Matcha

974 84 1
                                    

Marsha hanya memiliki raganya saja di sekolah, jiwanya tertinggal di rumah.
Dia terlalu sering melihat jam sehingga waktu terasa begitu lambat. Dia yang biasanya semangat sekolah karena ada kak zee, namun kini berbalik ingin cepat pulang.
Seminggu lagi skorsing kak zee berakhir, tapi itu bukan masalah mengingat kak zee tinggal di sebelah rumahnya.
Namun, entah mengapa sekolah minggu ini sangat sibuk, tugas yang diberikan guru belum lagi ekskul, dan marsha masih harus mengikuti les di luar sekolah. Sangat mustahil baginya untuk sekedar melihat kak zee.
Marsha harus bersabar sampai weekend datang kembali.

"Lemes amat sha." Kathrina menyenggol marsha

"Kan kak zee nya gak ada di sekolah kath."

"Gue chat zee di line gak dibalas. Gue juga datengin rumahnya cuma ada art nya."

"Ngapain lo shel ke rumah zee."

"Yaelah gak usah cemburu sha. Kan gue pengen cek aja keadaan dia, siapa tau sakit keras abis kejadian tonjok-tonjokan."

"Mana ada orang ditonjok langsung sakite keras. Jangan ngadi-ngadi shel." Timpal kathrina.

Sepertinya teman-teman yang lain tidak tahu kalau kak zee menginap di rumah mamanya. Marsha ingin memberitahu kabar bahagia kalau kak zee sekarang tetangganya, tapi dia memilih diam. Itu sebuah privasi kak zee, mungkin ada alasan kenapa kak zee tidak memberitahu ashel.
.
.
.
Weekend yang ditunggu marsha tiba, marsha pernah mengatakan pada tante shani kalau dia akan menggambar karakter untuknya lalu memberikannya setelah selesai. Ini juga menjadi alasan yang bagus agar marsha bisa datang ke rumah kak zee.
Dengan menenteng gambarnya, marsha antusias memasuki halaman rumah kak zee. Tiba-tiba kak zee jatuh tepat di depan marsha yang membuat marsha teriak kencang "Aaaaaaaa"
Zee loncat dari atas pohon mangga dan jatuh tepat di depan marsha. Melihat ekspresi terkejut marsha, zee malah menyodorkan buat mangga yang dipetiknya.

"Mau?"

Marsha hanya bisa tersenyum dan mengangguk.
Mereka berdua memasuki rumah bersama.

"Lhoh, kalian berdua udah saling kenal?" Tanya mama zee

"Sudah tante. Kita satu sekolah juga." Jawab marsha

"Ada apa sha?"

"Ini tante, karakter yang aku buat udah jadi." Marsha memperlihatkan hasil gambarnya.
Zee yang penasaran juga sesekali melirik.

"Waah bagus banget. Tante harus bayar berapa sha?"

"Gak usah tante. Marsha juga yang mau gambar buat tante."

"Beneran sha? Jadi gak enak. Gimana kalo tante ganti dengan hal lain? Tante traktir kamu nonton film?"

"Gak usah repot-repot tan. Marsha seneng kok kalo tante suka gambarnya."

"Zee, kenapa kamu gak nonton bareng marsha aja? Mama kan gak bisa nemenin kamu karena ada urusan mendadak. Daripada kamu nonton sendiri."

"Kenapa ha..." zee tidak berani meneruskannya karena tatapan mata mamanya mengisyaratkan untuk tidak menolak.

"Kalo mau aku jemput besok jam 10 pagi. Tapi naik motor." Jawab zee menuruti mamanya

"Kenapa gak naik mobil mama aja. Biar mama naik taksi."

"Gak papa tan. Marsha gak keberatan kok naik motor. Jam 10 pagi kan?" Tanya marsha memastikan.

"Pagi amat zee jam 10."

"Sekalian mau ke toko buku ma."

Mama zee sangat pintar membaca situasi, sifat itu menurun juga kepada zee yang cepat tanggap dan peka.

Keesokan harinya, marsha bangun pagi.
Marsha mulai mengeluarkan baju terbaiknya dari dalam lemari, mencoba satu persatu yang menurutnya cocok untuk pergi menonton. Tentu dia memilih memakasi celana panjang karena harus naik motor, crop top dan kemeja sepertinya perpaduan yang tepat.
Dia menyempatkan untuk menyantap sedikit sarapannya.

BimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang