CHAPTER 26(Licia)

48 44 1
                                    

"Ca, gue balik dulu ya ada urusan mendadak soalnya, lo yang sabar ya" pamit Bellova kepada Caca dan yang lainnya.

Bellova pun pergi meninggalkan teman-temannya, Licia yang merasa curiga dengan kepergian Bellova ikut pergi mengikuti Bellova secara diam-diam.

"Eee... girls gue cabut juga ya, nyokap gue nyuruh gue buat belanja kepasar" ucap Licia.

"Masa lo balik juga sih?!, ini Caca lagi dapet musibah loh, lo gak mau nemenin dia apa?!" ucap Shinta dengan nada yang emosi.

"Ya mau gimana lagi, nyokap gue kalau marah udah kaya reog!"

"Dah gue cabut, lo yang sabar Ca"

"Gak setia kawan banget sih lo!!" teriak Shinta kepada Licia yang berjalan menuju motornya.

Licia pun pergi meninggalkan teman-temannya, didalam lubuk hatinya dia sangat ingin menemani Caca pada masa-masa terpuruknya, tetapi ada hal yang jauh lebih penting untuk diketahui, dan itu semua menyangkut tentang temannya itu 'Caca', Licia benar-benar tidak ingin jika suatu saat nanti dia akan terluka oleh orang-orang terdekatnya.

Dengan motornya Licia pun mengikuti mobil milik Bellova secara diam-diam, hingga akhirnya berhenti disebuah pabrik tua yang lokasinya tidak jauh dari restoran keluarga Caca. Bellova keluar dari mobilnya dan berjalan menuju belakang pabrik tersebut, dibelakang pabrik tersebut terlihat ada seseorang yang sedang menunggu kedatangannya. Tidak jauh dari sana Licia diam-diam mendengar pembicaraan mereka, Licia bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan, mendengar pembicaraan mereka Licia benar-benar terkejut dan tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

Perlahan Licia memundurkan langkah kakinya, namun sial tanpa sengaja Licia malah menyenggol tong yang ada disampingnya. Bellova yang mendengar sebuah suara sontak mengarahkan pandangannya kearah sumber suara tersebut berasal. Dengan panik Licia bergegas meninggalkan tempat tersebut.

Sesampainya dirumah, Licia yang masih dengan keadaan yang syok memasuki kamarnya. Dia langsung mengambil buku diary miliknya dan menulis semua yang ia dengar dari pembicaraan Bellova dengan seseorang.

■■■

Pagi ini Licia berangkat kesekolah dengan berjalan kaki, tidak seperti biasanya yang sering menggunakan motor dia lebih memilih untuk berjalan kaki. Ya lagi pula jarak antara sekolah dan rumahnya pun tidak terlalu jauh. Ditengah-tengah perjalanannya tiba-tiba ada seseorang yang memanggil dirinya, disaat Licia menoleh ke sumber suara, dia benar-benar terkejut saat melihat orang yang memanggilnya.

■■■

"Cia, tumben lo telat" ucap Shinta heran.

"Gue jalan kaki, sama tadi ada urusan sebentar"

"Tumben lo jalan kaki, biasanya juga pake motor"

"Ya kali-kali jalan kaki biar sehat"

"Ca, gue minta maaf ya, kemarin gue gak nemenin lo" ucap Licia dengan penuh penyesalan.

"It's oke, santai aja"

"Gue juga minta maaf ya Ca" ucap Bellova.

"Iya gak papa va"

Mereka pun bersekolah seperti biasanya, seperti tidak pernah terjadi apa-apa, terlebih lagi antara Licia dan Bellova.

Waktu berlalu dengan sangat cepat, bel pulang pun berbunyi. Licia pun pulang kerumahnya dengan berjalan kaki seperti pagi tadi. Disaat Licia akan menyebrang, dia memperhatikan kanan-kirinya, merasa sudah aman tidak ada kendaraan yang melintas, Licia pun berjalan menyebrangi jalan tersebut, namun tanpa disangka-sangka sebuah mobil sedan berwarna putih melaju dengan kecepatan tinggi dan menabrak Licia. Bukannya bertanggung jawab, sang pengendara justru meninggalkan Licia yang sudah mengeluarkan begitu banyak darah.

Berita kecelakaan yang menimpa Licia pun tersebar dengan cepat ke seluruh murid di sekolahnya. Terlebih lagi kecelakaan yang menimpa Licia berhasil membuat dirinya kehilangan nyawannya.

Didalam rekaman CCTV yang terpasang dijalan tempat kecelakaan tersebut, terekam detik-detik kecelakaan terjadi. Tetapi sayang pihak kepolisian tidak bisa mencari mobil pelaku karena mobil sang pelaku tidak menggunakan plat mobil.

■■■

Penguburan pun dilaksanakan dengan dihadiri oleh orang tua Licia, pihak sekolah, beberapa anggota OSIS, Caca, Shinta, Indah, dan juga Bellova. Tangisan terus terdengar sepanjang proses penguburan, mereka semua tidak mengira bahwa Licia akan pergi secepat ini.

"Cia, kenapa lo harus pergi secepat ini?" ucap Shinta kepada makam bernisankan nama Licia "Maaf, kalau gue suka ngerepotin lo, maaf juga waktu itu gue sempet marah sama lo... hiks, hiks"

Suara tangisan pun pecah dipemakaman. Caca benar-benar tidak bisa menahan air matanya, dia harus menelan kenyataan yang pahit bahwa dia harus kehilangan salah satu teman yang berharga baginya.

5 Kisah [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang