karena ia sudah melihatnya sendiri. Bagaimana raut wajahnya ketika melihat kondisi anak tadi. Begitu pedulinya dia sampai rela merobek lengan bajunya demi menutupi luka di kepala anak tadi.

"Perempuan baik," gumam Hasby.

"Kamu ngomong apa, By?" tanya Deviana takut jika ia salah dengar adik tampannya itu memuji seorang perempuan.

Sosok itu membalikkan badan dan menggeleng. "Pulang sekarang, ya. Abah udah telpon dari tadi," usulnya tanpa niat menjawab pertanyaan tadi.

Deviana memilih untuk mengiyakan. Selain karena waktu yang hampir sore, ia juga sudah merindukan seseorang di rumahnya. Akhirnya, kedua kakak-beradik itu meninggalkan ruangan tadi menuju parkiran.

Semesta Araby [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang