Teater 39

36.9K 4.7K 704
                                    

Helia menatap jendela perpustakaan yang mengarah tepat pada lapangan basket indoor, dia bisa melihat Asteria yang sedang mengobrol bersama Agaris, kadang kala tangan cewek itu bergerak memukul lengan Agaris dengan ekspresi marah yang dibuat-buat dan benar-benar terlihat lucu.

Helia bukannya tidak tahu kalau para tokoh di novel ini kadangkala memandang Asteria dengan tatapan aneh- tatapan seolah mereka menyukai Asteria sama seperti mereka menyukai Helia.

Sorot mata Agaris tampak goyah, tangan cowok itu bergerak menepuk kepala Asteria dengan datar, entah apa yang sedang mereka bicarakan.

Aneh, benar-benar aneh, dari atas jendela ini Helia bisa melihat tatapan Asteria yang tertuju padanya, cewek itu tampak menyeringai pada Helia.

Helia melangkahkan kaki menuju salah satu meja lantas duduk disana, dia memperhatikan perpustakaan yang memang sering sepi pengunjung, Helia duduk di paling ujung, agak tersembunyi.

Dia menyandarkan tubuhnya pada salah satu kursi di perpustakaan lalu menghela nafas panjang untuk kesekian kalinya.

Menyembunyikan diri dari kebisingan di luar sana, perpustakaan memang tempat yang paling menyenangkan bagi Helia.

"Sasimo banget, semua cowok dia deketin"

"Yahh bodo amat, lagipula gue gak peduli mau sasimo mau caper atau yang lainnya, yang penting hidup gue selamat"

Helia tidak terlalu peduli dengan omongan orang di sekitarnya, ini bukan pertama kalinya Helia di hina, dia bukan orang baik yang peduli terhadap orang lain.

Tapi leher Helia terasa sakit, Agaris mencekiknya terlalu keras, cowok itu pastilah sangat marah, Helia mengerti memang dia yang salah, sikapnya pada Hades juga terlalu berlebihan.

Namun bagaimana ya, kalau Helia menolak ajakan pulang tersebut dia tahu Hades akan semakin berbuat hal lain lagi, Helia bukannya tidak menyadari kalau Hades seringkali mengawasinya, bukan dengan dia langsung tapi lewat teman-temannya.

Kadang kala Helia bisa melihat beberapa motor mengikuti langkahnya saat pulang, Helia tahu itu perbuatan Hades, entah apa maksudnya.

Tapi lebih dari alasan itu semua, ada satu hal yang harus Helia pastikan, setelah kejadian ini Helia mengetahui sesuatu, tapi bukan sekarang waktunya.

Tersadar dari lamunan, tangan Helia bergerak, menyingkap roknya sampai ke atas paha hingga memunculkan suatu garis panjang, bekas pukulan, luka ini Helia dapatkan saat dia menjadi korban bully, Helia mengamati luka tersebut dengan seksama, kalau tidak salah dari Putri? Sasaengnya Agaris yang amat obsesif, waktu itu Helia di pengangi oleh beberapa orang.

Sejujurnya Helia penasaran, kenapa Asteria di dalam novel bisa bertahan dengan ke empat tokoh pria yang kejam. Tapi di banding itu semua Helia juga harus mengacungi jempol pada Asteria, sama seperti keadaan Helia sekarang, Asteria di dalam novel juga sering di hina murahan oleh seluruh murid.

Harus Helia akui, Asteria memang cerdik, dia akan menerima semua hinaan tersebut lantas mengadukannya pada salah satu tokoh pria yang berakhir orang-orang tersebut akan minta maaf padanya.

Helia membenarkan roknya dengan cepat lantas ingin merebahkan diri di meja. Namun langkah seseorang terdengar mendekat.

"Siapa yang ngelakuin itu?"

Suara itu membuat Helia menoleh ke belakang, menemukan Lioner yang berjalan ke arahnya sambil membawa kotak P3K.

Dia duduk di depan Helia yang memandang datar ke arahnya sambil membuang muka "ngapain lo disini?"

"Mau ngobatin luka lo"

Helia menoleh pada Lioner yang sedang membuka kotak P3K tersebut "Lo gak dengar berita?"

Teater (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang