"Kau hanya iri pada ku kan?"
Tadinya, Alastair tidak ingin ikut campur saat menemukan sebuah perundungan yang dilakukan oleh beberapa orang bangsawan kepada bangsawan lain.
Apalagi, mereka hanyalah sekumpulan gadis manja yang kebetulan beruntung dilahirkan dengan nama belakang keluarga kebangsawanan mereka.
Namun, entah kenapa Alastair tidak juga beranjak pergi, bahkan kini terlihat begitu penasaran mengintip kejadian itu.
"Apa kau bilang?"
"Iya. Kau iri karena aku adalah putri kesayangan Ayah dan ibuku. Sedangkan kau hanyalah anak pungut yang tidak pernah di anggap."
Gadis yang terduduk di atas tanah, menjadi korban perundungan yang dilakukan oleh ketiga temannya itu pun tersenyum. Lalu mengusap sudut bibirnya yang terlihat berdarah.
"Tidak usah sok keras, Helena. Sebenarnya aku tahu di balik semua sikap jahat mu selama ini. Kau hanyalah seorang gadis lemah yang bahkan tidak berani mengangkat kepala jika berhadapan dengan Ayah dan ibumu. Kau itu, hanyalah gadis menyedihkan yang sok kuat."
Gadis itu kemudian menatap kedua temannya yang berdiri di samping kanan kiri Helena. "Kalian serius? Masih mau menjadi teman anak yang tidak jelas asal usulnya...."
"Rosetta!"
"Apa? Kenapa? Kau kelihatan panik, ya Helena. Takut kalau tidak ada yang mau jadi pengikutmu lagi?" Rosetta lagi-lagi tertawa, kali ini lebih seperti tertawa geli, menatapi Helena yang semakin marah terlihat dari merah padam di wajahnya itu.
"Asal kau tahu, Helena. Selama ini... Aku pura-pura patuh, menjadi antek-antek mu hanya karena aku ingin menjadi populer sama seperti mu. Aku tetap diam saat kau menghinaku hanya karena aku ingin bergabung denganmu. Tapi, sejujurnya aku jijik dengan segala tingkah lakumu itu. Dan saat aku tahu kalau, kamu hanyalah anak pungut, yang tidak jelas asal usulnya, aku pun ingin tertawa...."
"Diam!"
Plak!
"Sekali lagi kamu bicara, aku jamin hidupmu akan seperti di neraka Rosetta."
Gadis bernama Helena itu kemudian pergi meninggalkan teman-temannya dengan kedua tangan mengepal di samping tubuh.
"Apa kau tahu siapa gadis itu, Davin?" Davin—teman sekaligus ksatria khusus yang ditugaskan untuk melindungi Alastair itu pun ikut menyaksikan kejadian itu
"Yang barusan pergi adalah Lady Helena Astoria. Putri Marquez dan Marchioness Astoria Pangeran. Lalu...."
Davin tidak jadi melanjutkan kalimatnya saat melihat Alastair sudah kembali melajukan kuda mengikuti Helena diam-diam dari arah belakang.
"Pangeran... Saya pikir, Anda akan meminta saya menolong Lady yang dirundung tadi."
"Kupikir, orang itu lebih pantas untuk di tolong," kata Alastair, sambil menunjuk Helena dengan dagunya.
Davin pun mendengus mendengar itu. "Andai Pangeran tahu siapa Lady Astoria itu...."
"Memangnya dia siapa?"
"Serius? Pangeran tidak tahu?" Davin berdecak sebelum ikut menyaksikan punggung Helena di depan sana. "Seantero Kekaisaran pun setuju kalau gadis di depan sana itu jahat. Selain tempramental dan suka bersikap semena-mena, kabarnya Lady itu juga suka sekali menindas orang yang lemah. Seperti yang barusan pangeran lihat tadi, contohnya."
"Menurut ku yang tadi itu, hanyalah bentuk pertahanan diri dari Lady Astoria. Bukankah dia dihina oleh teman-temannya tadi?"
Davin enggan menanggapi lebih jauh. Sebab, Alastair baru melihat dan bertemu sekali dengan Helena Astoria, makanya sulit untuk menjelaskan bagaimana sosok itu yang tidak pantas untuk dikasihani.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became a bad Duchess (END)
FantasyPercayalah, hukum karma itu ada. Seperti Ayura Saraswati, seorang penulis novel yang sangat membenci karakter Antagonis bahkan dikenal tanpa belas kasih dalam menyiksa tokoh antagonis karangannya. Alih-alih terbangun di rumah sakit, Saras yang men...