"Caesar, kau sudah siap?"
"Siap, Ayah." Caesar-bocah kecil yang sudah siap dengan setelan yang selaras dengan sang ayah menjawab dengan penuh semangat. Berbeda dari biasanya, Caesar kali ini terlihat antusias menghadiri sebuah pesta. Tentu saja karena bocah itu tidak sabar ingin memamerkan kebersamaannya dengan sang ibu pada teman-teman sesama bangsawan yang pernah mengejeknya.
Meskipun tidak secara terang-terangan karena mungkin mereka takut pada sang Ayah, tetap saja mereka suka menyindir diam-diam di belakangnya. Dulu, Caesar hanya bisa mengepalkan kedua tangannya menahan diri untuk tidak balas menghardik mereka satu persatu. Caesar memilih diam karena toh apa yang mereka semua katakan adalah benar. Ibunya tidak menyayanginya. Caesar tidak pernah dianggap anak oleh ibunya sendiri.
Mengingat semua momen itu, Caesar mendadak jadi sedih.
"Ada apa?" Menyadari perubahan dari raut wajah sang putra, Duke Juan pun mengulurkan tangan dengan maksud merasakan suhu kening putranya itu. "Kau tidak enak badan?"
"Tidak-hanya saja...."
"Maaf, apa kalian sudah menunggu terlalu lama?" Suara itu-tanpa dikomando, Caesar maupun Duke Juan Kaialan langsung mengalihkan perhatian mereka kearah asal suara, dimana Helena muncul.
Wanita itu mengenakan setelan gaun berwarna putih gading dengan taburan berlian di sekitar pinggang. Rambutnya tergelung sempurna dengan mahkota kecil bunga-bunga. Terbiasa melihat Helena mengenakan gaun berwarna merah menggoda, membuat Juan penasaran bagaimana jika Helena mengenakan gaun berwarna putih gading yang pernah dia hadiahkan pada wanita itu.
Ya, gaun itu adalah gaun pilihannya. Gaun yang ia beli sebelum ia menikah lebih tepatnya. Juan menghadiahkan gaun itu untuk Helena tepat setelah istrinya itu berhasil melahirkan Caesar. Meski tidak ada cinta, Juan menghargai perjuangan Helena melahirkan putranya dengan selamat.
Sebenarnya, Juan sudah pernah meminta Helena untuk mengenakan gaun itu dahulu, namun wanita itu yang terlalu fanatik dengan warna merah selalu menolak mengenakannya membuat gaun itu mungkin teronggok tidak terawat di lemari pakaian, pikir Juan.
Namun, ketika hari ini Helena mengenakan gaun itu dan memperlihatkan kepada dirinya-Juan merasa senang. Entahlah, bagaimana cara mendeskripsikan perasaan Juan sekarang ini, Helena yang saat ini berada dihadapannya benar-benar menawan, sampai Juan sendiri tidak tahu harus mengeluarkan pujian seperti apa.
Sementara Saras, yang merasa ditatap dengan sangat teramat intens oleh kedua lelaki berbeda usia dihadapannya itu mendadak jadi tidak percaya diri. Berulangkali Saras melihat gaun yang melekat indah ditubuhnya itu, gaun yang sebenarnya berada paling ujung belakang dari deretan gaun koleksi Helena. Tadinya, Saras tidak pernah melihat adanya gaun itu. Tapi saat ia berkata bosan mengenakan gaun berwarna merah terus, Chara yang entah bagaimana bisa menemukan gaun itu. Tentu saja Saras dengan senang hati langsung memutuskan untuk memakai gaun itu saja.
Tapi saat melihat setelan pakaian yang dikenakan Juan dan Caesar yang berwarna merah maroon, Saras jadi meringis merasa bersalah. Sepertinya dirinya salah mengenakan gaun itu.
"Maaf, sepertinya aku salah kostum."
"Tidak-ibu sangat cantik mengenakan gaun itu," kata Caesar. Mendengar pujian dari bocah tampan itu tentu saja Saras langsung tersipu. Bukankah pujian anak kecil selalu jujur?
"Tapi kalian memakai setelan itu."
"Tadinya, aku dan Ayah berpikir ibu akan memakai gaun kesayangan ibu yang warna merah seperti biasa, makanya kami berpikir untuk menyelaraskannya dengan gaun ibu. Tapi, kalo ibu memutuskan memakai gaun putih, kami juga akan mengganti jas yang baru," jelas Caesar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became a bad Duchess (END)
FantasiPercayalah, hukum karma itu ada. Seperti Ayura Saraswati, seorang penulis novel yang sangat membenci karakter Antagonis bahkan dikenal tanpa belas kasih dalam menyiksa tokoh antagonis karangannya. Alih-alih terbangun di rumah sakit, Saras yang men...