チャンス

677 70 4
                                    

Marsha telah kembali ke rumahnya, ia begitu merindukan keluarganya setelah seminggu tak bertemu, terutama kangen menjahili adiknya.
Dia berulang kali memeluk dan mencubit pipi meesha.

"Kak marsha, sakit!!" Kata meesha lalu membalas dengan memukul marsha.

"Eeeh, berani ya sama kakak." Marsha menjerat kedua tangan adiknya sampai tak bisa berkutik.

"Sakiiiit!!" Teriak adiknya lalu menggigit tangan marsha.

"Iiiiihh, udah kek chipsy aja gigit orang."

"Wleeee." Ledek adiknya lalu menjambak rambut marsha dan langsung berlari dibalik perlindungan mamanya.

"Dasar kalian, kalo deket kerjaannya berantem mulu."

.
.
.

"Ma, zee pulang."

"Maaa.."

Hiks hiks

Zee berlari ke kamar mamanya, melihatnya sedang menangis.

"Mama kenapa? Kan zee udah ganti tanemin mawarnya lagi."

"Bukan itu zee."

"Terus kenapa? Semenjak mama pulang dari luar kota juga sering bengong."

"Zee, sekali ini aja kamu turutin permintaan papamu ya. Perusahaan mama terancam bangkrut karena ulah papamu. Maafin mama, tapi udah gak ada jalan lagi selain ini."

Hati zee terasa teriris mendengar ucapan mamanya. Entah karena secara tak langsung mamanya lebih memilih perusahaannya dibanding dia, atau karena papanya yang sudah sangat keterlaluan.

"Maafin zee ya ma, udah nyusahin mama."

Zee masih memakai seragamnya, bergegas pergi ke perusahaan papanya. Mengendarai mobilnya dan membunyikan klaksonnya berulang kali setiap mendapat kemacetan.

Dia turun dari mobilnya, berjalan memasuki kantor papanya sambil menyeret stick golf hingga membuatnya menjadi perhatian para karyawan kantor.

"Siapa dia?"

"Zeeco, anaknya pak direktur."

"Anak pak gracio? Pantesan ganteng. Tapi kenapa bawa-bawa stick golf."

"Mau main golf kali, biasalah hobby orang kaya."

Zee tak menghiraukan omongan orang-orang di sekelilingnya. Dia bahkan hampir di seret satpam, namun saat mengetahui identitasnya semua langsung menyingkir.

"Pak, ada zeeco datang kesini." Ucap jac

"Suruh dia masuk."

Zee masuk dan langsung mengarahkan stick golfnya pada vas juga lemari kaca di ruangan kerja papanya.

"Aaarrrgghhhhh!!"

Teriakan zee diiringi dengan suara pecahan kaca.
Serpihannya melukai pipinya, namun tak ia rasa.
Asisten kepercayaan papanya mencoba menghentikan zee.

"Kamu keluar jac." Ucap papanya menyuruh asistennya membiarkan zee.

"Kenapa kesini? Uang mama kamu udah abis?" Ucap papanya masih duduk santai di kursinya.

"Papa bener-bener berhati iblis."

"Haha. Hati iblis papa yang bisa bikin papa sampai disini. Kamu liat kan? Gimana gampangnya papa hancurin perusahaan kecil mama kamu itu."

"Papa gak ada rasa kasihan sedikitpun ke mama?"

"Dia bukan bagian keluarga kita lagi zee."

"Kalo gitu kenapa selalu ganggu mama!!!!" Zee menodongkan stick golf ke arah muka papanya.

BimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang