Saras menggigiti ujung kuku Helena sambil melangkah mondar-mandir dengan raut wajah panik.
Wanita itu baru sadar akan sesuatu. Saat ia mengambil botol ramuan cinta, kenapa botol itu ada di atas meja?
Saras bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ia meletakkan benda itu. Saat Serenity akan pergi, secara impulsif, ia berlari masuk ke dalam kamar dan langsung mengambil botol itu begitu saja dengan cepat.
Bukankah terakhir kali, ia masih menyembunyikan botol itu di tangannya? Apakah diam-diam terjatuh secara tidak sadar? Atau mungkinkah Juan yang mengambilnya saat Saras pergi keluar kamar?
Semakin dipikirkan, Saras malah semakin pusing.
"Duchess Helena, air pemandiannya sudah siap!" Teriak Chara—yang tengah menyiapkan air untuk Helena mandi.
Saras sedikit berjangkit saat mendengar suara pelayan pribadinya itu. "Ah, iya Chara. Sebentar."
"Apa ada yang mengganggu pikiran Anda, Duchess." Tanya Chara saat mendapati wajah kucel Nyonya-nya itu.
Pun Chara lalu membantu Helena masuk ke dalam kolam pemandian yang airnya terlihat mengepul. Saras menghela napas lega saat tubuhnya merasakan kesegaran dari air hangat yang telah di campur aroma terapi itu. Rasanya otot-otot tubuhnya yang tegang pun perlahan jadi jauh lebih rileks.
"Anda bisa membagi cerita kepada saya, apabila butuh tempat curhat, Nyonya."
"Tidak, Chara. Tidak ada masalah apapun kok."
Chara lantas mengangguk. Meskipun tidak percaya sepenuhnya mendengar jawaban itu. Apalagi, Helena jadi seperti itu sejak kepulangan Putri Mahkota Serenity. Mengingat masa lalu yang pernah terjadi di antara mereka berdua dan kedatangan Lady Serenity yang terlalu tiba-tiba berkunjung hari ini cukup mencurigakan.
"Oh ya, Chara.. Bagaimana dengan barang-barang yang ku minta kau jual kan? Apakah nominalnya cukup untuk di kirimkan ke kediaman Ayah dan ibuku."
"Hm. Sepertinya cukup, Lady. Tidak ada complain apapun dari Marquess Astoria."
Saras menghela napas lega mendengar informasi tersebut. Masalahnya, dia tidak tahu lagi harus menjual barang apalagi kini, mengingat sebagian besar barang milik Helena yang tidak Saras pakai sudah ia jual semua sejak pertama kali Saras bereinkarnasi ke dalam tubuh ini.
"Sepertinya aku harus mencari pekerjaan yang bisa menggaji ku lebih, Chara. Karena tidak mungkin aku hanya mengandalkan menjual barang-barang pribadi lama-lama akan semakin habis. Apalagi Juan bisa curiga dan mempertanyakan perihal aku menjual barang-barang pribadi."
Chara diam mendengarkan Helena, sambil tetap mencuci rambut Nyonya-nya itu. Selain karena tidak tahu harus merespon apa, sejujurnya Chara tidak setuju dengan ide Helena yang memilih tidak menceritakan masalahnya pada Duke Juan. Padahal, kalau mau—pasti Duke Juan Kaialan akan melakukan sesuatu untuk wanita yang di cintainya.
Sayangnya, Chara tidak memiliki keberanian untuk menasehati Helena agar mau lebih terbuka pada suaminya itu.
Chara sendiri tidak bisa mambantu apapun karena dirinya hanyalah seorang pelayan yang miskin.
"Kalau hanya mengandalkan posisiku sebagai, Duchess. Tidak akan cukup. Apalagi nominal yang diminta kedua orang tua ku terus bertambah setiap bulannya."
"Chara menurutmu, pekerjaan apa yang cocok untukku?"
Kedua mata Saras terpejam merasakan pijatan pada kepalanya itu. Namun, karena pertanyaan yang ia ajukan tidak kunjung mendapatkan balasan dari Chara membuat Helena mengerutkan kening bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became a bad Duchess (END)
FantasyPercayalah, hukum karma itu ada. Seperti Ayura Saraswati, seorang penulis novel yang sangat membenci karakter Antagonis bahkan dikenal tanpa belas kasih dalam menyiksa tokoh antagonis karangannya. Alih-alih terbangun di rumah sakit, Saras yang men...