27 || Tugas Tambahan

165 25 2
                                        

𝐒𝐌𝐀 𝐍𝐨𝐞𝐬𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚
————————————————————
Himbauan kepada seluruh cabang klub SMA Noesantara.

Demi menyongsong kehidupan SMA Noesantara yang lebih baik, maka dari itu, sekolah akan mengadakan pemutaran film pendek berjudul Noesa x Cool.

Oleh karena itu, diharapkan kepada seluruh anggota klub untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini serta dapat menggunakan waktu libur yang telah diberikan untuk berlatih dengan baik.

.

Walaupun hanya para anggota klub yang wajib ke sekolah, tetapi keadaan tak begitu berubah. Banyak siswa yang lebih tertarik mengunjungi sekolah daripada liburan ke tempat lain.

“Tumben mereka tidak memanfaatkan kelas mayor lagi.”

Aiza menoleh pada Zahi yang berada di ujung rooftoop. “Mungkin sekolah sedang mencoba jalan lain.”

“Baguslah, aku jadi tidak capek belajar.”

“Kau sebenarnya juga tidak berniat masuk kelas Mayor, 'kan?” selidik Aiza.

“Ya, awalnya aku memang tidak mau, tapi setelah ayahku senang mendengar kabar itu, aku pikir itu tidak buruk juga.” Zahi balik menatap Aiza. “Jadi, apa yang akan kita lakukan hari ini?”

Aiza kemudian memutar pandang ke sekeliling sekolah. Mereka kembali ke atap gedung IPA sebab Jia yang bersikeras untuk menemukan petunjuk di sana. “Yang pasti kita tidak akan liburan sampai minggu depan.”

“Sudah ketemu?” tanya Fath pada Jia yang masih sibuk meneliti isi buku abu-abu.

Jia menggeleng pasrah.

Semua pun menghampiri Jia yang duduk di bangku panjang tepat di mana puing-puing bangunan kemarin berada. Namun, sekarang atap itu sudah sangat bersih tanpa menyisakan barang bekas apa pun. Sekolah memang sedang melakukan pemeriksaan ketat.

“Inisial ‘G' itu memang Kak Giana.”

Ucapan Aiza berhasil memecah fokus mereka.

Aiza menarik napas sebelum lanjut bicara. “Kemarin malam dia menghubungiku, tapi dia tidak menjawab semua pertanyaanku. Dia hanya bilang, dia ingin buku abu-abu.”

Jia spontan memeluk buku tersebut. Bagai seorang ibu yang tak rela anaknya dicuri.

Di ujung bangku, Fath mencengkeram kepala. “Apalagi sekarang! Kenapa semua orang mendadak misterius begini?”

“Apa itu berarti dia juga mengaku sebagai penulis buku ini?” Zahi berasumsi.

Tatapan Aiza masih lurus ke satu titik. Ada yang sesuatu yang mengganjal pikirannya. “Dia hanya bilang, dia ingin buku itu. Tanpa ada kata lain.”

“Dia tidak mungkin mengaku semudah itu,” timpal Sammy. “Jika memang itu Giana, aku yakin dia hanya tahu keberadaan buku ini, tapi bukan penulis aslinya.”

Jia setuju. “Grup obrolan consema waktu itu hanya sedang membicarakan tentang satu lembar sobekan dari buku ini. Kurasa memang tidak ada yang tahu jika kertas itu bagian dari buku abu-abu, kecuali Kak Giana.”

“Lalu bagaimana?” tanya Fath. “Kalian ingin memberikan buku itu?”

“Tentu tidak!” Aiza menampik cepat. “Kita belum tahu apa tujuan dia sebenarnya menginginkan buku ini.”

Dalam sekejap, kekaguman Aiza terhadap Giana selama ini mulai runtuh. Dugaan buruk tentang Giana terus berputar di kepalanya.

Fath kembali mendekat ke sisi atap bersamaan dengan suara dentuman dari berbagai alat musik. Semua klub mulai berlatih. Dari atas sana, mereka bisa melihat beberapa pertunjukkan secara langsung. Klub Marching Band, silat, hingga kesebelasan noesabaraya tengah berlatih di sekitar sekolah.

CONSEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang