"Caesar mau pulang ibu."
Saras mengusap lembut helai rambut hitam legam Caesar yang menjadikan paha Helena sebagai bantalan kepala. Bocah kecil itu terus mengeluh ingin pulang karena merasa tidak nyaman menginap di istana. Saras sendiri sebenarnya merasakan hal demikian, entah karena takut atau ada masalah lain yang sebentar lagi akan menimpanya. Saras tidak tahu. Perasaannya tidak enak saja sedari tadi, intinya.
"Kita pasti pulang, Caesar. Kita tinggal menunggu ayahmu selesai bicara dengan Yang Mulia Baginda Kaisar."
Caesar hanya mengangguk singkat lalu memiringkan tubuh. Suhu tubuh bocah itu sudah tidak panas seperti sebelumnya, tapi tampaknya Caesar memang masih ingin bermanja-manja karena enggan keluar dari dalam kamar tempat mereka menginap dalam istana itu. Padahal Caesar bisa menggunakan kesempatan untuk berkeliling atau bermain dengan tuan putri Lilyana-yang tampaknya ingin berteman lebih.
Anak bungsu dari pasangan Kaisar dan Permaisuri itu bahkan sempat menyapa Caesar dan mengajaknya bermain bersama saat di pesta debutante kakaknya-lady Anastasya. Tapi sepertinya Caesar memang masih belum memiliki ketertarikan dengan lawan jenis meskipun hanya sekedar berteman dan main bersama.
"Sebenarnya Caesar, ibu ingin sekali melihat-lihat istana. Apakah Caesar tidak mau menemani ibu?"
"Tidak."
"Kenapa?"
"Aku tidak mau bertemu tuan putri jahat itu."
"Tuan putri jahat, huh? Maksudmu?" Saras mengernyit tidak mengerti dengan yang Caesar bicarakan. Namun sepertinya, Saras tahu siapa putri jahat yang Caesar maksud. "Apa maksudmu, Tuan Putri Lilyana?"
"Hm."
"Ada apa? Apa putri Lilyana melakukan kejahatan terhadapmu? Apa gadis itu termasuk salah satu bangsawan yang suka mengejekmu?"
Caesar langsung bangun dari posisinya menjadi duduk dan menatap sang ibu dengan raut wajah muram. Melihat itu, Saras pun semakin yakin bahwa opsi yang barusan disebutkannya adalah benar. Saras jadi merasa bersalah mengingat Caesar mendapati perundungan karena dirinya. Ya, kejahatan Helena adalah campur tangan dirinya, yang menciptakan karakter Helena Astoria seburuk itu bahkan terhadapputra kandungnya sendiri.
"Caesar, jangan cemas. Mulai sekarang ibu akan selalu ada untuk melindungi, putra kesayangan ibu."
"Ibu janji tidak mengatakannya pada, Ayah bukan?" Caesar mengulurkan jari kelingkingnya kearah Helena, meminta sang ibu membalas itu, secara tiba-tiba. Meski tidak mengerti berjanji atas dasar apa, Saras memilih membalas dengan menautkan jari kelingkingnya pada bocah kecil itu.
"Ibu berjanji," katanya.
"Tuan putri itu, sudah menciumku ibu."
"A-apa?" Saras terperangah mendengar itu. Mendadak adegan ciuman antara dirinya dan sang Duke beberapa jam yang lalu terlintas dalam ingatannya membuat telinga Saras memerah. Namun buru-buru Saras menghempaskan bayangan itu dan kembali mendengarkan keluhan sang putra.
"Dia bilang Caesar harus bertanggung jawab karena telah membuatnya jatuh cinta. Padahal Caesar kan tidak melakukan apapun, tapi Tuan Putri itu terus menyalahkan ku karena katanya aku tampan. Dia bahkan mengancam akan melaporkannya pada Ayah dan Ayahnya kalau aku telah merebut ciuman pertamanya."
Saras sampai tidak tahu harus merespon dengan cara apa. Terlalu rumit memang setelah mendengar cerita putranya. Masalahnya mereka berdua masih terlalu kecil untuk terlibat dalam masalah seperti itu. Dan lagi, Saras pikir Tuan Putri Lilyana itu jahat karena telah mem-bully putranya, tapi yang barusan Saras dengar dari mulut Caesar lebih seperti gadis kecil itu menggoda sang putra.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became a bad Duchess (END)
FantasyPercayalah, hukum karma itu ada. Seperti Ayura Saraswati, seorang penulis novel yang sangat membenci karakter Antagonis bahkan dikenal tanpa belas kasih dalam menyiksa tokoh antagonis karangannya. Alih-alih terbangun di rumah sakit, Saras yang men...