Dipagi yang cerah ini Caca pergi ke kampusnya seperti biasa. Tetapi, begitu ia sampai dikampus ia dihadang oleh orang yang bahkan tidak mengenalnya dan berbicra dengannya meskipun dahulu mereka berada di SMA yang sama. Devisa Listiana Dwi Putri, dia adalah mantan ketua geng The Grils Tiran yang ada di sekolahnya dulu, tidak ada yang tidak mengetahui tentang dirinya bahkan Caca sekalipun. Dan sekarang sosok itu sedang berbicara dan duduk dengan dirinya.
"Kayanya ini baru pertama kalinya kita ngombrol, k-kamu... kenal aku?" tanya Devisa.
"I-iya kak, kan kakak senior aku waktu di SMA" ucap Caca. "K-kakak kenal aku?"
Devisa pun mengngguk "Iya."
"Aku pengen ngomongin sesuatu sama kamu" ucap Devisa.
"Ngomong apa kak?"
"Sebelum itu aku pengen nanya sesuatu terlebih dahulu"
"Na-nanya apa kak?"
"Kamu deket sama Bellova?"
"I-iya, dia sahabat aku" Devisa hanya mengangguk paham.
"Aku pengen ngomongin tentang Licia" ujar Devisa.
"L-Licia?"
"Iya"
"Sebelum dia meninggal aku sempet ngobrol sama dia" jelas Devisa.
"Kakak deket sama Licia?" tanya Caca yang tidak percaya.
"Enggak juga sih, waktu itu kita ngomongin hal yang cukup penting, tapi kamu harus nyari tau itu sendiri"
"Maksudnya?"
"Kamu akan ngerti ketika kamu membaca pesan dari Licia"
"Pesan? pesan apa?"
"Sebelum Licia meninggal dia nitip pesan buat kamu, dia bilang ' Baca Diary Gue ' itu katanya"
"Maksudnya aku disuruh buat baca buku Diary dia gitu?"
"Iya"
"Tapi dimana aku bisa dapetin buku diary nya?"
"Ya di rumahnya lah, emang mau dimana lagi"
"O-oh iya ya, hehe" ucap Caca sembari tersengir karena malu.
"Dasar kamu, udah ah aku mau ke kelas. Pokoknya setelah kamu baca isi diary milik Licia, segera hubungi aku, ini nomor HP ku" ucap Devisa memberikan sejarik kertas yang tercantum no haendphone nya.
"Oh ya satu hal lagi, kamu bisa minta bantuan Rhido tentang hal ini" lanjut Devisa.
"Rhido?" bingung Caca.
"Iya Rhido"
"Tapi kenapa harus Rhido?"
"Karena dia care sama Licia"
"HAH?! gimana, gimana?"
"Tanya aja sendiri ke orangnya" ucap Devisa dan pergi begitu saja meninggalkan Caca yang sedang kebingungan.
■■■
Disebuah kafe yang cukup sepi, Caca dan Rhido sedang membicarakan sesuatu yang sepertinya cukup serius.
"Ngapain lo ngajak gue buat kesini?" tanya Rhido.
"Gue pengen ngomongin sesuatu sama lo"
"Ngomongin apa?"
"Lo... deket sama Licia?"
"Ukh, ukh" Rhido yang sedang meminum minumannya pun tersedak ketika mendengar penuturan dari Caca.
"Eh kenapa lo?!" panik Caca. "Jadi bener ya lo dulu pernah deket sama Licia?"
"Deket apaan sih, kita tuh cuma temen doang, dulu waktu SMP gue pernah sekelas sama dia terus kita sekelas lagi waktu kelas sebelas sama dua belas"
"Ooh, tapi lo cukup deket kan sama dia?"
"Ya... bisa dibilang kita deket sebagai temen doang"
"Temen apa demen" goda Caca.
"Apaan sih lo, udah deh lo langsung ke intinya aja, lo sebenernya mau ngomongin apaan?"
"Intinya ini semua masih berkaitan dengan Licia" ucap Caca yang membuat Rhido mengangkat salah satu alisnya karena bingung.
"Gue baru tau kalau Licia nitip pesan buat gue sebelum dia meninggal"
"Apa pesannya?"
"Dia nyuruh gue buat ngambil buku diary punya dia"
"Yaudah tinggal ngambil aja ke rumahnya kan"
"Ck, alesan gue nyuruh lo buat kesini dan nyeritain hal ini tuh karena gue pengen lo anterin gue kerumahnya Licia"
"Kenapa harus gue? kan lo bisa minta tolong temen lo Shinta, kan dia sahabatnya"
"Gue gak mau bikin dia sedih, lagian gue minta tolong ke lo juga karena gue penasaran tentang lo deket sama Licia"
"Yaudah bentar" Rhido pun mengambil haendphone dari saku celananya dan membuka room chat nya dengan Rafael.
"Kita kerumahnya besok" ucap Rhido.
"Lo tadi ngapain?"
"Nge chat pacar lo"
"Ngapain?"
"Minta izin buat bantui lo"
"Lah, buat apa lo minta izin ke dia?"
"Ca, gue tau sifat Rafael tuh kaya gimana, gue takut dia ngirim seseorang buat mata-matain lo, tar gue dilaporin selingkuh sama lo gimana? kan berabe, yang ada gue dicoret lagi sebagai sahabatnya"
"Dih, gitu amat"
Rhido pun berdiri hendak meninggalkan kafe tersebut. "Gue balik, tar kalau udah diizinin gue kerumah lo besok" ucap Rhido lalu pergi dari tempat tersebut.
"Dih apaan sih ngeselin banget" gerutu Caca.
■■■
Pada malam hari yang dingin dan disertai hujan, Rhido sedang berbaring dikasurnya mencoba untuk tidur.
'Cia, lo kenapa ninggalin gue secepat ini sih?'
■■■
"Rhido" panggil Licia. Rhido yang mendengarnya pun menghampiri gadis tersebut yang sedang membawa tumpukan buku.
"Apa?"
"Bantuin gue bawain buku-buku ini ke ruang guru" titah Licia.
"Iya" Rhido pun mengambil sebagian buku tersebut untuk ia bawa.
"Yaudah ayok" ucap Licia.
"Makasih kek" ucap Rhido.
"Iya, iya, makasih ya" Rhido yang mendengarnya pun hanya tersenyum tipis. Ia mengikuti Licia hingga ke ruang guru.
'Andai gue punya keberanian buat nembak lo Cia' batin Rhido.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Kisah [ END ]
RomanceKehidupan yg menyakitkan, kisah cinta yg di penuhi lika-liku, kisah yg penuh dengan drama dan plotwist yg tidak diduga-duga Langsung baca aja ya, jangan lupa difolow sama kasih votenya ya 😊👍