CHAPTER 31(Kelulusan)

48 47 3
                                    

"Dah lo gak papa kemarin?" tanya Shinta khawatir.

"Iya gue gak papa"

"Fuh, syukur deh kalau lo gak kenapa-napa, gue khawatir banget sama lo"

"Emang lo punya masalah apa sih sama si Malik?" tanya Bellova penasaran.

"E-enggak kok, gak ada masalah, cuman..." jawab Indah yang gelagapan lalu memotong omongannya.

"Udah gak papa kalau lo gak mau cerita" ucap Caca.

"Gak kerasa ya bentar lagi kita lulus" ucap Caca lagi.

"Iya ya" ucap Indah mengiyakan.

"Nanti kita bakalan kepisah lagi deh" ucap Indah.

"Nanti kalian mau masuk kampus mana?" tanya Shinta.

"Gue belum tau sih, yang pasti karena kondisi ekonomi keluarga gue belum membaik gue masuk ke kampus yang biasa aja" jawab Caca.

"Gue pengen kita satu kampus lagi, jadi kita gak kepisah" ucap Shinta. "Kalau lo Va?"

"Gue sih bakalan ngikutin Caca aja, biar dia gak kesepian" jawab Bellova.

"Thanks Va" ucap Caca.

"Kalau gue... mungkin gue gak bisa bareng lagi sama kalian" ucap Indah.

"Kenapa?, lo jangan gitu dong, kita tuh harus terus bareng-bareng" ucap Shinta.

"Insyaallah aja ya" balas Indah.

"Seenggaknya kalau kita gak bisa bareng-bareng lagi, lo jangan ngelupain kita ya Dah" ucap Caca.

"Iya dong, pasti" balas Indah.

Waktu pun terus berjalan, ujian semester pun telah mereka lalui, hingga tibalah dihari kelulusan mereka.

"Waah, gak nyangka kita udah lulus aja" ucap Shinta penuh semangat.

"Kita belum lulus, nerima rapot aja belum, bahkan acara-acaranya juga belum selesai" ucap Bellova dengan wajahnya yang datar.

"Tapi Indah kemana ya?, bentar lagi pengumuman peringkat loh" tanya Caca cemas.

"Bentara lagi juga nyampe, mungkin dijalannya lagi macet" ujar Shinta.

Sayangnya hal itu tidak terjadi, disepanjang acara hingga akan memasuki acara terakhir pun Indah tidak kunjung datang juga.

■■■

Sebelum menuju keacara terakhir, yaitu prom night. Caca, Shinta, dan Bellova menyempatkan diri mereka untuk berkunjung ke makam Licia.

"Cia, akhirnya kita semua lulus" ucap Shinta kepada makam Licia dengan mata yang sudah membendung air matanya.

"Kita kesini mau ngasih bunga ini buat lo Cia, semoga lo tenang terus disana ya" ujar Caca sembari menyimpan bunga tersebut diatas makam Licia.

"Bentar lagi mulai, mending kita otw sekarang juga" ucap Bellova kepada Caca dan Shinta. "Cia, kita pamit dulu ya"

"Ayo Ta" ajak Caca kepada Shinta yang sedang menangis.

"Gak!, gue gak mau pergi!, gue mau tetap disini!" ucap Shinta.

Melihat temannya menangis tersedu-sedu seperti itu, Caca benar-benar tidak tega melihatnya. Caca juga merasakan hal yang sama tetapi ini adalah takdir yang sudah ditentukan, dan mereka hanya bisa menerimanya saja.

"Udah Ta, ikhlasin aja, kalau lo gak bisa ikhlasin dia, dia juga gak akan bisa tenang!" ucap Caca mencoba menarik Shinta untuk pergi.

"Gak!, gue gak mau!, gue mau disini, gue mau nemenin Licia, gue gak mau ninggalin dia sendirian, hiks... hiks" ucap Shinta yang terus memberontak.

"Udah Ca, jangan dilembutin terus, paksa aja!" ucap Bellova yang tampak sudah sedikit kesal.

Caca dan Bellova pun menarik paksa Shinta dan membawanya pergi kedalam mobil Bellova.

Sesampainya dimobil, Bellova pun menyetir mobil tersebut untuk segera pergi ke sekolah mereka, sementara Caca mencoba menenangkan Shinta.

"Udah Ta jangan nangis lagi, ini make up kamu jadi luntur lagi" ucap Caca yang sudah kesal membenarkan make up Shinta berkali-kali tetapi malah luntur karena terkena air matanya.

"Lo harus ngeikhlasin Ta, kalau lo gak bisa ngeikhlasin nanti si Licia gak akan bisa tenang Ta" ucap Bellova.

Tidak ada jawaban dari Shinta, dia hanya diam mendengarkan celotehan dari kedua temannya tersebut.

Hingga pada akhirnya mereka sampai di sekolah. Mereka mengikuti setiap acara dengan penuh kegembiraan, meskipun didalam lubuk hati Shinta yang terdalam, dia masih sedih atas kepergian sahabatnya 'Licia'.

■■■

Sehari sebelum kelulusan...

Rafael dan teman-temannya berkumpul di base cam geng Trething. Rafael, Akbar, dan Rhido berkumpul disana begitu juga semua anggota geng Trething lainnya. Satu orang yang mereka tunggu kedatangannya, yaitu 'Malik'.

"Tu anak mana sih gak muncul-muncul juga?" gerutu Rhido

"Tau tuh, dari pagi gue gak ngeliat tuh batang hidungnya" timpal Akbar.

"Sama gue juga" ucap Rhido.

"Ck, mana sih tuh anak, acara penting juga?" gumam Rafael kesal tetapi masih bisa terdengar oleh Akbar dan Rhido.

"Ok semua gue ada pengumuman penting!" ucap Rafael dengan suara yang lantang dan seketika membuat semua sorot mata memandang ke arahnya.

"Seharusnya gue didampingin sama wakil ketua Trething, tapi sayangnya tu anak gak muncul-muncul juga jadi gue akan ngumumin ini sendiri. Gue udah mau lulus begitupun dengan semua anggota Trething kelas dua belas lainnya. Gue dan Malik dan juga anggota inti Trething yang lainnya udah mutusin siapa ketua baru digeng ini. Gion, lo bakalan jadi ketua baru digeng ini dan untuk anggota inti lainnya lo bisa tentuin sendiri, lo harus pastiin kalau anggota inti yang bakalan lo pilih harus orang yang bisa lo percaya, ya seharusnya Malik ngasih lo banyak nasihat sampe kepala lo puyeng, tapi sayang karena dia gak dateng jadi mau kek gimana lagi, tapi gue yakin lo pasti bisa jadi ketua yang baik kaya gue."

Gion yang mengemban tugas barunya tersebut hanya mengangguk mendengar ucapan Rafael. Geng Trething pun merayakan ketua baru mereka sekaligus melepaskan mantan ketua mereka dan seluruh anggota Trething kelas 12 yang akan lulus. Sepanjang perayaan itu, Malik tidak kunjung datang juga. Hal itu membuat Rafael sedikit cemas.

"Mana sih tu bocah? gak dateng-dateng?!" tanya Rafael emosi.

"Siapa sih Fa?" tanya Akbar.

"Ya siapa lagi lah, si Malik tu bocah kemana?" jawab Rafael.

"Tau tu bocah, padahal dia sendiri yang sering ngoceh tentang acara ini" gerutu Rhido.

Hingga akhir acara pun Malik tidak kunjung datang, bahkan hingga hari kelulusan mereka pun dia tidak datang.

Hari kelulusan, pukul 20.00...

"Tu anak mana sih?, dari awal kelulusan gak dateng-dateng, sekarang udah acara terakhir lagi" oceh Akbar kesal.

"Dah lah, masa bodoh sama tu anak mending sekarang kita berangkat" ucap Rafael kesal.

"Eh, gak mau ditungguin nih Fa?" tanya Akbar.

"Dah lah lama nungguin tu anak, palingan udah duluan disekolah dia" ucap Rafael dengan wajah yang terlihat kesal.

Mereka pun berangkat ke sekolah untuk mengikuti acara terakhir kelulusan mereka, yaitu 'prom night'.

5 Kisah [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang