Trust me?

643 70 6
                                    

"Aakuuu..." ucap zee sambil berpikir.

Zee masih mencerna ucapan ashel. Dia takut jika salah arti dan memberi jawaban yang salah.
Setelah diam beberapa saat, zee menjawabnya.

"Aku juga suka sama kamu cel, sebagai sahabat. Iyakan?"

"Bukan itu zee, tapi cinta!"

"Acel cinta zee!!!!"

Aku tau cel dari dulu. Tapi kenapa kamu ungkapin itu? Kamu salah satu orang yang penting buat aku, aku tau aku egois karena menginginkanmu tetap tinggal bersamaku sebagai sahabat.
Zee tak menjawab ungkapan perasaan ashel. Dia tak tega menolak dan menyakiti perasaannya.

Angin kencang menerpa seragamnya, ashel merentangkan kedua tangannya, lalu memejamkan mata merasakan hatinya yang sedikit lega setelah sekian lama memendam perasaan, akhirnya bisa mengucapkan langsung pada zee.

Zee mengambil kesempatan untuk menarik ashel, dan membuat tubuhnya menjadi bantalan saat ashel terjatuh.

"Bangun cel." Suruh zee saat acel masih saja nyaman terjatuh tepat di badan zee.

"Muka lo panik amat." Ucap ashel mengulurkan tangannya

"Jangan pernah nglakuin itu lagi. Acel di blacklist dari atap sekolah!

"Suka-suka gue dong. Kok lo nglarang."

"Muka kamu pucet cel. Akhir-akhir ini juga sering gak masuk sekolah. Sakit?" Zee memegang pipi ashel, memastikannya baik-baik aja.

"Mana mungkin seorang acel sakit." Ucapnya sambil menyingkirkan tangan zee.

Reval membuka pintu setelah melihat keadaan kembali seperti biasa.
"Ngapain kalian berdua?"

"Gue mau balik ke kelas. Bye."

"Yeee ditanya malah kabur."

"Kenapa lo nyuruh gue ke atap?"

"Lo orang pertama yang gue kasih tau. Gue bakal kuliah ke england."

"Gue merasa terhormat. Terus hubungannya sama gue apa?"

"Marsha gak mau ldr. Kalo dia tau, dia pasti mutusin gue. Kasih gue saran."

"Zee, lo itu pinter tapi bego. Semenjak lo pacaran sama marsha, lo jadi lemah. Lo yang dulu gak takut apapun. Ayolah, banyak cewek cantik selain marsha. Apalagi kalo di england nanti, beuuuh!"

"Lo masih suka ke marsha?"

"Lo gak ngira gue beneran suka ke marsha kan? Setelah semua yang gue lakuin demi kebucinan lo sama dia."

"Sorry val. Gue lagi banyak pikiran."

.
.
.

Marsha melirik ashel yang baru saja kembali dari atap. Dia sudah menunggunya sejak tadi.

"Darimana lo cel?" Tanya marsha

"Dari atap. Lo gak ke kantin?"

"Jarang-jarang lo ke atap. Ngapain?"

"Nyari udara seger aja. Abisnya bosen kan pelajaran hari ini bikin pusing semua."

"Udara seger maksud lo kak zee? Lo sengaja ketemu dia kan?"

"Gue gak sengaja ketemu zee di atap. Lo cemburu? Lagian emang salah kalo gue ketemu zee? Gue harus ijin dulu sama lo?"

"Terus kenapa lo nyatain perasaan lo cel? Pengkhianat!"

"Pengkhianat apa sih sha? Gue kenal zee lebih dulu dibanding lo."

Ashel meninggalkan marsha yang masih tersulut emosi, dia sendiri tak menyangka marsha akan mendengar percakapannya dengan zee.
Tapi ini sudah menjadi resikonya, dia telah memilih keputusannya.
Jika tak sekarang, kapan lagi, hidup itu singkat.

BimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang