"Sudah malam. Pergi dan tidurlah. Atau kau mau tidur di kamar ini," kata Araldi dengan ekspresi main-main.
Namun alih-alih segera pergi keluar meninggalkan kamar itu, Saras malah memegang lengan Araldi dengan raut wajah serius. "Kenapa kau begitu terobsesi pada Helena? Bukan kah sebelumnya kau hanya tergila-gila pada Serenity sampai bahkan rela melakukan apa saja agar Serenity bahagia?"
"Kau bicara seakan Helena bukan dirimu saja?"
"Bagaimana kalau itu memang benar?"
Araldi menaikan satu alisnya menunggu Saras meneruskan bicara.
"Bagaimana kalau aku memang bukan Helena Astoria. Bagaimana kalau jiwaku adalah jiwa orang lain yang menempati tubuh ini?"
Saras tidak keceplosan. Dia memang sengaja mengatakan ini. Berharap Araldi bisa membantunya mencari solusi untuk masalah yang sedang ia hadapi. Saras sudah cukup muak menghadapi segalanya sendiri.
"Apakah kau barusan membuka rahasia mu padaku?"
"Araldi... aku...." Saras terbelalak saat menyadari sesuatu. "Kenapa responmu seperti itu? Kau tidak terkejut?"
Araldi memilih berjalan kearah kasur dan langsung merebahkan tubuhnya sendiri. "Kemari. Tidurlah disamping ku." Kata Araldi menepuk lengannya dan meminta Helena untuk berbaring di sebelahnya yang masih menganggur.
"Araldi... Aku sedang tidak ingin main-main. Kau tahu kalau aku bukan Helena Astoria yang asli bukan?"
"Ini sudah malam Helena."
"Surat yang waktu itu, apakah kau pengirimnya?" Tanya Saras, Tiba-tiba teringat pada pesan misterius yang pernah ia terima di kediaman duchy saat masih tinggal bersama Juan di Kekaisaran Orchidaceae.
Saras ingat waktu itu, dia belum sempat mencari tahu kebenaran soal siapa sebenarnya pengirim surat misterius yang waktu itu.
"Aku... tidak."
"Tidak mungkin. Isi pesan singkat itu terlalu jelas bahwa orang yang menulisnya telah mengetahui rahasiaku."
"Kau yakin? Hanya aku yang tahu rahasiamu?"
Saras tiba-tiba terdiam mendengar kalimat itu.
***
Saras duduk di dekat jendela kamar itu, sambil bertopang dagu. Helaian anak rambutnya tersapu angin.
Di luar Duchy, Saras bisa menyaksikan aktivitas orang-orang, bahkan ada juga anak kecil yang tengah bermain. Saras jadi merindukan Caesar.
"Bagaimana kabar bocah tampan itu ya?"
Udara pagi hari itu sangat sejuk dan Saras tidak tahu harus melakukan aktivitas apa ditempat asing seperti ini. Ia hanya duduk bermalas-malasan sejak bangun.
"Aku mau pergi keluar." Saras menoleh dan mendapati Araldi yang berdiri diambang pintu kamar yang saat ini ia tempati. "Kau tidak tertarik untuk ikut?"
"Bolehkah?"
"Asal jangan sampai kau lepas dari pengawasanku."
Jika dipikir-pikir lagi, lebih Saras keluar mencari udara yang jauh lebih segar ketimbang bermalas-malasan seperti ini. Jadi, tentu saja Saras mau ikut Araldi kemana pun pria itu pergi.
"Baiklah."
"Jangan lupa, kenakan penutup wajahmu."
"Oke."
***
"Sepertinya mereka semua tidak terkejut melihat keberadaanmu?" kata Saras berbisik di samping telinga Araldi saat melihat orang-orang membungkuk dan menyingkir memberikan jalan saat melihat Araldi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became a bad Duchess (END)
FantasiPercayalah, hukum karma itu ada. Seperti Ayura Saraswati, seorang penulis novel yang sangat membenci karakter Antagonis bahkan dikenal tanpa belas kasih dalam menyiksa tokoh antagonis karangannya. Alih-alih terbangun di rumah sakit, Saras yang men...