Juan yang tengah duduk diatas balkon, dengan secangkir teh chamomile di tangan kanannya, tampak sibuk dengan pekerjaan namun sesekali tatapannya terbagi pada pemandangan di taman belakang itu.
Pemandangan dimana Helena dan Caesar tengah duduk di gazebo kayu membuat Juan tersenyum tanpa sadar.
Dulu, bayangan keluarga harmonis itu telah lenyap saat Juan resmi menikahi Helena. Namun, siapa sangka—Helena Astoria, wanita yang terkenal dengan perangai buruk bahkan begitu kejam pada darah dagingnya sendiri kini benar-benar telah berubah.
Tidak ada lagi tatapan sengit saat bertemu tatap dengan putranya. Caesar bahkan tersenyum lebar dengan kepala diatas pangkuan wanita itu. Entah apa yang tengah mereka berdua bicarakan, melihat raut Caesar yang memancarkan binar bahagia, rasanya beban dalam hati Juan telah terangkat. Putranya itu sudah tidak lagi kesepian.
"Yang Mulia Duchess benar-benar telah berubah? Beberapa hari yang lalu beliau bahkan memesan pakaian namun anehnya bukan untuk menambah koleksi pribadinya seperti biasa melainkan membeli beberapa potong pakaian untuk Tuan Muda Caesar. Ini rincian pengeluarannya Yang Mulia Duke."
Juan memindai kertas dihadapannya itu. Secara mengejutkan, minggu ini Helena tidak menghamburkan banyak uang untuk keperluan pribadinya. Padahal, Juan ingat benar-pengeluaran Helena sebelum-sebelumnya sangat membengkak.
Hanya untuk memperbanyak koleksi gaun maupun perhiasan. Jangankan keperluan Caesar, Helena bahkan tidak pernah satu kali pun memikirkan kebutuhan rumah tangga. Semuanya selalu dilakukan oleh kepala pelayan.
Namun, minggu ini-Helena membeli pakaian untuk putranya.
"Menurutmu apakah Helena benar-benar tulus melakukannya Luc?"
"Bagaimana menurut Anda sendiri?"
Juan mengalihkan tatapannya kembali pada Helena dan Caesar. "Aku tidak tahu. Tapi, tidak apa salahnya memberi wanita itu kesempatan bukan?"
Lucas mengangguk-angguk. "Ah—saya hampir lupa Yang Mulia, ada undangan dari Yang Mulia Baginda Kaisar untuk menghadiri pesta debutante putri Anastasya. Beliau mengundang Anda sekeluarga untuk ikut memeriahkan pesta sebagai salah satu tamu terhormat."
Juan mengangguk kemudian berdiri. "Aku akan memberitahu Helena."
***
"Caesar, berapa usiamu?"
"6 tahun, ibu."
Saras mengangguk-angguk. Gerakan tangannya yang mengelus-elus kepala Caesar yang berbaring di pangkuannya tidak berhenti. Saras reflek melakukan itu. Sementara Caesar yang tidak pernah bisa bermanja sebelumnya terutama pada sang ibu merasa sangat senang sampai rasanya ingin menghentikan waktu.
Sayangnya, kedatangan sang Ayah membuat kegiatan keduanya terhenti. Caesar dengan berat hati langsung bangun dari posisinya dan merenggut tidak senang.
"Apa aku mengganggu?"
"Sangat."
"Ya." Ibu dan anak itu menjawab dengan sangat kompak. Juan sampai mengulas senyum mendengar jawaban istri dan anaknya itu.
"Ehm... Baiklah. Tolong maafkan aku kalau begitu. Tapi ada hal penting yang harus aku beritahukan pada kalian berdua."
"Ada undangan dari Yang Mulia Baginda Kaisar. Pesta debutante Lady Anastasya akan diadakan dua hari lagi. Kita bertiga akan menghadiri acara itu."
"A-pa?" Saras terkesiap mendengarnya. Pesta debutante tuan putri Kekaisaran. Perkumpulan para bangsawan. Saras tiba-tiba menjadi gugup. Bagaimana ini? Saras takut.
"Ada apa?" Tanya Juan, dengan satu alis terangkat. Caesar bahkan ikut menatap ibunya dengan ekspresi penuh tanda tanya.
"Aku... Ekhem, sebenarnya aku kurang enak badan. Apakah boleh jika aku tidak ikut."
"Kau sakit?"
"Ibu sakit apa? Kenapa ibu tidak bilang?"
Ayah dan anak itu begitu kompak bertanya. Apalagi raut wajah cemas di masing-masing wajah tampan itu. Saras tiba-tiba ingin tersenyum. Tapi saat ini situasinya sedang sedikit pelik. Saras tidak yakin dirinya bisa mengikuti pesta para bangsawan itu. Dirinya tidak pernah. Saras takut dia membuat kesalahan yang bisa merugikan dirinya sendiri maupun nama baik Kaialan.
"Bukan. Bukan begitu-saat itu, aku terpeleset dan pingsan. Sepertinya kepalaku terbentur sesuatu cukup keras dan kadang-kadang aku masih merasa pusing."
"Kenapa kau tidak bilang?" Juan langsung menyentuh keningnya. Sepertinya lelaki itu memang senang sekali menyentuh keningnya secara tiba-tiba hingga mau tak mau kini Saras harus terbiasa. Sementara Caesar sudah hampir menangis mengingat beberapa hari ini ia bertingkah kekanakan tanpa tahu kondisi sang ibu. Caesar merasa bersalah. Tidak seharusnya dia membuat ibunya semakin kelelahan.
"Ayah, ayo panggilkan tabib untuk ibu."
"Tidak. Itu tidak perlu."
"Jangan keras kepala, Helena. Caesar benar, kau seharusnya dirawat jalan." Peringat Juan. Lelaki itu bahkan sudah memboyong tubunya dan berlalu dengan cepat memasuki kamar. Sementara Caesar berlari kecil mengikuti dari belakang.
"Cepat panggilkan tabib!" Perintahnya pada pelayan atau siapapun yang berada di dalam ruangan itu.
Saras sampai ternganga syok melihat betapa paniknya orang-orang di dalam mansion besar itu.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became a bad Duchess (END)
FantasyPercayalah, hukum karma itu ada. Seperti Ayura Saraswati, seorang penulis novel yang sangat membenci karakter Antagonis bahkan dikenal tanpa belas kasih dalam menyiksa tokoh antagonis karangannya. Alih-alih terbangun di rumah sakit, Saras yang men...