Tirai kamar itu tersibak karena tiupan angin. Cuaca malam itu benar-benar ekstrem. Selain hujan deras disertai petir, anginnya pun seakan ingin menerbangkan isi dunia ini.
Sama seperti cuacanya yang tidak karuan, demikian pun perasaan Saras. Semenjak membaca isi dari surat misterius itu, Saras tidak bisa beristirahat dengan nyenyak. Hatinya resah terus memikirkan siapa gerangan yang mengirimkannya pesan.
Mengenakan jubah tidur sebagai outwear, Saras memutuskan keluar kamar untuk menemui kepala pelayan, guna menanyakan orang yang bertugas mengantar surat ke kediaman duchy. Siapa tahu orang itu tahu dan bisa memberikannya informasi siapa pengirim surat misterius itu.
Sayangnya, Saras tidak mendapatkan informasi yang dia harapkan setelah bicara pada Madam Mariana.
"Surat-surat itu dikirim langsung oleh utusan dari keluarga para bangsawan yang mengirimkan surat, Nyonya. Jadi tidak ada kurir khusus yang bekerja sebagai pengantar pesan. Memangnya kalau boleh saya tahu, apakah ada suatu hal dari surat-surat itu yang mengganggu Anda."
Helena buru-buru melambaikan kedua tangannya di depan dada. "Tidak—tidak... tentu saja tidak ada. Aku hanya sekedar ingin tahu saja kok."
Madam Mariana tampaknya tidak semudah itu langsung percaya. Terbukti dari sebelah mata wanita paruh baya itu yang sedikit menyipit saat bertanya. "Benarkah?"
"Y-ya." Kedua tangan Saras refleks menutup jubah tidurnya pada bagian dada, berusaha menutupi masalah surat itu untuk dirinya sendiri. Sebab, Saras tidak bisa mempercayai siapapun di dunia ini. "Kalau begitu, terima kasih atas informasinya, Madam Mariana Saya akan kembali ke kamar. Selamat malam."
"Kalau surat-surat dikirim langsung oleh utusan keluarga bangsawan, apa itu artinya surat misterius itu...."
"Surat misterius apa?"
Deg.
Saras menghentikan langkah kedua kakinya mendengar suara itu. Meski suara hujan masih terdengar, nyatanya suara mereka berdua masih bisa di tangkap oleh telinga. Saras langsung merutuki kebodohannya saat menyadari dirinya yang begitu ceroboh menyebut surat itu disaat tembok pun bisa saja memiliki telinga ditempat itu.
Melihat keberadaan Lucas-orang kepercayaan Juan yang tumben terlihat batang hidungnya malam ini, jelas Saras pangling. Apalagi dirinya belum pernah bicara berdua apalagi sampai bertatap muka secara langsung oleh lelaki berkaca mata itu sejak menjadi Helena di tempat ini.
"Ah—Tuan Hosea, Anda rupanya. Saya pikir tadi siapa," Saras berusaha bersikap ramah. Untungnya, meskipun jelas sekali lelaki ini tidak menyukai Helena, Lucas langsung membungkukkan sedikit badan menyapanya dengan sopan. Meskipun setelah itu, tetap saja lelaki itu kembali menginterogasinya dengan nada mengintimidasi.
"Sebagai seseorang yang dipercaya oleh, Duke. Saya bertugas untuk melindungi Duchy termasuk Anda dan Tuan Muda Caesar. Jadi saya harap, Anda tidak merahasiakan apa pun dari saya, Duchess Helena."
"Ahaha... Tentu saja tidak. Untuk apa juga saya merahasiakan...."
"Surat misterius yang Anda sebutkan barusan...."
"Tidak ada. Tadi aku hanya bicara melantur. Ahaha...."
Lucas menatap Helena datar dan tentu saja ekspresi lelaki itu membuat Saras semakin ciut dan nyaris saja ingin menangis ditempat. Namun, Saras tetap tidak akan memberitahu siapapun soal isi dari surat itu sebelum ia tahu siapa orang yang bertanggungjawab atas isi dari surat misterius itu.
Apalagi, Lucas adalah orang yang paling dekat dengan Juan. Bisa bahaya kalau Juan pun tahu isi dari surat itu.
"Saya harap Anda tidak merahasiakan apa pun lagi dari Tuan Duke, Duchess."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became a bad Duchess (END)
FantasyPercayalah, hukum karma itu ada. Seperti Ayura Saraswati, seorang penulis novel yang sangat membenci karakter Antagonis bahkan dikenal tanpa belas kasih dalam menyiksa tokoh antagonis karangannya. Alih-alih terbangun di rumah sakit, Saras yang men...