31). Tuan Muda Caesar

8.9K 666 16
                                    

"Terima kasih atas pengertiannya, Tuan Damario," kata Juan menjabat tangan lelaki paruh baya yang merupakan senior Juan di Regal Academy dan kini telah mengambil alih kepengurusan Regal Academy yang sebelumnya di bawah kendali sang Ayah.

"Senang bisa membantumu... Duke—Juan."

Usai perbincangan itu, Juan serta Helena dan juga Caesar menuju asrama, guna mengemas beberapa barang milik Caesar yang ingin dibawa pulang.

Caesar kini berada dalam gendongan Juan sementara Saras mengikuti di sebelahnya menuju ke arah kereta kuda yang terparkir.

"Sebenarnya, kenapa Ayah dan Ibu menjemput Caesar secepat ini? Ayah juga. Bukankah Ayah yang mengusir Caesar waktu itu, Ayah bahkan tidak membiarkan Caesar pamitan pada ibu." Caesar berkata sambil melipat kedua tangan di depan dada.

Masih segar dalam ingatan Caesar saat Juan membangunkannya secara paksa pagi-pagi sekali dan mengirimnya ke Regal Academy.

"Oh... Jadi, ini yang katanya Caesar tidak berpamitan pada ibunya karena tidak mau mengganggu ibunya yang kelihatan lelaaah sekali dalam tidurnya." Sindir Saras sambil berkacak pinggang.

Juan lantas langsung menurunkan Caesar di atas kereta kuda begitu mereka tiba di tempat kereta kuda terparkir.

"Mana ada Caesar bilang begitu. Ayah yang waktu itu tidak bilang dulu kalau mau mengirim Caesar ke Academy. Ayah pasti sengaja mau menyingkirkan Caesar karena cemburu dan tidak senang karena ibu lebih menyayangi Caesar kan?"

Saras menatap Caesar dengan tatapan teduh. Merasa sedih atas aduan putranya itu. Sementara Juan yang merasa terpojok hanya bisa mengurut hidungnya yang bangir sambil menunduk.

"Dengar Caesar. Ayah melakukan itu demi kebaikan kita semua. Ayah benar-benar ingin menjagamu dari marabahaya yang mungkin saja bisa terjadi pada putra kesayangan Ayah. Karena itu, Ayah sengaja mengirim mu pagi-pagi sekali."

"Kalau Ayah benar-benar memikirkan keselamatan Caesar, seharusnya Ayah ikut mengantarkan Caesar sampai ke Asrama saja," balas Caesar yang langsung diangguki oleh Helena.

Saras bahkan ikut memposisikan diri persis layaknya anak kecil di mata Juan, seumuran dengan Caesar bahkan terang-terangan membela bocah kecil yang kini pandai bicara itu.

Juan harus akui, Caesar kini terlihat lebih berani dalam bertindak dan menyampaikan argumen yang ada dalam kepalanya. Memang sudah seharusnya, pelajaran di Academy dapat diserap dengan cukup baik oleh putra kesayangannya itu.

"Dan lagi, kenapa Ayah harus membohongi ibu. Sekarang kesalahan Ayah bukan hanya kepadaku tapi juga pada ibu." Saras mengangguk lagi menanggapi argumen itu. Sementara Juan langsung menyentil halus kening sang istri.

"Aw...."

"Berhentilah mendukung argumen anak kita. Kau seharusnya bekerja sama dengan ku untuk menjelaskan masalah waktu itu pada Caesar, Helena."

Saras yang masih mengusap kening pun langsung cemberut. "Masalah yang mana? Semua yang dikatakan Caesar tadi benar, Juan. Aku tidak mau bekerja sama dengan pembohong sepertimu."

"Baiklah-baiklah... Aku menyerah." Juan mengangkat kedua tangannya kemudian menghadap Caesar lagi. "Memang benar. Ayah sengaja mengirim mu ke Academy karena kesal kau terus memonopoli ibumu, Caesar. Benar, Ayah cemburu."

Caesar semakin cemberut mendengar itu. Apalagi kini disertai dengan membuang wajahnya kesamping. "Tapi, Ayah melakukannya karena terlalu mencintai ibumu, Caesar. Sampai-sampai Ayah tidak bisa menahan diri."

Saras mulai mendapatkan firasat buruk mendengar kalimat itu.

"Caesar tentu tahu apa yang Ayah maksud bukan?"

I Became a bad Duchess (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang