CHAPTER 41(Weekend)

31 26 0
                                    

"Gue pergi dulu ya, jangan kangen, kalau kata Dilan mah 'Kangen itu Berat' " ucap Rafael kepada Caca sembari mengusap lembut pipinya.

"Dih siapa juga yang bakalan kangen" balas Caca.

"Masa sih?" ucap Rafael ragu.

"Kalau aku kangen tar aku nelepon kamu" ucap Caca dengan mata yang berkaca-kaca.

"Utututu, jangan nangis dong, sini peluk" Rafael pun memeluk Caca, didalam pelukannya tersebut ia dapat mendengar isakan tangis dari gadis tersebut.

'Napa gue jadi melow gini dah? Padahal kan ini cuma akting' batin Caca heran.

Setelah saling berpelukan Rafael pun berangkat menggunakan pesawat miliknya.

"Be patient, just two months" ucap Alex.

"Iya om" ucap Caca sembari mengelap air matanya.

■■■

Sesampainya di rumah, Caca merebahkan dirinya diatas kasur. Ia begitu lelah karena harus ber-akting dihadapan Alex, yang membuatnya semakin lelah adalah karena perasaannya, ia tidak mengerti kenapa dirinya bisa sesedih itu hanya karena Rafael pergi ke Amerika.

Tidak ingin larut dalam perasaannya, Caca lebih memilih untuk bermain haendphone sembari merebahkan dirinya. Selang beberapa jam kemudian terdengar suara ketukan pintu yang mengharuskan Caca untuk beranjak dari kasurnya, Caca pun bergegas untuk memeriksa siapa orang yang ingin bertamu kerumahnya.

Ketika Caca membuka pintunya tiba-tiba ia disambut oleh sebuah pelukan. "Caca! lo jangan sedih ya karena harus LDR-an sama pacar lo itu" ucap Shinta kepada Caca didalam pelukannya.

"Gue kira siapa yang dateng kerumah ganggu waktu santai gue, ternyata kalian"

"Kita kesini mau ngehibur lo Ca" ucap Bellova.

"Ngehibur? ngehibur apaan dah" ucap Caca diiringi oleh tawa hambarnya.

"Lo pasti sedihkan karena pacar tajir lo harus ke Amerika, tapi lo lebih milih buat nyembunyiin perasaan lo itu" tebak Shinta.

"Ish apaan sih lo, ya enggak lah orang cuma ditinggal dua bulan aja masa harus lebay kaya gitu"

"Iya deh iya, btw lo gak akan ngebiarin kaki gue yang mulus, indah, putih, dan halus bagaikan sutra ini berdiri dan lecet kan?" tanya Shinta kepada pemilik rumah.

"Dih lebay lo, yaudah ayo masuk" titah Caca.

Mereka bertiga pun masuk kedalam kamar Caca dan melanjutkan perbincangan mereka.

"Nyokap, bokap lo kemana Ca?" tanya Bellova.

"Di restoran, karena hari minggu jadi banyak yang beli kemungkinan mereka pulangnya malem, jadi kalian temenin gue sampai sore ya" pinta Caca.

"Oke, lagian niat kita dari awal emang kaya gitu kok" ucap Shinta.

"Eh, gimana kalau kita VC-an sama si Indah" saran Shinta.

"Boleh tuh" ucap Caca dan Bellova bersama.

"Yaudah bentar" ucap Shinta.

Shinta pun memulai panggilan vidio dengan Indah, dan sipenerima panggilan pun menjawab panggilannya.

"Halo Dah" sapa Caca, Bellova, dan Shinta.

"Halo"

"Itu lo lagi dimana?" tanya Shinta.

"Gue lagi dirumah sakit buat cek kandungan gue"

"Oh" serempak Shinta dan yang lainnya.

"Udah berapa bulan Dah?" tanya Caca.

"Udah tiga bulan"

"Semoga sehat-sehat selalu ya, jaga diri lo dan juga kandungan lo, jangan banyak pikiran, jangan kecapean" ucap Bellova menasihati.

"Bawel banget lo kaya emak-emak" ucap Malik dari sebrang sana.

"Ih gak boleh gitu, Bellova itu lagi nasihatin yang baik-baik buat kita" omel Indah.

"Iya, iya, maaf ya sayang" ucap Malik sembari mencubit pipi Indah gemas.

"Huek, muak gue liat orang mesra-mesraan" ucap Shinta.

"Sirik ae lo Shin" ucap Caca.

"Berisik lo kang bucin" ketus Shinta.

"Dah, tar kalau anak lo udah lahiran kabarin kita-kita ya, adain acara gitu terus undang kita, tapi lo jangan lupa beliin tiket buat kita. Jan kek kemarin, untung aja ada si Rafael kalau enggak gimana kita mau kesana coba" pinta Shinta.

"Banyak mau lo" ujar Bellova.

"Dikasih hati malah minta jantung" timpal Caca.

"Berisik deh lo berdua!" marah Shinta.

"Idih ngambek" ejek Caca. Sementara itu Indah hanya terkekeh melihat tingkah sahabat-sahabatnya itu.

"Iya lo tenang aja tar gue undang lo sekalian beliin tiket pesawat"

Mereka terus berbincang-bincang melepas rasa rindu kepada sahabat mereka yang jauh di negeri sana.

■■■

"Va gue mohon pinjemin gue duit buat operasi nyokap gue" ucap seorang gadis kepada Bellova.

"Gak, gue bilang enggak ya enggak, lo paham gak sih arti kata 'ENGGAK'!" bentak Bellova.

"Va gue mohon, gimanapun juga nyokap gue tetap nyokap lo juga"

"Heh dengerin gue ya!, gue gak pernah nganggep nyokap lo itu sebagai nyokap gue, bahkan ngakuin dia sebagai nyokap tiri aja gue gak sudi!. Dan lo, sebagai anak haram hasil hubungan nyokap lo dan bokap gue, gue gak akan pernah anggep lo sebagai kakak tiri gue!"

"Emangnya lo pernah nganggep bokap dan nyokap lo sendiri sebagai orang tua lo!?, enggak kan?!. Lo itu cuma psikopat yang seharusnya gak lahir!" bentak wanita itu.

"Tutup mulut lo! dan sekarang cepat pergi dari rumah gue, kalau lo mau ngobatin nyokap lo gak udah minta bantuan ke gue. Porotin aja tuh pacar lo, kalau perlu jual aja tubuh lo ke om-om sana!" bentak Bellova.

"Lo akan rasain semua akibatnya Va, gue jamin lo akan ngerasain penderitaan yang dialami oleh, papah, mama, dan ibu!. Termasuk Caca, dan gue akan bikin lo ngalamin hal yang lebih menderita lagi! Camkan itu baik-baik" ucap gadis tersebut lalu pergi meninggalkan rumah Bellova.

'Gue muak Va, dan sekarang udah waktunya lo rasain akibatnya, dan gue akan bebasin Caca dari cengkraman lo'

5 Kisah [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang