"Tunggu apa lagi sayang, cium aku."
Saras benar-benar tidak tahu bagaimana caranya menghadapi situasi saat ini. Namun tatapan yang terus Juan layangkan ke arahnya membuat Saras semakin tidak berkutik.
Toh, ini hanya sekedar ciuman kan?
Saras berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau dirinya bisa. Ayolah, sebelumnya mereka sudah pernah melakukan ini bahkan hampir melakukan hal lebih.
Tapi kan, Juan yang memulainya lebih dulu?
Semakin dipikirkan, Saras semakin gugup menyadari tatapan lekat Juan yang terus membujuknya. Ayolah, Juan terlihat seperti anak kecil.
Mengabaikan segala perasaan canggung itu, Saras perlahan menundukkan kepala kearah wajah Juan yang masih merebahkan kepala di atas pangkuannya.
Saat sudah semakin dekat, Saras memutuskan memejamkan kedua matanya hingga napas Juan mulai terasa. Dekat-semakin dekat...
Hingga tiba-tiba...
"Ibu!" Teriakan melengking Caesar serta suara pintu yang terbuka dari luar kamar mengejutkan kedua orang itu.
Saras pun buru-buru menarik kepalanya menjauh.
"Ops... Maaf," kata Caesar.
"Caesar tidak bermaksud mengganggu." sambung Caesar lagi saat melihat tatapan tajam yang dilayangkan oleh ayahnya dari atas kasur. Sementara Saras tampak terburu turun menjauh dari Juan dan menghampiri bocah lelaki itu. "Tidak papa, Caesar datang di waktu yang tepat."
"Apa yang kau lakukan disini, bocah? Mengganggu saja?" Gerutu Juan, pun langsung bangkit dari atas kasur.
Caesar menatap ayahnya dengan tatapan sebal. "Aku hanya mengkhawatirkan ibuku." Caesar kemudian mendongak menatap Helena dan memegang kedua tangan ibunya itu. "Ibu baik-baik saja, kan? Paman Lucas bilang, ada teror di kamar ibu."
"Ibu baik-baik saja, Caesar. Terima kasih sudah mengkhawatirkan ibu," balas Saras, sambil mengusap pipi chubby Caesar.
Bocah kecil itu tersenyum lega, lalu menoleh kearah Juan yang sudah duduk di atas kasur dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan ekspresi merajuk. Caesar menatap Ayahnya dengan ekspresi bingung.
"Apakah ayah baik-baik saja?"
"Ayahmu tadi sempat pingsan. Tapi sekarang sudah baik-baik saja, Caesar." Jelas Saras.
"Aneh," gumam, Caesar. Masih menatapi ayahnya. Namun Caesar tidak ingin ambil pusing hal itu, memilih kembali menatap ibunya sambil menggandeng satu tangan Helena keluar pintu.
"Ayo, ibu. Kita tidur di kamarku."
"Heh! Mana bisa begitu." Juan tiba-tiba berdiri dengan wajah tak senang. Laki-laki dewasa itu bahkan langsung menghampiri keduanya dan menarik satu tangan Helena yang menganggur. Alhasil terjadi adegan tarik-menarik di dalam kamar itu. "Dia milikku."
"Ibu, aku rasa Ayah benar-benar sakit."
Saras meringis mendengar aduan Caesar. Siapapun jelas menyadari perubahan sikap Juan yang begitu mencolok. Apalagi orang-orang terdekatnya-seperti Caesar dan Lucas. Juan yang biasanya bersikap dingin dan juga tenang tiba-tiba berubah jadi clingy jelas menjadi tanda tanya besar bagi semua orang.
Saras hanya berharap semoga tidak ada yang menyadari tentang ramuan cinta yang mempengaruhi Juan karena ulahnya.
"Ibu biasanya tidur denganku. Ayah kan sudah besar, jadi tidur saja sendiri."
"Siapa kau berani mengatur ku?" Melihat Juan yang melotot garang tiba-tiba membuat Caesar menciut. Bocah itu takut dan tanpa sadar sudah beringsut menjauh-menyembunyikan diri dibelakang sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became a bad Duchess (END)
FantasyPercayalah, hukum karma itu ada. Seperti Ayura Saraswati, seorang penulis novel yang sangat membenci karakter Antagonis bahkan dikenal tanpa belas kasih dalam menyiksa tokoh antagonis karangannya. Alih-alih terbangun di rumah sakit, Saras yang men...