Liar

715 73 3
                                    

Suara alarm berbunyi berkali-kali, sebanyak itu juga marsha mematikannya.
Dia membuka matanya setengah sadar, terasa silau dari lampu yang terus menyala karena lupa ia matikan.
Terasa asing dan berbeda, bahkan dinding juga langit-langit yang ia lihat sekarang terasa bukan seperti biasanya.
Kemana perginya semua gambar-gambar yang ia pasang?
Dia melihat ke sampingnya, ada chipsy yang menemani tidur nyenyaknya.
Benar!!! Marsha tersadar kalau ini bukan kamarnya, melainkan rumah kak zee.

Sedangkan zee bangun sejak pagi karena semalam beberapa kali terbangun.
Perasaannya gelisah memikirkan ada di atap rumah yang sama dengan marsha.
Dia tidak ingin terlihat terlalu senang di depan marsha, berusaha agar tetap tenang dan menarik nafasnya berkali-kali.
Melihat ke kaca, menata style rambutnya dan mengencangkan dasinya.
Bukankah terlalu kencang? Lalu mengendurkan kembali dasinya juga mengacak-ngacak sedikit rambutnya, kemudian tersenyum penuh siasat.

"Mama berangkat dulu ya. Kamu bangunin marsha gih, nanti telat sekolahnya."

"Oke ma. Ati-ati ma nyetirnya." Ucap zee sambil mencium tangan mamanya.

Marsha membuka pintu kamarnya, mengecek kanan kirinya. Berjalan menuju ruang tamu tak ada siapapun, lalu pergi ke arah dapur melihat kak zee sedang sarapan.

"Morning sha."

"Morning kak zee." Jawabnya sambil terus mengecek sekelilingnya.

"Mamaku udah berangkat ke kantor." Terang zee

Marsha bernafas lega, tentu saja dia merasa gugup jika harus berhadapan dengan mama kak zee. Apalagi dia bangun paling telat, membuatnya merasa semakin tidak enak.

"Sarapan dulu sha, tapi cuma ada roti."

"Makasih, tapi aku gak laper."

Zee menyuapi roti selai coklat ke marsha.
"Kamu masih sedih ya? Mau libur aja?"

Marsha menggeleng, mulutnya penuh dengan roti.

Selesai makan, mereka berangkat menggunakan motor. Zee memakaikan helm pada marsha.

"Maaf ya pake motor."

"Ohh, jadi ini yang kak zee bilang jatuh miskin?!." Ucap marsha mengingatkan.

Zee menancap gasnya, merasa malu pernah mengatakan hal seperti itu.

Di sekolah
Zee memakai masker agar tidak menarik perhatian karena mukanya yang masih ada bekas lebam.

"Kak zee, sebentar." Ucap marsha lalu mengencangkan dasi dan merapikan rambut kak zee. Zee hanya tersenyum sambil terus menatap marsha.

"Buciiin teruuus!" Kata reval sambil memarkirkan motor disebelah mereka.

"Kak zee, aku duluan ya ada setan." Kata marsha bercanda lalu pergi ke kelasnya.

"Iya gue yang ketiga, gue setannya!" Balas reval

"Ketemu lagi sha di jam olahraga." Zee melambaikan tangannya.

"Ngapa lo pake masker?" Tanya reval sambil membuka paksa masker zee.
"Buseeet, abis digebukin sapa lo?"

"Brisik." Jawab zee sambil berjalan menuju kelasnya.

BimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang