17 - Bekas Kebaikan

7.8K 414 5
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💜

Pagi-pagi sekali, Ara sudah rapi dengan setelan tunik biru muda selutut dan rok hitam. Jilbab segi empat warna senada  menjadi penyempurna penampilannya waktu itu. Tidak lupa, tote bag hitam favoritnya juga sudah bersedia menemani perjalanannya hari ini.

Hasby yang baru keluar dari kamar mandi, langsung menghentikan gerakan tangan yang sedang mengeringkan rambut ketika melihat istrinya itu tengah sibuk bercermin. Alis tebalnya turut menyatu, pertanda sedang mencari jawaban dari senyuman yang menghiasi wajah sang istri.

"Mau keluar?" tanyanya mendekat.

Ara sontak membalikkan badan setelah mendengar suara khas suaminya. "Iya, Kak. Mau nemenin Salsa cari buku referensi buat lombanya. Boleh, kan?"

"Bukan pergi ke tempat les?"

Ara menggeleng. "Lesnya cuma hari Senin sampai Kamis, Kak."

"Naik motor?" tanya Hasby lagi.

Gadis itu mengangguk cepat. "Boleh, kan, Kak?" tanya Ara lagi. Meminta persetujuan.

"Boleh. Tapi Mas minta maaf, ya," kata Hasby berhasil membuat kening Ara mengernyit bingung.

"Maaf buat?"

"Hari ini Mas harus nganterin Abah ke Pesantren Al-Mujahid. Jadi, Mas enggak bisa nemenin kamu."

Astaga, jadi itu maksudnya. Ara membatin sambil menggeleng pelan. Perlahan, senyum manis terhias dari bibirnya yang merah alami.

"Kak Hasby enggak usah minta maaf. Aku, kan, perginya sama Salsa," balas Ara menghilangkan semua perasaan yang mengganggu laki-lakinya.

"Nanti pulangnya jam berapa? Mas jemput, ya."

"Enggak usah, Kak," jawab Ara cepat. Hal itu kembali mengundang kerutan di kening Hasby. Sebelum ia mengeluarkan pertanyaan, Ara lebih dulu memberikan penjelasan.

"Aku enggak tahu, Salsa selesai beli bukunya jam berapa, Kak. Aku juga pengen ke rumah Papa sebentar."

"Oh, gitu. Titip salam buat Papa, ya."

"Siap!" Ara mengangguk sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Hati-hati, ya. Bilang ke Salsa jangan ngebut-ngebut. Helmnya jangan lupa dipakai. Kalau udah sampai, kabarin. Oke?"

Ara hanya merespon dengan anggukan kepala. Ia benar-benar dibuat kagum dengan setiap hal yang dilakukan laki-laki di depannya itu. Entah apa yang diamalkan ummah Maryam ketika mengandung, sampai melahirkan laki-laki seperhatian dan selembut ini.

Masya Allah, Kak. Padahal gue mau ke toko buku doang, bukan bepergian ke luar kota.

"Mas mau siap-siap dulu, ya." Suara Hasby berhasil membuyarkan lamunan singkat gadis itu. "Tadi Ummah panggil, suruh sarapan."

Semesta Araby [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang