Your name?

933 94 6
                                    

Hawa mencekam di kamar marsha.
Setelah kejadian zee memeluk ashel, marsha membungkam mulutnya dan terus memasang raut muka marah, kesal dan kecewa.
Sebenarnya marsha ingin mengusir kathrina dan ashel saat mereka datang ke rumahnya. Tapi rasa penasarannya tentang hubungan ashel dan kak zee, mengurungkan niatnya. Terlebih jika masalah ini dibiarkan terlalu lama, dia takut persahabatannya berakhir.

Kathrina bingung harus berbuat apa, dia hanya bisa mengecek kekuatan ototnya siap untuk melerai marsha dan ashel kalau-kalau mereka beradu tinju.
Kathrina mendorong ashel agar mendekat ke marsha untuk menjelaskan semuanya.

"Sha.." Ashel masih bingung harus memulai dari mana.

"Gue.. zee itu temen kecil gue dulu."

Marsha yang tadinya membuang muka, kini menatap ke arah ashel.

"Gue gak tau kalo kak zee yang lo suka itu zee yang gue kenal, Zeeco Natio. Lo cuma nyebut kak zee kak zee terus, bahkan fotonya aja lo gak pernah ngasih liat ke gue."

"Tapi lo liat kak zee di hari pertama kita masuk sekolah." Timpal marsha

"Iya, emang. Itu dari jauh sha, mata gue kan minus marshaaaa. Lagian zee yang gue kenal dulu cuma setinggi ini." Ashel menyetarakan zee setinggi bahunya.

"Sekarang zee setinggi tiang bendera."

Ashel hanya mencari alasan saja. Seperti apapun perubahan zee, dia pasti bisa mengenalinya. Zee punya ruang sendiri dalam memori masa kecilnya. Ashel tidak mengharapkan masalah ini menjadi semakin besar. Dia memeluk marsha, mencoba membuat marsha percaya padanya.
Namun tiba-tiba marsha menanyakan pertanyaan yang sejatinya ashel pun tidak yakin dengan jawabannya.

"Lo gak suka kak zee kan?"

"Gak mungkin lah sha, kita temen."

Lagi-lagi ashel memberi jawaban aman. Tapi dia berpikir itu bukanlah kebohongan karena dia dan zee sekarang hanya teman.
.
.
.

Meskipun ashel berkata tidak suka, marsha masih merasa janggal sejak hari itu.
Kedekatan ashel dan zee semakin terasa, mereka berdua sering berangkat dan pulang sekolah bersama. Ashel menjadi jarang berkumpul dengan marsha dan kathrina. Padahal sebelumnya mereka sering menonton drama atau film di kamar marsha.

Ashel juga kerap datang ke rumah zee tanpa sepengetahuan marsha.

"Sini cel masuk." Zee membuka pintu kamarnya dan membiarkannya tetap terbuka.

"Lo ngerasa panas gak zee?"

"Sorry ya, kan pintunya aku buka jadi AC nya gak berasa. Nanti ku tutup kalo reval udah dateng."

"Reval lagi? Tiap kita main pasti ada dia."

"Ya cel, kan temenku cuma dia. Minum air dingin aja gimana? Kamu pilih sendiri deh mau minum apa?" Zee membuka kulkas penuh minuman.

"Almond? Bukannya lo alergi almond?."
Tanya ashel setelah melihat beberapa coklat almond di kulkas zee.

"Iya dikasih orang. Jangan dimakan, kadaluarsa."

Bukan tanpa alasan kenapa zee sering mengajak ashel jalan, makan diluar atau menonton ke bioskop. Saat kejadian zee memeluk ashel, bukan marsha saja yang membutuhkan penjelasan tetapi reval juga. Dia terus mengikuti zee, menodongnya dengan berbagai pertanyaan tapi tidak ditanggapi serius oleh zee. Sampai reval berteriak.

"Gue suka ashel."

"Zee! Gue suka ashel. Jadi please bantu gue buat deket sama dia."

"Usaha sendiri." Jawaban zee singkat.

"Lo gak mau? Apa lo suka juga sama ashel?!"

"Terserah."

"Gue gak mau kita ribut karena suka cewek yang sama. Tapi gue udah suka sama dia sejak pandangan pertama, saat dia jadi murid pindahan di smp."

BimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang