بسم الله الرحمن الرحيم
Noted!
Part ini mengandung tingkat emosional tinggi ⚠️
Jadi, hati-hati saat membacanya :)
Happy reading.
💜
Belum pukul tujuh pagi, dua manusia yang kini sudah menggelar sajadah bersamaan tengah menunggu waktu Duha yang tinggal beberapa menit lagi. Dari penampilan masing-masing, bisa ditebak bahwa mereka akan pergi ke suatu tempat.
"Kemarin acaranya mulai jam berapa, Kak?" tanya Ara baru selesai mengecek ponselnya. Hari ini, ia dan suami sudah berencana untuk menghadiri acara ulang tahun Nabella. Makanya, demi memenuhi undangan tersebut, Ara bela-belain tidak tidur setelah tahajjud seperti biasanya.
"In sya Allah jam delapan, Mine," balas Hasby ketika selesai melipat ujung bajunya sampai lengan.
Perempuan yang sudah cantik dalam balutan mukena putih susu itu mengangguk paham. Untuk sekarang, ia tidak punya pertanyaan lain lagi. Namun, setelah dipikir-pikir lagi, kepalanya masih menyimpan satu pertanyaan lagi.
"Hari ini jadi, kan, ketemu ustazah Hanum?" tanyanya sambil melongoskan kepala ke depan.
Seperti kebiasaannya setiap kali mendengar nama itu, Hasby pasti akan diam sebentar. "Insyaallah, ya, kalau waktunya cukup," balasnya sebenarnya tidak pernah setuju dengan permintaan sang istri yang satu itu.
"Semoga cukup, ya. Pengen banget lihat kondisinya dia," gumam perempuan itu. Hasby yang berhasil mendengarnya spontan menghela napas panjang.
"Sayang, jangan pikirkan hal-hal yang tidak terlalu penting, ya. Sekarang, fokus sama kesehatan kamu dulu. Mas nggak mau, pikiran-pikiran yang tidak penting itu akan berpengaruh pada kondisi kamu," pinta Hasby yang kini sudah menghadap istrinya. "Hanum baik-baik saja. Percaya sama Mas, ya?"
Perempuan cantik itu mengangguk dan memilih menurut daripada harus membuat suaminya khawatir berlebihan. Padahal tujuannya ingin bertemu Hanum semata-mata untuk melihat kondisinya setelah ditinggal sang ayah dan diusir bibinya. Namun, mengapa suaminya terlihat agak tidak suka jika ia bertemu dengan perempuan itu?
"Sekarang, sholat dulu, yuk. Habis itu sarapan," tutur Hasby berdiri dengan memegang tangan Ara yang tertutup mukena.
Lagi, Ara mengangguk cepat dan menampilkan senyum terbaiknya sebelum Hasby berbalik menghadap kiblat dan mengucapkan takbir.
***
Kendaraan roda empat berwarna putih itu menepi di halaman luas yang hampir penuh dengan kendaraan lain juga. Sebelah kanan tempatnya memarkir mobil, sudah penuh dengan kumpulan anak-anak dan juga ibu-ibu. Sepanjang jalan dari gerbang menuju pekarangan juga sudah terpasang puluhan balon dan pita warna warni. Siapapun yang melihatnya pasti sudah tahu akan ada acara apa di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Araby [SELESAI] ✔️
Spiritual"Ara, tuh, cewek yang nakalnya pake banget. Gue yakin, lo nggak bakalan temuin satu sifat pun cewe idaman lo di sana." -Aisyahra Khadija "Untuk membuktikan ucapan kamu tadi, saya harus melihat dan menilainya sendiri. Dan salah satu caranya adalah de...