Bukankah tidak etis rasanya jika tidak menyapa sang bintang utama sampai acara berakhir. Awalnya, Saras berpikir ia tidak perlu kembali lagi ke tempat ini karena orang-orang pasti memakluminya yang harus menjaga Caesar yang tengah sakit dan menginap di istana. Tapi, setelah diingat-ingat lagi, bukankah ini kesempatan yang bagus untuk menunjukkan pada semua orang bahwa Helena telah berubah menjadi Helena yang baik hati.
Saras melintasi aula tempat diadakannya pesta dengan cukup percaya diri. Meskipun sendirian, karena Juan yang pergi menemui Baginda Kaisar, Saras tetap melangkah anggun hingga tiba berhadapan dengan gadis remaja dihadapannya.
"Salam untuk Tuan Putri Anastasya Reinhard. Selamat untuk pesta debutante Anda yang meriah ini. Semoga berkat Kekaisaran selalu menyertai Anda. "
"Ah-salam juga untuk Anda Duchess Helena. Senang melihat Anda kembali disini."
Beberapa Lady yang sebelumnya tengah bicara dengan Putri Anastasya mau tak mau pun menyapa, Helena. Dengan sopan, Saras membalas salam sapa mereka satu persatu. Huh! Jadi bangsawan memang merepotkan. Harus bersikap seanggun mungkin dan menjaga martabat nama baik keluarga.
Tapi yang paling sulit sebenarnya adalah menahan diri untuk tetap bersabar menghadapi tatapan tidak menyenangkan dari orang-orang disekitar.
Sebenarnya kalau dipikir-pikir lagi, wajar kan kalau orang-orang ini membenci Helena. Dirinya pun, akan bersikap demikian mengingat betapa jahatnya wanita pemilik tubuh ini di masa lalu.
"Omong-omong, kami dengar Duchess sempat diserang bandit beberapa hari yang lalu? Apakah Anda baik-baik saja?" Tanya salah seorang Lady dari keluarga Baron Florensia. Jika dilihat dari penampilannya, sepertinya orang baik. Tapi, kita tidak bisa menilai seseorang hanya melalui tampilan bukan.
"Tentu saja Lady Helena baik-baik saja? Kalian tidak lihat, kalau pun terluka, Lady Helena tentu tidak mungkin bisa berdiri di hadapan kita seperti saat ini. Benar begitu kan Duchess?" Nah, kalau orang ini, sudah pasti membenci Helena terlihat jelas dari bagaimana caranya bicara dan melirik Helena beberapa kali melalui ekor matanya.
"Sebelumnya terima kasih karena Grand Duchess begitu pengertian memperhatikan saya sampai sedetail ini," balas Helena seraya melempar senyum termanisnya. "Saya memang baik-baik saja. Beruntung ada orang baik hati yang menolong saya waktu itu."
"Duchess beruntung sekali."
"Hanya kebetulan. Siapa tahu orang itu sebenarnya punya niatan jahat tapi hanya berpura-pura baik untuk memanipulasi. Jaman sekarang kan banyak yang seperti itu."
"Lady Rosetta!" Tegur Lady yang lain.
Saras mengepalkan kedua tangannya menatap Lady bergaun merah itu. Meski dirinya bukan Helena yang asli, mendengar sindiran secara terang-terangan yang ditujukan untuknya di tempat seramai ini, Saras rasanya benar-benar ingin mengutuk. Apalagi, wajah tidak berdosa Rosetta benar-benar terlihat menyebalkan.
"Apa perkataanku salah? Aku hanya bicara fakta, tidak bermaksud menyindir? Kalau Duchess Helena merasa tersinggung, itu bukan salah saya kan?" Sang Grand Duchess membentangkan kipas ditangannya dengan anggun, kemudian memilih berlalu pergi dari sana setelah berpamitan dengan Putri Anastasya.
***
"Dasar sialan! Brengsek! Nenek sihir bintitan! Gue sumpahin lo jadi nenek-nenek beneran!"
Saras menginjak-injak bunga mawar yang kebetulan ia lihat di taman bunga saat ia melintas, ingin kembali ke istana Selatan tempat Caesar beristirahat. Perasaannya dongkol. Sungguh sangat ingin mengabsen seluruh nama binatang yang hidup dan tinggal di kebun binatang.
Mengingat wajah Grand Duchess bernama Rosetta di pesta tadi, membuat Saras benar-benar ingin mengutuk wanita itu. Hah! Saras bahkan tidak ingat kalau dia pernah menulis karakter wanita itu.
"Mentang-mentang kedudukannya lebih tinggi."
Saras tahu keluarga wanita itu masihlah kerabat dekat Kekaisaran. Suami Rosetta merupakan adik tiri dari Kaisar Leonard, penguasa negeri ini. Karena itulah, suaminya menduduki posisi Grand Duke sementara Rosetta sendiri adalah Grand Duchess. Meski dulunya, wanita itu hanyalah seorang bangsawan rendahan sekelas Baron. Tidak lebih tinggi dari keluarga Helena berasal.
"Astaga! Apa yang Anda lakukan pada tanaman bunga milik ibu ratu?!"
Saras menghentikan kegiatannya menginjak-injak bunga mawar merah yang ia anggap sebagai Rosetta itu. Seorang pelayan wanita yang entah datang dari mana, tiba-tiba berjongkok dihadapannya, langsung menahan satu kaki Helena menggunakan kedua tangan.
Saking emosi jiwanya, Saras bahkan sampai tidak sadar kalau ia telah merusak taman bunga ini. Tunggu dulu! Tanaman bunga... milik ibu ratu? Kedua bola mata Saras membola mengingat ucapan pelayan itu.
"D-duchess Helena. Maafkan saya." Seakan baru menyadari bahwa itu adalah dirinya, sang pelayan buru-buru langsung melepaskan kaki Helena dan bersimpuh. Saras sendiri masih berusaha mencerna situasi yang ada.
"Tolong m-maafkan atas kelancangan pelayan rendahan ini. Tapi sungguh, Ibu ratu pasti akan memarahi saya kalau sampai tahu taman bunganya hancur." Wanita pelayan menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Jelas sekali pelayan wanita itu merasa takut. Disisi lain takut membayangkan kemarahan ibu ratu, kemudian takut menghadapi kemarahan Duchess Helena yang juga dikenal memiliki perangai buruk selama ini.
Jika berada di posisi pelayan itu, apa yang akan kalian lakukan?
***
Pesta telah berakhir beberapa menit yang lalu namun tamu undangan belum sepenuhnya pulang. Beberapa bangsawan memutuskan untuk singgah sejenak namun tidak mengira akan mendapatkan serangan berupa teror sebuah anak panah.
Juan mempercepat langkahnya menuju kearah halaman istana utama, mendekati Kaisar bersama para bangsawan lainnya yang tengah berada di sana.
Sebuah anak panah menancap pada tubuh salah seorang penjaga istana yang telah tumbang. Sang Kaisar lalu mencabut benda itu dan segera membuka buntalan kertas yang terselip pada anak panah tersebut.
"Ini adalah pesan peringatan dari Kekaisaran Leviathan," Ucap sang Kaisar.
"Apa isinya?"
"Mereka menuduh kita telah melakukan pengkhianatan dengan merebut rakyat mereka."
"Apa?!" Tanya beberapa bangsawan, tidak percaya.
Juan mengepalkan kedua tangannya mendengar itu. "Apa ini ada hubungannya dengan sesuatu yang ingin kau bicarakan denganku, Duke," tanya Kaisar, membuat tatapan semua orang langsung tertuju penuh kearahnya.
"Ya. Tapi saya tidak mengira kalau ini adalah jebakan."
"Jebakan?"
Juan menatap tegas para bangsawan di tempat itu. "Anda semua pasti telah mendengar tentang bandit yang sempat menyerang pasar raya yang terjadi di wilayah saya. Saya telah menangkap mereka dan mendengar kesaksian dari salah satunya. Mereka adalah rakyat buangan dari Kerajaan Oberon dibawah naungan Kekaisaran Leviathan."
"Tahan, Duke. Mari kita bahas ini di ruangan rapat istana."
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became a bad Duchess (END)
FantasyPercayalah, hukum karma itu ada. Seperti Ayura Saraswati, seorang penulis novel yang sangat membenci karakter Antagonis bahkan dikenal tanpa belas kasih dalam menyiksa tokoh antagonis karangannya. Alih-alih terbangun di rumah sakit, Saras yang men...