Semudah itu?

804 67 7
                                    

Hari yang di tunggu-tunggu telah tiba.
Stadion dipenuhi dengan para penonton.
Final turnamen sepak bola U-19 akan segera di mulai beberapa menit lagi.
Zeeco masuk ke dalam daftar pemain.
Teman-temannya pun datang untuk memberi dukungan, kecuali orang tuanya karena dia sengaja menyembunyikannya.

Tentu saja marsha pun datang membawa benderanya, kali ini dia terang-terangan mendukung zee sebagai orang yang spesial.

Sejak diumumkannya tim yang memasuki final, diduga akan menjadi pertandingan sengit.
Sebab salah satu anggota tim lawan adalah pemain yang pernah membuat zee cedera.
Pelatihnya sudah mewanti-wanti zee agar bermain dengan hati-hati.
Oniel sebagai kapten tim juga diberi tanggung jawab untuk menjaga emosi anggotanya saat di lapangan.

Pemain mulai memasuki lapangan dengan sambutan meriah dari penonton.
Ramai penonton menyorakkan yel-yel tim kesayangannya.
Zee melihat ke arah bangku penonton untuk mencari marsha, lalu tersenyum setelah menemukannya.

Lagu indonesia raya dikumandangkan, seluruh penonton ikut bernyanyi dengan semangat.
Setelah selesai, penonton bertepuk tangan. Lanjut para pemain berjabat tangan dengan wasit.

"Fotonya bagus." Ucap reval yang memergoki gracie sedang melihat hasil foto di kameranya.

"Udah jadi milik orang." Lanjutnya lalu pergi menghampiri marsha dan yang lainnya.

"Kak zee!!! Semangaat!!!" Teriak marsha dari bangku penonton.

Kick-off dilakukan oleh tim zee.
Posisi zee sebagai striker membuatnya berlari maju ke depan bertemu dengan Ken, kapten tim lawan sekaligus musuh zee yang telah membuatnya cedera.

"Long time no see, genius." Sapa ken sambil menghalangi pergerakan zee.

Zee memang memulai sepak bolanya saat smp. Meski begitu, dia tak butuh waktu lama untuk beradaptasi dan lincah bergerak dalam lapangan.
Ken adalah teman satu timnya saat smp, pada saat itu ialah striker andalan di timnya.
Namun setelah zee mulai bergabung, perlahan posisinya tergantikan oleh zee.
Pelatihnya menyebut zee sebagai genius yang berbakat.
Meski seperti itu, karena kurangnya dukungan dari orang tuanya zee jarang bermain di liga besar. Sedangkan ken, jam terbangnya sudah tidak diragukan lagi.

"Zee, fokus." Oniel datang mengingatkan zee.

Zee mendapat bola umpan, lalu menggiringnya. Tidak semudah itu, ken yang sedari tadi berada di dekat zee berusaha merebut bolanya.
Karena tak memungkinkan untuk terus maju, zee mengoper bolanya kembali.

Pertandingan seimbang sampai menit-menit babak pertama tersisa sedikit lagi.
Zee terus berusaha melepaskan diri dari pandangan ken.
Meski butuh waktu lama akhirnya dia bisa bebas, teman setimnya yang melihat langsung saja mengoper.
Zee menerima bola umpan dengan dadanya, menstabilkan, lalu menggiring bola dengan lincah.

Ken yang sadar telah kecolongan bergegas lari mengejar zee, namun terlambat.
Zee sudah menguasai wilayah lawan dan mengecoh benteng pertahan mereka. Memasuki kotak penalti lalu menendang bolanya.

"GOL!!!!" Penonton berteriak dan berdiri dari tempat duduk.

Marsha dan ashel berpegangan tangan melompat-lompat senang.

Zee melakukan selebrasi, memandang ke arah bangku marsha duduk, lalu membuat inisial M dengan tangannya.

"So sweet." Ucap marsha tersipu malu lalu membalas dengan membuat love sign.

"Zee! Lo keren, lo temen gue." Teriak olla

"Zee!! Good job." Teriak fiony

Teman-teman sekelas zee juga datang mendukungnya.
Gol pertama dari zee menutup babak pertama dengan skor 1-0.

BimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang