Melted

643 71 4
                                    

Sekarang pukul 20:00 semua persiapan zee dari siang telah siap menyambut marsha pulang.
Dia sangat peduli dengan marsha, walau jarang mengungkapkannya.
Karena seberapa banyaknya kosakata di dunia, tak bisa mewakili perasaannya.
Dia lebih nyaman menunjukkannya daripada harus banyak mengatakan banyak janji.
Namun marsha sering tak memahami sikap zee dan membuatnya salah paham.
Zee di depan piano, mencoba menghubungi marsha.

.
.
.

"Bagus-bagus banget tasnya."

"Menurut lo mending warna apa sha? Item apa coklat?"

"Item aja gak sih kath, soalnya cocok sama baju lo hari ini."

Marsha sedang sibuk berbelanja dengan kathrina, dia tak sadar ada banyak panggilan tak terjawab dari zee karena hp nya di silent.

"Lo jadi kan nginep di rumah gue sha?"

"Gue gak bawa baju tapinya."

"Itu mah urusan gampang. Kan bisa pake baju gue."

"Seragamnya? Besok kan senin. Terus tas gue juga di rumah kak zee."

"Gue ada seragam 2 kok. Tas kan tinggal minta bawain zee aja satu sekolah ini. Bingung-bingung amat lo."

"Oke deh. Nanti gue kabarin kak zee aja kalo udah di rumah lo."

Waktu terus berjalan, disaat itu juga zee masih menunggu marsha. Dia masih sibuk menentukan lagu apa yang akan ia mainkan untuk menyambut marsha.
Konsentrasinya terbagi, dia menjadi gagal fokus memainkan pianonya karena merasa khawatir pada marsha yang tak bisa dihubungi.
Lalu ia mencoba menelpon ashel.

"Halo zee."

"Halo cel. Kamu sama marsha gak sekarang?"

Ashel diam sejenak. Perasaannya sedikit cemburu saat mendengar zee menelponnya hanya untuk menanyakan marsha.

"Cel, aceeelll."

"Eh iya zee. Sorry kenapa? Marsha?"

"Iya. Lagi sama marsha gak sekarang?"

"Enggak. Gue gak ikut jalan bareng mereka. Marsha pergi sama kathrina."

"Yaudah cel, makasih ya."

"Zee!"

"Kenapa cel?"

"Gapapa zee. Daaah."

"Happy valentine's day zee." Ucap ashel dalam hati.

Zee berniat menelpon kathrina, namun niat itu terhenti ketika dia merasa dirinya mulai terlalu posesif.
Zee takut jika kelakuannya justru membuat marsha risih. Toh marsha juga pasti akan pulang jika memang sudah waktunya, marsha bukan anak yang sering pulang larut malam. Jadi zee memutuskan untuk menunggunya saja.
Dia mencoba menarik napasnya dalam-dalam agar kembali rileks dan bisa memainkan pianonya seperti biasa.

Zee membuka youtube agar mendapat rekomendasi tentang lagu yang pas untuk suasana hari ini.


^_^
Marsha masih sibuk mengelilingi mall, matanya terus terpana pada barang-barang yang ingin ia beli. Tiba-tiba saja merasa tertarik melihat sebuah dompet.
Entah bagaimana, dia merasa dompet ini mengingatkannya pada kak zee.
Sepertinya ini cocok buat kak zee.

"Itu kan dompet cowok sha."

"Iya tau, keliatannya cocok aja buat kak zee."

"Astaga marsha! Lo masih gak sadar juga? Lo masih mau beliin dia kado valentine? Emang dia mikirin lo juga?"

"Stop kath! Kak zee gak seburuk itu kok. Dia sering juga beliin gue barang."

"Yaudah lah terserah lo. Duit duit lo ini."

BimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang