Titik awal

1.4K 98 1
                                    

Hari yang marsha tunggu sudah tiba, sedari di gerbang sekolah dia selalu melihat ke kanan-kiri untuk mencari letak parkiran sepeda motor.
Bukan untuk memarkir motor miliknya, melainkan menunggu seorang kakak kelas.
Marsha menyukai Zeeco Natio sejak dari smp dan memutuskan untuk masuk di sma yang sama dengannya. Walau dia harus berjuang mati-matian agar nilainya memenuhi syarat standar sma tersebut. Dia juga membuat kelompok belajar dan menjadi akrab dengan teman-temannya itu, mereka adalah kathrina dan ashel.
Bahkan marsha sudah survei tentang zeeco mulai dari dengan apa dia berangkat sekolah, jam berapa dia sampai diparkiran sekolah. Terdengar seperti penguntit, tapi itu termasuk usaha yang patut di apresiasi. Marsha memberikan uang sakunya kepada kenalannya yang satu sekolah dengan zee demi memperoleh informasi tersebut.
Dan inilah saatnya, hari pertama ia masuk sekolah sebagai siswi sma dengan tujuan agar bisa melihat zee setiap hari.

"Woy sha, gimana udah ketemu?" Kathrina menepuk bahu marsha.

"Kath.. bikin jantungan aja."

"Kaya apa sih kak zee yang lu agungkan itu sha? Gue penasaran." Tanya ashel

Ashel waktu itu adalah murid pindahan kelas 9 di smp marsha, jadi dia tidak tahu sosok zeeco yang sangat disayangi marsha itu. Marsha selalu menyebut nama zee, sahabatnya pun tahu kalau marsha menyukai zee. Marsha selalu membawa selembar foto zee untuk dilihat dimanapun kapanpun ketika dia rindu dan butuh semangat. Namun marsha tidak pernah menunjukan foto ataupun memberi tahu akun sosmed zee karena dia takut sahabatnya berujung menyukai zee juga. Seposesif itu marsha, padahal belum jadian. Jangankan jadian, entah zee tau marsha ada di dunia ini atau tidak.

Marsha kurang percaya diri dengan penampilannya, meskipun teman-temannya selalu bilang dia cantik tetapi marsha tidak mempercayainya. Terlebih zeeco adalah cowok populer di sekolahnya itu. Jadi dia memutuskan untuk mengagumi zee dari kejauhan. Melihat senyuman dan wajah tampan zee saja sudah cukup membuatnya memiliki alasan untuk hidup. Dia berjanji akan menunjukan mukanya tepat di depan zee ketika dia sudah glow up. Tidak pantas disebut glow up sebenarnya, dia hanya perlu mengubah style berpakaiannya saja.

"Huss, diem kalian. Kak zee dateng." Ucap marsha sambil mengatur nafasnya karena degup jantungnya tak terkendali.

"Mana?." Ashel melihat ke arah mata marsha melihat.

"Cowok cungkring itu? Yang pake scooter warna oren?" Kathrina menunjuk zee dari jauh.

"Gak usah nunjuk-nunjuk kath, nanti ketahuan." Marsha reflek menurunkan tangan kathrina.

"Sembarangan kak zee dibilang cungkring. Belum aja dia buka helm, nanti pingsan lo."

Saat zee membuka helm, seketika ashel pun terdiam dan memastikan matanya tidak salah melihat. Sosok yang ia rasa tidak asing baginya, terdakadang terpintas rasa rindu saat mengenang teman masa kecilnya. "Benar, itu zee." Ucapnya dalam hati.
Ashel memilih untuk diam dan tidak memberitahu marsha kalau dia sudah mengenal zee jauh lebih lama dibanding dirinya. Tidak ada maksud, hanya untuk berjaga-jaga kalau saja zee mungkin juga sudah melupakan ashel, teman dari masa kecilnya yang sudah bertahun-tahun tidak ia jumpai.

Ashel dan zee pernah tinggal satu komplek perumahan. Lalu ashel pindah rumah, dan dia juga kehilangan semua kontak teman-temannya. Karena suatu hal, dia kembali ke rumah lamanya dan mengulang kelas saat kelas 9. Seharusnya dia satu angkatan dengan zee. Sewajarnya abg yang mulai mengenal perasaan, dia canggung kalau harus mengunjungi rumah zee terlebih dahulu semenjak kembalinya ke rumah lamanya. Apalagi dia sekarang menjadi adik kelasnya.
Ashel pikir seperti ini lebih baik, jika akhirnya dia harus berhadapan dengan zee nantinya dia akan pura-pura kaget saja.

Marsha yang sedari tadi tidak henti-hentinya kagum melihat ketampanan zee di pagi hari tanpa sadar melangkahkan kaki menuju ke arah zee. Dengan cepat kathrina dan ashel menarik marsha.

"Sha, sadar!! Ayo ke kelas aja." Tarik kathrina kasar.

"Iya ayo, ini hari pertama nanti telat." Ashel juga menggenggam tangan marsha.

"Emang kita sekelas?" Tanya marsha polos.

"Iya bodooooh!" Kathrina gemash.

Sedangkan zee yang masih ada di parkiran motor tiba-tiba mendapat pukulan bahu dari belakang plaaaak.

"Pagi bang!"

"Sopan dong. Kakak kelas nih." Jawab zee dengan sedikit sombong.

"Ampun puh, sepuh."

"Kelas mana lo val? Mau gue anterin?"

"Gak usah deh, gak biasa jadi seleb gue." Reval sambil melirik kanan-kiri.

Zee sudah terbiasa dengan pandangan anak-anak di sekolahnya. Dia sadar kalo keberadaannya cukup untuk membuat orang-orang lupa berkedip.
Reval pantjoro merupakan teman tongkrongan zee diluar sekolah. Meski umur mereka beda 1 tahun tapi reval memperlakukan zee seperti teman seumurannya. Itu juga yang membuat zee nyaman dekat dengannya dan menjadikan reval salah satu sahabat terpercaya.

Sementara itu marsha di kelas tidak fokus dengan pelajarannya, dia terus kepikiran zee.
"Maaf bu, boleh izin ke toilet?"

"Iya, silahkan."

Marsha jalan menelusuri koridor sekolah. Meski ada toilet yang lebih dekat, dia memilih yang lebih jauh melewati kelas zee. Saat di depan kelas zee, dia jalan pelan-pelan dan melirik ke dalam kelas. Ternyata kelas zee sedang jam kosong, dia mendapati zee sedang mengobrol dengan seorang cewe. Ada yang retak dalam hatinya, dia memutar balik langkahnya dan kembali melihat zee, lalu kembali ke kelas dengan muka murung. Marsha memnag tidak berniat ke toilet, itu cuma alasan saja.

Jam istirahat, marsha bergegas menemui mata-mata yang ia bayar dengan uang sakunya selama ini dan langsung menyergapnya dengan pertanyaan.

"Kak zee punya cewek?"
"Siapa namanya?"
"Kok lo gak ngasih tau gue!"

"Sabar sha sabar.. pelan-pelan. Siapa yang lu maksud emang?"

"Gue liat kak zee ngobrol sama temen sekelasnya, cewek. Mana duduk sebelahan pula."

"Oh, yang lo maksud fiony? Kan emang dari dulu mereka duduk sebelahan."

"Kok lo gak pernah ngomong sih la!"

"Ya lo juga gak pernah nanya. Dah ya gue mau ke kantin beli bakso." Olla mengambil uang di tangan marsha dan kabur ke kantin.

Hari pertama marsha sekolah diawali dengan senyuman lebar karena akhirnya bisa melihat kak zee, namun juga tertampar kenyataan karena fiony. Dia akrab dengan kak zee, itu berarti dia harus bersaing lebih keras lagi. Dia tidak peduli dengan cewek-cewek lain penggemar kak zee, karena kak zee terkesan tidak peduli dengan mereka. Tapi kali ini berbeda, kak zee duduk sebelahan dengannya, mengobrol dan tertawa sampai lesung pipinya yang berharga itu terlihat membuat marsha tidak terima.

Marsha memarkirkan scooternya, berdiri di tepi pantai dan berteriak "kak zee bodooooh!!!!"
Lalu duduk sambil berpikir hal apa yang membuatnya bisa dilihat kak zee. Ide bagus muncul, dia memutuskan untuk masuk ekstrakurikuler yang sama dengan kak zee.
Langit senja yang ia lihat sekarang membuatnya berkhayal, andai suatu hari ada kak zee disampingnya..

BimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang