Be with you

714 71 4
                                    

Hujan turun lebih deras, zee menyetir mobilnya mengebut dijalanan yang licin.
Dengan baju basah kuyup zee memasuki rumahnya, menaiki tangga lalu memasukkan semua baju-bajunya ke dalam koper.

"Mau kemana kamu?" Tegur papa zee

Zee hanya diam dan terus menarik koper melewati papanya.

"Kalo kamu mau keluar dari rumah ini, jangan bawa sedikitpun fasilitas dari papa!"

Zee menaruh kunci mobil dan semua kartu-kartunya di atas meja.

"Liat aja sampai kapan kamu bisa hidup tanpa papa."

Perkataan papanya tak membuat zee mengurungkan niat meninggalkan rumah ini.
Menurut zee, sudah cukup baginya selama ini hidup terus menuruti keinginan papanya. Dia merasa sudah cukup besar untuk menentukan keputusannya sendiri.

Walau ujungnya tak ada tempat baginya untuk kabur selain ke rumah mamanya.

"Zee, kamu kenapa?! Baju kamu juga basah."
"Papa mukul kamu?! Iya?" Tanya mamanya panik melihat muka lebam zee.

"Maa, dengerin zee dulu."

"Minta duit buat bayar taxi online di depan." Pinta zee sambil mengulurkan tangannya.

"Ya ampuuuun."

"Buruan ma, abangnya nungguin."

Mamanya mengambil dompet lalu keluar membayar taxi online.

"Ini ya bang uangnya, maaf nunggu lama. Makasih ya."

"Gapapa bu. Sama-sama."

Zee melihat mamanya dari teras, setelah memastikan taxi online sudah dibayar dia masuk ke dalam rumah.

"Zee kamu mandi dulu gih, biar gak masuk angin." Perintah mama zee

Shani merasa gracio sangat keterlaluan, bahkan tega membiarkan zee pergi tanpa uang sepeserpun. Dia mengambil ponselnya untuk menelpon gracio.

"Ngapain kamu telpon malem-malem?" Tanya gracio langsung setelah mengangkat telepon shani.

"Malem?! Kamu tau udah malem, tapi kamu biarin zee pergi dari rumah?! Kamu sekarang juga main kekerasan?"

"Kekerasan? Apa maksud kamu?"

"Zee dateng tanpa uang sepeserpun. Bajunya basah, mukanya lebam. Sadar cio, dia itu anak kamu. Tega ya!"

"Denger ya shan. Sejahat-jahatnya aku, gak akan mukul anak sendiri. Kamu tau itu!"

"Pasti kamu bikin ulah lagi kan, makanya dia pergi dari rumahmu."

"Masalah itu, aku jodohin dia."

"Ciooo!!! Zee itu masih sma! Kamu gak belajar dari pernikahan kita?!"

"Kalo gitu, kamu bujuk zee biar mau kuliah ke inggris!"

"Biar zee tentuin apa yang dia pengen, kita orang tuanya pun gak berhak maksa dia."

"Gak bisa!. Kita lihat sampai kapan dia bisa tinggal disitu!" Ucapan terakhir gracio sebelum menutup teleponnya.

"Gracio ini bener-bener ya. Keras kepala." Ucap shani lalu pergi menghampiri zee dikamarnya.

Shani menegetok pintu kamar zee.
"Zee mama masuk ya." Ucapnya namun tak mendapat jawaban dari zee.
Lalu membuka pintunya dan melihat zee sudah tertidur di ranjang.

Mamanya tak tega melihat muka zee yang lebam, dia juga tau pasti saat ini zee sangat tertekan karena tindakan papanya tentang perjodohan. Sama seperti mama dan papanya waktu dulu, meski berusaha keras menolak perjodohan itu tapi pada akhirnya harus pasrah dan menerimanya.
Namun kehadiran zee adalah tanda cinta dari kedua orang tuanya. Kebiasaan menimbulkan rasa cinta yang tumbuh secara perlahan.

BimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang