CHAPTER 47(Baikan)

20 16 0
                                    

"Hiks, Shin" ucap Caca yang ada disebrang telepon.

Shinta yang menerima telepon tersebut pun tetkejut karena khawatir. "C-C-Ca, lo kenapa?"

"Hiks, hiks, gue... hiks Rafael, hiks, hiks"

"Ke-kenapa? si Rafael ngapain lo? panik Shinta.

"Dia mutusin gue Shin, hiks, hiks, hiks"

Shinta yang mendengarnya pun mulai geram. "Kenapa dia mutusin lo?"

"I-ini semua sa-lah paham, hiks, hiks, dia... gak mau, hiks, dengerin... penjelasan gue, hiks, hiks"

"Eeh mending gue kesana aja, tar lo bisa ceritain kronologinya, oke"

Shinta pun bergegas menuju rumah Caca, dia benar-benar tidak percaya bahwa Rafael akan meninggalkan temannya disaat kondisinya yang masih down. Sesampainya disana Shinta mendapati Caca yang sedang menangis didalam kamarnya, mungkin seharusnya saat ini Bellova lah yang harus berada disini, namun setelah apa yang ia perbuat itu adalah hal yang mustahil. Sebagai teman satu-satunya yang masih berada disisinya, Shinta harus siap menjadi pondasi bagi temannya tersebut.

Disana Shinta mencoba menenangkan Caca dan mendengarkan seluruh ceritanya. Sungguh, Shinta tidak menyangka bahwa Caca dan Rafael tidak benar-benar  berpacaran. Dari seluruh cerita yang ia dengar, semuanya tidak sepenuhnya salah Caca ataupun Rafael, semua ini hanyalah kesalah pahaman semata, dan perasaan lebih antara kedua pihak yang disembunyikan.

■■■

Rafael, Rhido, dan Akbar sedang berjalan menuju kelas mereka.

"Kenapa lo gak ngabarin kita sih Fa kalau lo mau balik ke Indonesia?" tanya Rhido.

"Katanya lo kesana dua bulan, lah ini lewat satu bulan aja belum" timpal Akbar.

"Emang kenapa kalau gue ke Amerikanya cuman sekitar dua mingguan?"

"Ya enggak kenapa-napa sih, cuman katanya ada banyak masalah yang harus lo urusin disana"

"Ya emang banyak, tapi gak sebanyak dan sesulit itu. Itu sebabnya gue disana tuh cuman dua mingguan doang"

"Ooh"

"RAFAEL!!" teriak seseorang yang membuat ketiga pria tersebut menoleh kesumber suara.

"Mak lampir datang tuh" cicit Akbar.

'Plak'

Sebuah tamparan keras pun jatuh ke pipi kiri Rafael.

"Woi maksud lo apa?!" ucap Akbar yang sedikit emosi dengan tindakan gadis yang ada dihadapan mereka.

"Fa, kenapa lo putusin Caca hah!?" bentak Shinta. "Lo seharusnya gak ninggalin dia, gue tau hubungan kalian berdua tuh gak nyata, tapi seenggaknya lo dengerin penjelasan dia!"

"Lo seharusnya bisa ngertiin perasaan dia Fa, sekarang ini dia lagi down, banyak hal yang telah dia alami, seharusnya lo ada buat nenangin dia Fa" lanjut Shinta, kali ini dengan suara yang lebih lembut. Setelah berbicara seperti itu, ia pun pergi meninggalkan mereka yang disusul oleh Akbar.

"Woi mak lampir" teriak Akbar yang menyusul Shinta.

Kini hanya tinggal Rafael dan Rhido. "Fa lo beneran mutusin Caca?" tanya Rhido yang dibalas oleh anggukan.

5 Kisah [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang