Teman kecil

1K 89 3
                                    

Beberapa hari terakhir marsha sibuk mengikuti zee, mencari informasi ekskul apa yang ia ikuti. Kathrina dan ashel yang selalu menemaninya kini mulai lelah, membiarkan marsha pergi sendirian.
Di koridor sekolah marsha melihat zee masuk ke ruang musik. Marsha hanya mengintip dari luar, tidak lama terdengar suara petikan gitar. Zee tidak sendiri, dia bersama 3 cowok lainnya. Marsha selalu kagum dengan zee, apalagi saat ini zee memainkan gitarnya membuat marsha jauh lebih tenggelam.

"Kamu mau daftar ekskul band sekolah?" Sapaan seseorang membuat marsha merasa tertangkap basah sebagai penguntit.

"Eeenggak kak, cuma kebetulan lewat aja."
"Permisi kak."

Ternyata  orang itu adalah fiony. Marsha langsung menyimpulkan kalau fiony termasuk anggota band bersama zeeco. 

"Gue balik dulu ya." Zee pamit ke teman-temannya.

"Thank's ya udah gantiin chika latihan hari ini."
"Zee, kenapa lu gak gabung band kita aja?"

"Iya zee, mau yaa.." fiony mulai merayu zee dengan tatapan memelas.

"Sorry guys, ini cukup jadi hobby gue aja." Tolak zee mengambil tasnya lalu pergi.
.
.
.

Rumah marsha
"Dooo reeee mi~"
Tangan kathrina dengan cepat membungkam mulut marsha.

"Fals banget sha. Mending lo diem deh."

"Lagian lo kenapa sih tiba-tiba mau masuk band sekolah." Ashel penasaran

"Kak zee, kayanya dia ekskul musik deh."

"Kali ini nyerah aja deh sha, kita mesti tentuin hari ini juga mau ekskul apa. Karena kelas 10 kan wajib, lo mau gabung ekskul apa kath?"

"Lo tanya gue shel? Udah pasti gue ngikutin kalian lah."

"Gimana kalo badminton. Gue udah nyari tau, itu ekskul cuma formalitas doang yang penting kita dateng."

"Yaudah deh." Jawaban marsha pasrah

Keesokan harinya mereka bertiga mendaftar ekskul badminton dan mulai berkegiatan minggu depan. Saat melewati gedung olahraga, zee dan reval sedang tanding badminton. Mata marsha langsung berbinar dan batinnya seakan mengutarakan rasa syukur karena Tuhan telah mebalas kerja kerasnya selama ini. Dia bisa satu kegiataan yang sama dengan kak zee nya itu.

"Di lihat-lihat seneng bener lo sha." Kathrina menyolek marsha

"Nyengiiir terus." Ashel gemas melihat ekspresi marsha

Zee yang merasa sedang diperhatikan menatap kearah pintu, membuat marsha dan teman-temannya kabur.

"Badan doang kaya Jonatan Christie lo, lemaah."
Adel meledek zee yang sudah kewalahan

"Bukan passion gue." Jawab zee singkat

"Makasih deh udah nemenin gue pemanasan. Ekskul apaan begini, pada absen terus pulang."

Zee hanya tersenyum menanggapi keluhan reval, lalu mengajaknya bergegas pulang. Mereka berdua janjian buat main game di warnet reval dan begadang karena esok hari libur sekolah.
.
.
.
Marsha memakai outfit terbaiknya hari ini, bagi ashel dan kathrina ini hanya olahraga biasa. Namun bagi marsha ini hari bersejarah karena dia bisa melihat keringat kak zee dari dekat.
Anak-anak lainnya mulai berdatangan, marsha memperhatikan satu persatu orang yang memasuki pintu gedung olahraga. Hari jum'at hanya ada anak badminton dan futsal yang berkegiatan. Sudah hampir waktunya, tapi kak zee yang ia nantikan tak kunjung terlihat.
Eli, ketua tim badminton mulai memberikan instruksi agar mereka semua merapat.

"Eh ada neneng marsha." Reval menggoda marsha setiap mereka bertemu. Reval dan marsha teman sekelas waktu smp.

"Brisik." Kathrina sinis

"Ngapain lo kath disini. Bikin sempit aja. Ada ashel juga, hai ashel." Reval sedikit canggung jika didekat ashel.

Cekrek. Seseorang mencoba memotret untuk memastikan kameranya berfungsi dengan baik.

"Baik semuanya sudah berkumpul? Karena tahun ini anggota baru yang mendaftar lumayan banyak, jadi kita harus mengabadikan dan kita pamerkan di mading sekolah." Eli bangga karena tahun sebelumnya tidak lebih dari 3 orang yang mendaftar.

"Zee, tolong ya ambil fotonya yang bagus." Eli menyuruh zee yang sedari tadi duduk di belakangnya.

"Oke." Zee mulai menjadi fotografer handal dan memberi arahan.

Dua sampai tiga kali pengambilan foto dirasa cukup bagus, zee mengecek hasil melihat kamera lalu pandangannya beralih ke arah mereka yang masih diposisi siap foto. Ada seseorang yang sangat tidak asing baginya, seseorang yang memang ia ingin temui lagi. Zee bergegas memperlihatkan hasilnya ke eli.
Hasil fotonya bagus, eli menyuruh anggotanya yang memang ingin pergi dipersilahkan, yang ingin tetap tinggal agar tetap dilapangan. Seperti yang sudah diketahui, ekskul badminton adalah ekskul formalitas saja. Apa zee termasuk anggota? Tentunya bukan. Lagi-lagi dia hanya membantu tim yang membutuhkan bantuannya.
Beberapa anggota memutuskan pergi setelah absen selesai, lapangan mulai sepi.

Zee meletakkan kamera di lantai, melangkahkan kakinya mendekati seseorang. Memastikan kalau orang itu adalah ashel. Saat jaraknya sisa satu langkah saja, dia langsung memeluk ashel dengan erat.
"Kangen. Kaangeen." Pelukan zee terlalu kuat, ashel hampir sesak nafas karenanya tapi dia pasrah. Dia juga rindu dengan teman kecilnya itu, tangannya melingkar ke tubuh zee.
Zee melepas pelukannya, memegang pundak ashel dan menatap matanya.

"Kok masuk sekolah sini gak bilang-bilang?."

"Lo sombong. Mentang-mentang jadi cowok paling keren."

"Apaan." Tangan zee siap menyentil jidat ashel

Marsha yang ikut menyaksikan adegan itu tentu tidak percaya, dia merasa dibohongi ashel selama  ini. Saat tatapan matanya bertemu dengan mata ashel, penuh isyarat bahwa marsha menunggu penjelasan dari ashel detik itu juga.

BimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang