CHAPTER 45(Kebenaran)

25 20 1
                                    

Malam hari yang begitu sunyi Caca dan Bellova sedang duduk disebuah kursi panjang yang ada disebuah taman yang berada dipinggir jalan raya. Mereka duduk disana untuk mengistirahatkan kaki mereka yang kelelahan karena terus berjalan mengelilingi kota.

"Seru banget ya Va hari ini. Udah lama banget kita gak jalan berdua kaya gini" ucap Caca.

"Iya" Mereka hanya diam tak berbicara sambil menikmati suasana malam ini, hening sesaat pun terpecah ketika Caca memulai pembicaraannya.

"Va, gue boleh nanya sesuatu gak?" tanya Caca.

"Boleh, emang nanya apa?"

Dengan sedikit keraguan akhirnya Caca pun bertanya. "Apa bener lo... yang udah... nyebapin kebakaran direstoran bokap nyokap gue... tahun lalu?" Bellova yang mendengar pertanyaan tersebut hanya diam.

"Dan... apa bener lo... adiknya Kak Devisa?"

"Dan... apa bener juga, lo yang udah... ngebunuh nyokap bokap lo sendiri?" mendengar pertanyaan beruntun tersebut, Bellova masih tetap diam.

"Dan... apa bener--"

"Ca" potong Bellova.

"I-iya"

"Lo tau semua itu dari mana?" tanya Bellova dengan penuh penekanan.

"Da-dari... kak Devisa" ucap Caca yang mulai ketakutan ketika melihat sorot mata yang tajam dari Bellova.

"A-apa... semuanya bener?" tanya Caca gemetar.

"Iya" jawab Bellova dengan nada begitu dingin. "Dan gue juga yang udah ngebunuh Licia."

'Deg'

Hati Caca benar-benar sakit mendengar hal tersebut dari mulut Bellova sendiri. Memang tujuan Caca menanyakan hal tersebut adalah untuk memastikan kebenaran tersebut, tetapi ia tidak menyangka bahwa rasanya akan sesakit ini.

"Kenapa lo ngelakuin ini semua Va?" tanya Caca gemetar dan mulai menangis.

"Gue ngelakuin ini demi lo Ca. Gue sayang sama lo, gue tau yang gue lakuin ini salah, tapi gue gak mau lo kenapa-napa, gue cuman pengen ngelindungin lo Ca, gue gak mau suatu hari lo bakal ninggalin gue Ca!" Bellova mencoba untuk memegang tangan Caca tetapi ditepis begitu saja.

"Stop ngejadiin gue sebagai alasan lo untuk ngelakuin semua kejahatan itu!" bentak Caca kepada Bellova.

"Ca gue--"

"Lo pengen ngelindungin gue? apa dengan cara ngebakar restoran nyokap bokap gue itu sebagai cara ngelindungin gue? lo tau gak, karena lo nyokap bokap gue sampai frustasi dan ngutang ke Pak Purnama! Dan gue... GUE DIJADIIN JAMINAN ATAS UTANG-UTANG ITU VA!"

"G-gue--"

"Gue kecewa sama lo Va!"

Caca benar-benar marah dan tidak membiarkan Bellova bicara sepatah katapun, setelah puas meluapkan semua emosinya ia pun pergi begitu saja, tentu saja Bellova tidak akan membiarkannya begiti saja dan mengejarnya.

Bellova mengejar Caca hingga jalan raya, tanpa ia sadari sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju ke arahnya. Untung saja Caca melihat hal itu dan mencoba untuk menyelamatkannya, namun naas justru Caca lah yang menjadi korban dari tabrak lari tersebut.

Caca terus mengeluarkan banyak darah, Bellova yang berhasil diselamatkan oleh Caca pun mencoba menolongnya dengan menelepon ambulans.

"Ca bangun Ca, gue minta maaf, gue minta maaf, hiks, hiks" Bellova terus menangis hingga ambulans datang.

'Ck, kenapa harus ada adegan si Caca nolong si Bellova sih, argh'

■■■

5 Kisah [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang