Teater 43

35.1K 4.2K 985
                                    

Saat Helia terbangun dari pingsannya dia berada di sebuah kamar dengan nuansa remang-remang, pencahayaan yang minim juga sebuah televisi tampak menyala di depannya.

Helia mencoba bangun namun terkejut saat melihat kedua kaki dan tangannya di rantai, dia menggerakkan rantai itu agar terlepas namun justru malah membuat tangannya sakit.

Mengedarkan pandangan, matanya menemukan Saegar yang duduk di ujung ruangan sambil merokok, dia melihat tingkah Helia sejak tadi.

Hening, Saegar membuang rokoknya lantas berjalan mendekat Helia dengan langkah tegap, Helia meneguk ludah, takut-takut kalau Saegar melakukan kekerasan lagi padanya.

Namun Saegar hanya menyeringai, dia duduk di samping Helia sambil mengusap rambut gadis itu pelan, tangannya berada di kepala Helia mengusap naik turun sambil menatap Helia dengan intens.

Helia mengerjapkan kedua matanya ikut menatap Saegar, lantas tangan Saegar beralih menuju leher Helia, tubuh cowok itu mendekat dan mengecup leher Helia mesra.

Helia merinding, dia ingin mendorong Saegar tapi tenaganya tidak cukup kuat, jadinya dia hanya bisa mengcengkram kuat baju Saegar dengan tangannya.

"Saegar..."

Saegar mencium lehernya terlalu lama, cowok itu bangkit setelah mencium leher Helia, tangannya bergerak menggendong Helia agar naik ke pangkuannya.

Tentu saja Helia ingin memberontak, posisi mereka terlalu intim, namun Saegar tidak mau di bantah, dia memaksa Helia.

Helia duduk di pangkuan Saegar dengan canggung, Saegar tersenyum tipis, dia menarik tangan Helia agar mengalungi lehernya sedangkan tangan Saegar memeluk pinggangnya erat.

Cowok itu berbisik "kalau lo mau balas ciuman gue, mungkin gue bakal pertimbangin buat lepas rantai ini"

Dan setelahnya Saegar maju, membungkam bibir Helia dengan bibirnya.

Helia pikir dari semua cowok Agaris adalah cowok yang paling ahli berciuman, namun dengan Saegar justru lebih lagi, cowok itu bisa membuat partnernya terbuai.

Kepala Saegar bergerak, dia melumat bibir Helia dengan lihai, tangannya yang berada di pinggang Helia naik ke punggung, lalu mengelus disana dengan seksual.

Helia membalas ciuman Saegar, ini memang gila tapi bukankah dia harus bersikap baik untuk menyenangkan cowok itu? Agar dia bisa terbebas dari rantai yang mengikatnya?

Atau itu hanya sebuah alasan? Helia tidak tahu, tapi yang pasti dia mulai membalas ciuman Saegar, memeluk leher cowok itu lebih erat lagi.

Sekian menit Helia tidak sadar posisi itu berubah, dia tidak lagi duduk di atas pangkuan Saegar namun justru terbaring di ranjang dengan Saegar yang berada diatasnya.

Tangan Saegar yang tadi berada di punggungnya beralih menuju ke paha Helia dan mengelus disana dengan lihai.

Helia hampir kehabisan nafas, dia mendorong Saegar, namun cowok itu tidak mau berhenti, dia masih mengecupi bibir Helia dengan panas.

Melihat Saegar tidak mau melepasnya, kaki Helia berontak menendang paha cowok itu hingga ciuman mereka terlepas, Saegar mundur, dia terkekeh senang usai ciuman mereka terlepas, tidak marah sedikitpun walau Helia baru saja menendang kakinya.

"Ah lo manis banget" Gumamnya gila, dia kembali mendekat, mendorong Helia yang sudah ingin bangun lalu kembali mengecupi seluruh wajah Helia mulai dari kening, kedua pipinya, hidung, dagu dan yang terakhir bibir.

"Saegar!!" Helia menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan, tidak suka saat Saegar menciumi seluruh wajahnya.

"Gue udah punya pacar!"

Teater (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang