"Kalian tahu kenapa aku tiba-tiba mengajak pulang waktu itu?"
"Untuk makan mi, kan?" Fath menjadi ragu. "Sebentar ... jadi bukan karena itu?"
Sammy menggeleng. Raut wajahnya begitu serius membuat semuanya mulai mempertanyakan alasan laki-laki itu sebenarnya. Kecuali Aiza.
"Awalnya aku tidak yakin," kata Sammy. "Jadi kutanyakan dulu pada Aiza untuk memastikan ... bahwa perempuan yang kulihat hari itu benar Rumi."
Alis Jia bertaut. "Rumi? Jadi karena kau melihatnya, makanya kau mengajak pulang?"
Sammy membenarkan.
Aiza menatap lurus ke luar jendela. "Sesuai ciri-ciri yang diberikan Sammy. Aku yakin itu Rumi."
"Lalu apa yang salah dengannya?" tanya Jia lagi.
"Dia dari lab kimia," jawab Sammy. "Waktu kulihat, dia memakai mantel biru tua yang kebesaran hingga menutup wajah."
"Ya ampun! hari itu sedang hujan," keluh Fath. "Semua orang berhak memakai baju hujan!"
Sammy tak menghiraukan dan lanjut bicara. "Dia buru-buru menyingkap garis polisi yang terpasang untuk keluar dari sana. Kemudian pergi ke koridor sebelah kanan. Jika ke kiri, dia pasti bertemu kita."
"Lalu?" Zahi menatap Aiza. Ingin jawaban darinya. "Apa yang membuatnya terasa mengancam?"
"Dia membawa buku yang sama dengan yang kita punya."
ᴄᴏɴꜱᴇᴍᴀ
Semua siswa mulai meninggalkan sekolah setelah bel pulang berbunyi.Aiza bergegas membuka pintu gedung putih yang masih terkunci sejak pagi tadi. Gedung N merupakan jantung SMA Noesantara. Semua aturan, perjanjian dan ketetapan akan berasal dari sana. Di bangunan itu terdapat tiga sekat, dan semuanya adalah ruang rapat. Untuk siswa Top 10, untuk para guru dan untuk tamu penting. Karena bilik operator hanya ada di ruang rapat para tamu, jadi Aiza dengan nekat memilih tempat itu.
Berbeda dengan ruangan yang lainnya, Meja rapat di tempat itu berbentuk tapal kuda dengan jumlah kursi yang lebih banyak. Penerangannya minim. Hanya beberapa jendela kaca kecil yang berada sangat tinggi dari lemari dan saling bersebelahan dengan ventilasi berukiran bunga.
"Ini serius!" Fath langsung duduk di salah satu kursi. "Keluar dari kelas beberapa menit lebih dulu dengan alasan ingin buang air besar benar-benar memalukan."
"Memangnya tidak ada alasan lain?" tanya Jia.
Laki-laki berkulit sawo matang itu memegangi kepala. "Aku kehabisan ide!"
Sammy masuk ke ruang operator lebih dulu. Tangannya mulai mengecek berbagai tombol yang ada di sana. Sementara Zahi berdiri di ambang pintu. Memperhatikan.
"Tetap di sana!" instruksi Zahi saat Fath ingin ikut masuk ke ruang teknisi. "Coba bersuara!"
Fath agak kebingungan, lalu mulai berbicara asal. "Namaku Al-fath Satya Pratama, tapi nyatanya aku adalah anak kedua. Aku adalah siswa Noesantara yang paling-"
"Cukup!" sela Zahi. "Aku tidak memintamu curhat."
Sammy keluar. "Semuanya berfungsi."
Aiza seperti belum puas. "Tapi Fath agak berteriak barusan. Itu sebabnya suaranya terdengar jelas dari sana, kan?"
"Kalau begitu kita tambah satu lagi." Pemuda itu mengeluarkan benda pipih berwarna hitam. Ukurannya tak lebih besar dari tutup botol.
Mata Fath melotot tak percaya. Penyadap suara. "Sejak kapan kau menyimpan benda semacam itu, Nak?"
![](https://img.wattpad.com/cover/267062005-288-k667099.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CONSEMA
Mystery / ThrillerDemi lebih dekat dengan siswanya, SMA Noesantara akan menyeleksi konselor muda dari kalangan siswa tiap tahunnya, yang dikenal dengan 'Consema'. Insiden beberapa tahun silam kembali menyapa. Reputasi sekolah memburuk setelah berita seorang siswi bu...