9

5K 275 7
                                    


Egan merebahkan tubuhnya yang lelah di ranjang miliknya, "Perasaan gue sebenarnya gimana?" Seminggu ini emang dia baik banget anter jemput gue, ya kadang gue males aja ngeladenin dia, makanya gue milih diem, tapi emang dia kelihatan care gitu sih dan ga pernah protes kalo gue marah-marah, yang ada dia malah makin bikin kesel gue karena ga mau marah pas gue marahin, dasar aneh!
Egan berguling di ranjang itu dengan frustasi, "Aaaaah! Bodo amat dah!! Pokoknya gue gak tauuuu!!! Gue pusing!!"

Egan masih saja berguling disana dengan pikirannya yang kacau, dia memikirkan bagaimana caranya agar kemauan Ibunya dan dia sendiri bisa terpenuhi, sementara dia belum siap menikah dengan Lyn.

Dug dug!
Pintu kamar Egan seperti di tendang keras dari luar. "BUKA GAK PINTUNYA!!" Ibunya teriak karena pintu kamar Egan dikunci dari dalam.

Egan berhenti seketika dari acara guling-gulingnya, dia mendekat ke pintu dan membukanya.

"KAMU JANGAN NGACO YA!! UDAH MAU JAM TUJUH DAN KAMU MASIH DIEM DISINI??"

"__" Egan menutup telinganya yang begitu sakit mendengar omelan Ibunya.

Ibunya menarik kedua tangan Egan yang menutupi telinganya, "Buruan deh kamu mandi!! Lyn udah mau sampe!!"

Egan memutar bola matanya malas, "Biarin aja sih dia nunggu"

"Kalo udah janjian itu harus tepat waktu Nak, gak boleh begini, kasihan yang menunggu"

"Gue gak nyuruh dia nunggu Bu, kan dia sendiri yang mau dateng buat ngajakin gue keluar, ya kalo nunggu ya resiko dia lah" Egan kembali masuk ke dalam kamarnya.

Puk!
Tamparan sandal rumah itu mengenai telinga Egan.
"Dengerin kalo Ibunya ngomong! Mandi buruan!!"

"Iya iya, ini juga mau mandi, orang mau ngambil handuk sih, suudzon aja nih" Egan berjalan mengambil handuk dengan memegang satu telinganya yang perih.

***

"Maaf ya Lyn, anaknya baru mandi" Ibunya Egan mengajak Lyn masuk karena sudah lebih dari duapuluh menit Lyn menunggu Egan di luar.

Lyn tersenyum kecil, "Gak apa-apa Tan"

"Oh ya maaf Lyn kalau saya lancang, saya ini kan orangnya ceplas ceplos"

Lyn mengangguk, dia paham.

"Nah jadi mobil yang kamu pake di depan punya kamu kan?"

Lyn mengangguk lagi.

"Jadi kamu pasti orang punya kan?"

Lyn mengiyakannya tanpa ragu.

"Terus kenapa kamu kerja di cafe depan? Apa ada masalah sama keluarga kamu?"

"Oh enggak Tan, gabut aja Tan" jawab Lyn datar.

Maggie membuka mulutnya lebar, " Ka-kamu serius?? Hanya karena gabut??"

"Iya Tan, iseng aja gitu karena gabut" ucap Lyn dengan yakin.

"Isengnya kamu aneh, apa semua orang kaya gabut begitu Lyn?"

"Tapi saya senang ngejalaninnya, apalagi bisa menemukan orang yang saya cintai seperti anak Tante"

"Ah kamu bisa aja Lyn, jangan menggoda Tante loh" Maggie tersenyum malu.

"Beneran Tan, kira-kira Egan mau minta apa ya buat mas kawin nanti?"

"Eh itu kan urusan kalian, Tante tidak pernah meminta yang aneh-aneh, hanya minta ketulusan kamu saja, jangan tinggalin dia dalam situasi apapun dimasa depan nanti, kamu tau kan apa yang saya maksud? "

Lyn mengangguk, "Tenang aja Tan, Tante tau sendiri udah berapa lama saya menunggu dia kan?"

"Iya sa"

"OI serius bener lu berdua?! Lagi pada ngapain hah??!" Egan keluar dari kamarnya hanya mengenakan hoodie panjang warna putih dan celana jeans sepanjang lututnya yang bahkan ujungnya itu compang-camping.

Unwanted Sugar Daddy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang