Jia mengingat lagi saat pertama kali dia melihat buku itu. Itu adalah hari di mana ia mencoba curi-curi waktu ke perpustakaan untuk mencari bacaan baru. Buku itu langsung mengalihkan perhatian saat jatuh dari sisi rak yang tak jauh darinya. Dari judulnya, ia sempat mengira jika buku tersebut akan berisi kisah-kisah periode sejarah. Akan tetapi, isi sebenarnya jauh dari dugaan.
Terlepas dari segala kepahitan hidup yang Shiqa tuangkan dalam buku yang ia tulis, Jia tetap tidak bisa menoleransi apa yang dilakukan Shiqa hingga saat ini.
Jia lalu bangkit dari duduknya. Beralih menuju rak di mana pertama kali ia menemukan buku tersebut. Sekali lagi matanya mengawasi kondisi sekeliling perpustakaan sebelum menempatkan buku itu di antara buku-buku lainnya. Jia yakin dia sudah menyelesaikan semua kalimat tersembunyi, dan kini saatnya ia mencoba sesuatu.
Ada pesan yang Jia tulis pada salah satu lembaran kosong pada buku tersebut. Sejak tadi malam dia berusaha sebaik mungkin untuk merangkai tiap bait kata yang diharapkan dapat membuat luluh hati Shiqa, sehingga dia berubah pikiran untuk beraksi besok. Kemungkinan berhasilnya memang kecil. Namun, Jia percaya keajaiban dari kata-kata. Dan apabila Shiqa betul-betul terus memantau mereka sejauh ini, maka seharusnya Shiqa tahu apa yang Jia lakukan sekarang.
.
ᴄᴏɴꜱᴇᴍᴀ
.
Dari atas jembatan layang, Aiza menyaksikan para siswa bersorak-sorai merayakan keberhasilan SMA Noesantara yang akhirnya kembali menduduki tempat pertama dalam peringkat SMA terbaik. Peringkat ini memang lebih populer dibanding jenis peringkat lainnya sebab dapat dinilai langsung oleh para pengguna sosial media. Film pendek karya para klub langsung menjadi tren sejak dipublikasikan Senin kemarin. Sayangnya, itu tidak akan lama. Orang-orang di bawah sana sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi besok.Aiza mulai mencengkeram pegangan besi jembatan dengan erat. Dia merasa begitu bodoh karena tak tahu harus berbuat apa, sementara dia yakin sesuatu akan terjadi. Sekeras apa pun dia menepis niat Shiqa yang mungkin hanya ancaman belaka, sekeras itu juga bukti dan petunjuk kuat akan rencana Shiqa akan terlaksana. Gadis itu sudah menunggu bertahun-tahun, dan tidak mungkin ini hanya bercanda.
Seseorang terdengar datang dan berhenti tepat di sebelahnya. Aiza melihat sekilas dari ekor mata lalu kembali memandang ke depan.
"Akhir-akhir ini aku melihat beberapa siswa memakai gelang hitam. Kudengar itu ulahmu."
"Ulah?" Alis Aiza bertaut, merasa tak terima. "itu program kerjaku, Leon."
"Apa gunanya? Setahuku programmu hanya web curhat consema itu."
Di saat seperti ini, sejujurnya Aiza enggan berurusan dengan orang sejenis Leon. "Gelang hitam adalah penanda bahwa mereka sudah pernah membuat masalah dan harus diwaspadai. Sekaligus memberi peringatan pada kelas mereka masing-masing agar teman-temannya tahu arti gelang itu."
Leon mengangguk. Namun, tak bisa menyembunyikan wajah skeptisnya. "Kenapa kau tidak mengumumkan peringatannya ke web sekolah saja?"
"Aku belum sejahat itu," kata Aiza. "Ini baru peringatan. Jika mereka masih membuat ulah ke depannya, maka kau bisa kurangi poin mereka. Apa ini belum tegas bagimu?"
"Pak Hilmi tahu ini?"
Aiza memberi satu anggukan pasti.
"Aku tidak bermaksud ikut campur atas programmu itu." Tubuh Leon mulai beringsut mendekat pada pegangan jembatan hingga sejajar pada Aiza. Sungguh seperti seseorang yang siap untuk berdebat. "... hanya saja aku rasa caramu tidak tepat. Mereka justru seperti dikelompokkan. Dan itu akan membuat anak nakal akan semakin nakal karena mereka tidak punya kesempatan untuk berbaur dengan yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
CONSEMA
Mystery / ThrillerDemi lebih dekat dengan siswanya, SMA Noesantara akan menyeleksi konselor muda dari kalangan siswa tiap tahunnya, yang dikenal dengan 'Consema'. Insiden beberapa tahun silam kembali menyapa. Reputasi sekolah memburuk setelah berita seorang siswi bu...