بسم الله الرحمن الرحيم
💜
"G-gus Hasby ngapain di sini?" tanya Hanum sedikit gugup. Bukan hanya karena masih memiliki perasaan terhadap laki-laki itu, tapi ia khawatir jika misinya akan gagal jika rahasia yang ia tutupi ketahuan. Ia takut, Hasby akan tahu tentang kehamilannya.
"Saya menemani istri saya. Kamu sendiri sedang apa di sini?"
"Saya ..." Hanum benar-benar bingung mau menjawab bagaimana. Kalau ia bilang sakit, tidak mungkin karena di pesantren sudah ada puskemas terdekat dan para santri biasanya di bawa ke sana. Pasti Hasby akan curiga tentang penyakitnya sampai datang ke tempat ini. Namun, jika ia berkata sedang cek kandungan, semuanya akan langsung terbongkar.
"Sebentar. Saya angkat telpon dulu," ujar Hasby tanpa sengaja telah memberikan jalan keluar bagi dirinya. Spontan, Hanum menghela napasnya panjang. Ia benar-benar lega karena lolos dari pertanyaan berbahaya itu.
"Eum, saya izin pamit duluan, Gus. Masih ada urusan di asrama," kata Hanum mencari celah agar tidak ditanyakan lagi oleh Hasby.
Meskipun masih ada pertanyaan di benaknya, tapi Hasby tetap mengiyakan. Selain itu, ia juga harus segera menemui istrinya yang menunggu di dalam sana.
"Istrimu bagaimana, By? Ara baik-baik aja, kan?" sahut ummah Maryam dari ujung telepon. Setelah Hanum pergi, ia segera mengangkat telpon dari ummahnya. Dari suaranya, beliau terdengar sangat khawatir.
"Alhamdulillah, Aisyahra nggak apa-apa, Ummah. Ini sebentar lagi mau pulang," tutur Hasby menenangkan ummahnya. Ia sengaja tidak memberitahu kabar bahagia ini pada keluarganya biar menjadi surprise nanti.
"Ya sudah, Ummah tunggu di rumah, ya. Cepat balik, ya, Nak."
"Nggeh, Ummah. Kalau begitu, Hasby tutup telponnya, ya. Assalamu'alaikum."
Laki-laki itu memasukkan kembali ponselnya dalam saku. Tanpa menunggu lama, ia lantas menarik kaki panjangnya ke ruangan istrinya.
Begitu pintu terbuka, hatinya langsung disambut bahagia dengan pemandangan yang begitu menenangkan. Perempuan itu tengah terlelap di sana. Mungkin karena efek suntikan yang diberikan sebelum pengambilan sampel darah tadi, makanya Ara tertidur seperti itu."Sayang," panggilnya berniat membangunkan Ara.
Benar saja, tidak lama setelah kedatangannya, mata lentik itu sudah terbuka lebar. Helaan napas panjang pun lolos begitu saja dari bibirnya.
"Darimana aja? Kok lama? Dokternya bilang apa, Kak?" serbu Ara yang sudah lama menunggu suaminya itu. Karena lelah menunggu, makanya ia memilih untuk tiduran saja.
Hasby tidak langsung menjawab. Ia membantu istrinya untuk bangun terlebih dahulu, barulah ia duduk di brankar Ara dan menatapnya lama. Sungguh ia tidak tahu bagaimana harus berterima kasih pada kekasihnya itu atas hadiah yang baru saja diberikan. Meskipun kehamilan Ara baru trimester pertama, tapi itu adalah suatu anugerah yang wajib disyukuri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Araby [SELESAI] ✔️
Espiritual"Ara, tuh, cewek yang nakalnya pake banget. Gue yakin, lo nggak bakalan temuin satu sifat pun cewe idaman lo di sana." -Aisyahra Khadija "Untuk membuktikan ucapan kamu tadi, saya harus melihat dan menilainya sendiri. Dan salah satu caranya adalah de...