Hari ini adalah hari terakhir teman-temanku berada di kota Bandung. Dan aku sudah menyelesaikan semua tugasku. Aku benar-benar bosan, tidak melakukan apa-apa dan hanya berbaring dikasur sambil barmain handphone.
"Aakkh, bosen banget, seharusnya gue gak usah rajin-rajin amat supaya ada kerjaan" keluh Caca mengeluarkan semua kekesalannya.
Caca berfikir apa yang harus dia lakukan ditengah kebosanannya. Pada akhirnya Caca memutuskan untuk pergi berjalan-jalan keluar. Dia tidak memiliki tujuan apapun, dia hanya berjalan-jalan dengan asal, membiarkan rasa bosannya yang menuntunnya untuk berjalan.
Dia berjalan hingga ke taman yang berada disekitar daerah rumahnya. Disana Caca melihat sepasang kekasih yang sedang bermesraan, dia merasa tidak asing dengan sepasang kekasih itu, tapi dia tidak mempedulikannya dan pergi meninggalkan taman itu.
Sepasang kekasih yang menjadi perbincangan hangat disekolah. Siapa lagi kalau bukan Rafael dan Raissa. Tapi Caca tidak peduli, karena itu semua bukan urusannya. Caca, dia terus berjalan tanpa tujuan hingga sore hari. Setelah puas berjalan-jalan Caca pun pulang kerumahnya, alangkah terkejutnya dia melihat rumahnya dipenuhi dengan oleh-oleh yang dibawa oleh sahabatnya Bellova.
"Bel, lo kok ada disini?"
"Kan study tour nya udah beres, pake nanya lagi."
"Bukan, bukan itu maksud gue, maksud gue tuh kok lo gak langsung pulang kerumah lo dan malah kerumah gue, terus ini semua apaan?"
"Gue mampir kerumah lo sebelum pulang, lagian kalau pulang juga gak ada siapa-siapa dirumah, paling cuma Bi Ema sama Pak Samsul yang nunggu dirumah, terus ini semua oleh-oleh dari Bandung buat lo."
"Tadi lo kemana aja?, gue dateng tapi lo nya gak ada, jadi gue tungguin deh sekalian main."
"Tadi gue habis jalan-jalan doang, habis bosen banget dirumah, semua tugas juga udah pada beres, jadi gue jalan-jalan aja."
"Oh, yaudah gue pulang dulu."
"Eh jangan dong, masa lo langsung pulang, gue aja baru pulang."
"Bi Ema udah nungguin gue dirumah, jadi gue harus pulang. Lagian salah lo sendiri keluyuran sampai sore begini."
"Iya deh iya, sorry, tapi nanti kapan-kapan main lagi kesini, gue janji gak akan keluyuran lagi waktu lo mau dateng ke rumah gue" ucap Caca sambil mengangkatkan jari kelingkingnya.
"Iya, iya, dah gue balik dulu."
"Oke, hati-hati dijalan."
Bellova, dia kehilangan orang tuanya di saat dia kelas 7, dan sekarang dia tinggal sendirian dirumahnya yang begitu mewah bersama pembantu dan supir pribadinya. Jadi wajar jika Bellova merasa sangat kesepian. Tapi aku merasa Bellova juga sangat beruntung, karena dia lahir dari keluarga kaya raya dan menjadi yatim piatu yang kaya raya. Seharusnya aku tidak berfikir seperti ini, tapi jujur aku cukup iri kepadanya.
■■■
"Sumpah ini gue bawanya gimana?" keluh Caca kepada teman-temannya karena telah memberikannya oleh-oleh yang begitu banyak kepadanya, hingga dia akan kesulitan untuk membawanya pulang.
"Tenang, nanti kita bantu bawain, sekalian kita mau main ke rumah lo" ucap Licia.
"Lo tau gak Ca, katanya si Rafael sama si Raissa gak ikut study tour" ucap Shinta kepada Caca, untuk memberikan informasi yang jelas-jelas dia tau bahwa Caca tidak menyukainya, dan tidak mempedulikannya.
"Lo tau dari mana kalau mereka gak ikut study tour?" tanya Licia kepada Shinta.
"Gue tau dari temen gue yang sekelas sama mereka, dan gue juga gak ngeliat mereka waktu study tour" balas Shinta.
"Mungkin mereka gak punya uang buat ikut study tour" ucap Indah bergabung dalam perbincangan tentang Rafael dan Raissa.
"Lo gak tau aja keluarga mereka!" ucap Shinta kepada Indah.
"Asal lo tau, keluarga mereka tuh kaya banget. Keluarganya si Rafael aja punya perusahaan di Amerika, terus katanya dia yang bakalan nerusin perusahaannya. Terus si Raissa, ibunya punya toko kosmetik yang cukup terkenal, ayahnya punya banyak cabang perusahaan di Indonesia sampai luar negri." Shinta menjelaskan semuanya dengan begitu excited kepada teman-temannya.
"Emang segitu kayanya ya?" tanya Caca kepada Shinta dengan cemberut. Dia benar-benar tidak menyukai pembahasan ini, meskipun begitu dia tetap mendengarkannya untuk menghargai temannya itu.
"Yes, really rich" jawab Shinta.
"Terus, kenapa mereka gak ikut study tour" tanya Licia.
"Katanya sih, mereka lebih milih buat kencan berdua, dan gak ada banyak orang yang ngegangguin mereka, dari pada mereka harus ikut study tour yang banyak orangnya" jawab Shinta.
"Pantes gue liat mereka kencan ditaman deket daerah rumah gue" ucap Caca yang membuat semua teman-temannya melihatnya dengan tatapan penuh kecurigaan.
"Lo bilang lo gak tertarik sama hubungan mereka, tapi kok lo bisa tau sih?" tanya Shinta dengan nada mengejek.
"Ya emang gue gak tertarik, dan waktu itu tuh gue lagi jalan-jalan biasa aja, soalnya gue bosen dirumah terus gak ada kerjaan" Caca menjelaskan semuannya kepada temannya itu.
"Tapi ngapain mereka ada ditaman deken daerah rumah lo?, kan masih banyak taman lain?" tanya Licia dengan penuh keheranan.
"Ya mana gue tau" jawab Caca dengan tegas.
"Mungkin karena taman itu cukup terkenal sebagai tempat buat kencan, main, sama piknik kali" ucap Caca kembali.
"Emang disana kita bisa piknik juga?" tanya Indah penasaran.
"Iya, disana ada tempat khusus buat piknik, pemandangannya juga bagus, terus ada danaunya juga" jawab Caca.
"Wah, kapan-kapan kita piknik kesana yuk !!!" ajak Indah dengan penuh kegirangan.
"Ayo~" jawab Caca, Shinta, dan Licia dengan serentak.
■
■
■
■
■
See you next chapter, by by 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Kisah [ END ]
RomanceKehidupan yg menyakitkan, kisah cinta yg di penuhi lika-liku, kisah yg penuh dengan drama dan plotwist yg tidak diduga-duga Langsung baca aja ya, jangan lupa difolow sama kasih votenya ya 😊👍